"Tiap malam Abang bersedih. Lama-lama Abang sakit, nanti." Tina berusaha menenangkan hati suaminya. Tina meminta suaminya untuk bekerja saja seperti biasa. Tidak usah berhenti, seperti disebutnya pada hari Selasa semalam. Abang berhenti sajalah, Tina. Ini tidak baik buat Abang. Tina ingat kata-kata suaminya malam kedua dia bekerja. Tapi mengapa? Apa masalahnya? "Abang tiap malam bawa duit hasil keringat. Lumayan untuk belanja esok hari. Kenapa mau berhenti?,"
Dalam lamunannya menjelang tidur, Safro berbicara sendiri,
Ya Allah, mengapa saya tidak diizinkan menghadap-Mu saat bekerja? Apa tidak ada
jukir lain? Saya harusnya salat. Tapi kendaraan selalu penuh jam-jam sore
menjelang malam. Saya tidak bisa melakukannya. Bagaimana kewajiban saya? Safro
ingin memekik setelah menyelesaikan salat magrib yang dijamaknya dengan isya,
malam ini. Dia tidak yakin jamak takkhir yang dibuatnya tiap malam diterima
Allah. Tapi bagaimana? Waktu tidak memungkinkan saya untuk salat di tempat
kerja. Safro berusaha tidur tanpa membangunkan isterinya.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar