"Tolong surat suara yang dihitung adalah yang sudah dipersiapkan itu," pesan ketua panitia pemilihan dalam satu rapat. Safro bertugas menukar surat suara setelah pencoblosan. Itu tidak mudah. Dalam waktu yang amat sangat singkat Safro dan dua orang temannya harus bisa membuka koyak suara tanpa diketahui siapapun. Lalu surat suara yang sudah dipersiapkan dimasukkan setelah surat yang ada di dalamnya dikeluarkan terlebih dahulu. Safro dan dua temannya melakukan itu dengan hati penuh takut. Tapi wajib dilakukan karena ditekan sedemikian rupa.
Sejak itu Safro betul-betul trauma. Isu kecurangan begitu
kencang di desanya dalam Pemilu itu. Tapi tidak ada yang sampai dipenjara.
Memang ada yang dipanggil oleh aparat atas isu itu. Tapi semuanya berjalan
seperti apa adanya. Seolah-olah tidak ada kecurangan. Sehari setelah
perhitungan di desa Safro jatuh sakit. Dia tidak ikut lagi ke kecamatan. Safro
benar-benar ketakutan meskipun orang-orang sepertinya tidak ada yang tahu
perbuatannya itu. Sejak itulah dia selalu sangat ketakutan setiap datangnya Pemilu
atau Pilkada. Dia takut ikut memilih.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar