Senin, 05 Februari 2024

Safro Jadi Jukir

RABU ini sudah masuk hari keempat Safro pulang malam. Isteri dan anaknya sudah tertidur ketika dia harus membuka pintu sendiri dari luar. Dari pintu samping yang memang dikuncinya sendiri ketika berangkat setiap sore. Malam ini dia kembali bersedih. Sejak malam pertama pulang kerja sebagai juru parkir alias jukir dia sudah sangat sedih. Isterinya sudah diberi tahu kalau pekerjaan ini sangat tidak sesuai di hatinya. Tapi mau kerja apa? Masih syukur sahabatnya dari Sumatera Utara itu berbaik hati menerimanya sebagai jukir.

"Tiap malam Abang bersedih. Lama-lama Abang sakit, nanti." Tina berusaha menenangkan hati suaminya. Tina meminta suaminya untuk bekerja saja seperti biasa. Tidak usah berhenti, seperti disebutnya pada hari Selasa semalam. Abang berhenti sajalah, Tina. Ini tidak baik buat Abang. Tina ingat kata-kata suaminya malam kedua dia bekerja. Tapi mengapa? Apa masalahnya? "Abang tiap malam bawa duit hasil keringat. Lumayan untuk belanja esok hari. Kenapa mau berhenti?,"

Dalam lamunannya menjelang tidur, Safro berbicara sendiri, Ya Allah, mengapa saya tidak diizinkan menghadap-Mu saat bekerja? Apa tidak ada jukir lain? Saya harusnya salat. Tapi kendaraan selalu penuh jam-jam sore menjelang malam. Saya tidak bisa melakukannya. Bagaimana kewajiban saya? Safro ingin memekik setelah menyelesaikan salat magrib yang dijamaknya dengan isya, malam ini. Dia tidak yakin jamak takkhir yang dibuatnya tiap malam diterima Allah. Tapi bagaimana? Waktu tidak memungkinkan saya untuk salat di tempat kerja. Safro berusaha tidur tanpa membangunkan isterinya.***

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beri Komentar

Postingan Terbaru

Ramadan, Puasakah Aku?

Sudah kutahan tidak makan seharian Sudah kutahan pula tidak minum seharian Lama, sangat lama Sedari imsak hingga ke tennggelam surya ...