KEMBALI saya mendapat cobaan. Perasaan sedih yang belum pulih, setelah membuat catatan kepergian Umar bin Kadir (murid saya tahun 80-an) yang berpulang dua hari lalu (30/06/3031), kini, hari Jumat (02/07/2021) ini saya mendapat kabar duka lagi. Kemanakan (ponakan) saya yang sudah saya anggap sebagai anak kandung saya, Nurhayati binti Syamsuar berpulang ke pangkuan Ilahi. Dia berpulang setelah mendapat perawatan pasca operasi melahirkan di Rumah Sakit Budi Kemuliaan (RSBK), Batam. Sedihnya dia dikonfirmasi terpapar covid-19. Tersebab itu pulalah dia menghadap Allah.
Nurhayati, semasa sekolah (SMA di tahun 2002-2004) dulu hidup bersama saya dan isteri. Ibunya hidup di kampung (Kabun Airtiris) bersama anak-anaknya yang lain sementara Nurhayati bersama saya di Moro dan juga ketika mutasi ke Tanjungbalai Karimun. Dialah yang membantu isteri saya di rumah pada jam-jam dia pulang dari sekolah. Bersama anak perempuan saya, Kiky, Nur (begitu kami menyapanya) membantu kerja-kerja rumah. Setelah tamat SMA dia kembali ke kampung, bersama Ibunya.
Saat dia berumah tangga dia hidup bersama suaminya di Batam. Tentu saja sebagai Ibu Rumah Tangga. Namun dia bisa nyambil menjadi guru di salah satu Taman Kanak-kanak yang dikelola masjid di dekat rumahnya. Dengan status sebagai guru TK itu pula dia mengambil waktu untuk kuliah sambil bekerja di TK. Kabarnya, tahun ini dia sudah menyelesaikan jenjang S1 untuk menjadi guru TK. Status guru Pemko Batam sudah lama disandangnya. Sedikit-banyak dia dapat membantu ekonomi keluarga.
Bayi (almh) Nurhayati |
Dua anaknya, Rifki dan Zidan sesungguhnya sudah berusia remaja dan menjelang remaja. Ternyata baru saja dia dikarunia hamil untuk anak ketiga. Tentu saja berjarak jauh sekali dengan anak bungsunya, Zidah yang sudah di SLTP. Kehamilan ketiga ini mengharuskan dia operasi untuk melahirkan. Dan pasca operasi itulah dia diberi tahu terpapar covid. Suka tidak suka dia langsung dirawat sebagai pasien covid di RSBK. Inilah punca masalahnya.
Perawatan yang tidak maksimal atas tindakan operasi melahirkan ditambah serangan corona membuat Nurhayati tidak mampu bertahan. Setelah kurang lebih sepuluh hari dirawat, dia menghembuskan nafas terkahirnya tanpa diketahui bayinya yang harus dirawat neneknya di rumah. Selamat jalan, Ananda Nurhayati. Insyaallah engkau mati syahid dengan perjuangan berat melawan covid itu.***
Ya Allah ... Sedih bacanya ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ semoga jd syahidah
BalasHapusAmin ya Allah amin, semoga Allah ijabah doa kita, Bu Ditta.
Hapus