Selama salat dua rakaat itu sejatinya Safro hanya mengingat
Tuhan. Tapi dia tidak bisa khusyuk. Konsentrasinya terbagi antara mengingat
Allah dengan mengingat pagar yang sudah kosong dari gamba-gambar para caleg
itu. Saya sudah izinkan dipasang di pagar rumah saya, siapa yang berani-beraninya
membuka? Dalam salat Safro benar-benar merasakan perang dalam hati sendiri.
Baru saja sampai di rumah, sekembali dari masjid, Safro
kembali keluar pekarangannya setelah memarkirkan motornya di dalam pekarangan. “Tina,
ini siapa yang buka gambar-gambar caleg ini?” Suara pekik Safro membuat
isterinya kaget. Tina keluar rumah dan mendekati suaminya yang tengah
marah-marah. “Ini pagar kita kok sudah kosong? Sore semalam masih terpasang
rapi poster dan gambar-gambar caleg itu. Siapa yang berani membukanya?” Isterinya
sama sekali tidak menunjukkan rasa takut atau khawatir. Kan malam tadi, jam 12
adalah batas akhir alat kampanye terpasang? Psatilah Sapol PP yang buka. Tina kembali
mask rumah tanpa menjawab apapun.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar