AWALNYA Selasa (31/01/2023) subuh itu, sehabis mandi menjelang solat subuh, telinga kanan saya terasa gatal. Gatal sekali. Itu biasanya ada kotoran (tahi) telinga. Spontan saya mengambil cotton bud, kapas bertangkai yang lazim dipakai pembersih telinga. Kebetulan isteri saya selalu menyediakan itu sebagai bagian alat-alat riasnya.
Telinga kanan yang awalnya memulai rasa gatal telah menghabiskan dua batang cotton bud. Lumayan kotoran berwarna gelap itu mengubah warna kapasnya menjadi ikut gelap. Lalu telinga kiri ikut terasa gatal. Refleks tangan saya memasukkan kapas ke dalamnya. Terasa enak dan kotorannya keluar. Harusnya tidak ada masalah. Itu biasa kita lakukan.
Persoalan timbul karena terasa telinga kanan yang tadi sedikit berlebihan saya korek-korek menjadi serasa berbunyi. Berdengung, begitu. Daya pendengarannya pun serasa berkurang. Itu saya buktikan dengan cara menutup telinga kiri, benar kalau pendengaran saya terasa berkurang. Kalau ditutup telinga kanan pendengarannya biasa saja. Waduh, artinya telinga saya yang kanan jadi ada masalah.
Setelah selesai solat subuh di Masjid (Al-Ubudiyah) yang tidak jauh dari rumah, telinga saya tetap tidak membuat nyaman. Selama mengisi waktu bakda subuh hingga waktu mengantar isteri ke sekolah selama itu telinga saya terasa tidak nyaman. Pendengaran saya terasa terganggu. Ada bunyi berdengung di telinga kanan saya itu. Namun pekerjaan rutin mengantar isteri dan cucu tetap tidak ada masalah. Saya berangkat sesuai jam biasanya.
Satu hari ke hari kedua saya merasakan telinga saya belum juga pulih alami dengan sendirinya. Saya berinisiatif ke RSUD Muhammad Sani, mau periksa ke dokter THT. Saat pendaftaran ternyata saya tidak bisa langsung karena saya menunjukkan Kartu Indonesia Sehat (KIS) saya sebagai kartu identitas. Sebagai pensiunan PNS saya merasa berhak untuk mendapat fasilitas berobat dengan biaya itu meskipun selama menjadi PNS sangat jarang saya menggunakannya.
Oleh penjaga loket pendaftaran RSUD saya diminta ke Puskesmas dulu sebagai pijakan untuk mendapatkan Surat Rujukan. Hanya surat ini yang dapat diterima sebagai jaminan dari KIS untuk mendaftar. Ini baru tahap daftarnya. Belum berobatnya. Saya dengan sedikit kesal pergi ke Puskesmas. Seorang dokter yang menjadi pejabat di RSUD sempat saya telpon juga menjelaskan begitu. Itu prosedur yang berlaku, kata sahabat saya itu.
Di Puskesmas Tanjungbalai Karimun saya diperiksa. Tidak langsung diberi rujukan. Kata dokter Puskesmas, diberi obat saja. "Kalau dalam tiga hari belum sembuh, ke sini lagi, Pak." Begitu dokternya berpesan. Saya akur dengan pesan dokter ini.
Hari kedua (Selasa) itu saya tidak jadi ke RSUD. Obat dari dokter Puskesmas saya minum. Hari ketiga saya mencoba ke tempat praktik dokter THT. Telinga saya terasa belum ada perubahan dalam masa hampir 40 jam itu. Tetap seperti berdengung. Sore itu saya Apotek Naya, tempat dokter THT praktik. Waktu itu kata penjaga pendaftaran, dokter kebetulan tidak ada. Lalu hari Jumat (hari kelima) saya kembali datang. Lagi-lagi katanya dokter kebetulan tidak masuk. Insyaallah Senin baru akan masuk kembali praktk dokter.
Hari Senin (06/02/2023) sore saya ke sana lagi. Menurut saya harus segera ke dokter spesialis itu. Sekali lagi, kata penerima pendaftaran, "Bapak malam ini tidak masuk. Besok malam," jelasnya kepada saya. Saya bersyukur saja, karena kebetulan ada acara malam ini. Artinya saya bisa memenuhi acara itu. Dan malam ini saya minta rekomendasi dari dokter atau perawat yang ada, apakah ada obat sementara mjenunggu dokter saya bisa minum. Saya membeli dua jenis obat malam itu sesuai yang disarankan.
Selasa (07/02/2023) saya kembali datang untuk berobat. Saya datang sebelum magrib karena takut tergilas antrian. Alhamdulillah, dokter ada dan saya mendapat antri ketiga. Tidak lama, menunggunya. Dan setelah mendapat giliran, telinga saya diperiksa dengan menggunakan kamera yang monitornya dapat saua lihat, kata dokter yang sebelah kanan itu memang masih banyak kotoran (tahi) telinganya. Itulah yang dibersihkannya.
Singkat kisah, setelah kotoran dikeluarkan, telinga saya menjadi lebih kuat tangkapannya. Saya mendengar suara dokternya bagaikan pakai pengeras suara. Malah sempat saya tanya, "Dok, apakah di ruang ini ada mic untuk pengeras suara Pak Dokter?" Dia hanya tertawa dan menjelaskan kalau telinga saya sudah pulih fungsinya. Malah itu sudah lebih baik dari pada selama belakangan ini saya rasakan. Terima kasih, Pak Dokter dan terima ya Allah karena telah mengabulkan harapan saya melalui dokter itu.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar