Rabu, 30 Desember 2020

Catatan dari Launching Buku Pantun Mutiara Budaya Indonesia (2)

HARI kedua (Ahad, 27/12/2020) rangkaian acara Peluncuran Buku Pantun Mutiara Budaya Indonesia, pagi ini sesuai rencana, peserta akan melakukan perjalanan wisata alias City Tour Pulau Batam. Kegiatan ini akan menghabiskan waktu satu hari. Begitu penjelasan panitia di WAG Lolos Pantun Budaya, markas maya para penulis pantun yang bukunya akan dilaunching malam nanti.

Setelah sarapan dan semua peserta sudah siap dengan kostum khusus, baju kaus putih bertulis PANTUN MUTIARA BUDAYA INDONESIA dengan logo Rumah Seni Asnur, tepat pukul 08.00 semua kami diarahkan memasuki bus yang sudah standbay di depan hotel. Kurang lebih 30 menit semuanya sudah berada di tiga bus yang disediakan panitia. Hari ini peserta penulis pantun Buku Kumpulan Pantun Mutiara Budaya Indonesia akan dimanjakan oleh Pemda Batam untuk menikmati pemandangan Pulau/ Kota Batam dan tempat-tempat wisata yang ada di Kota Madani ini.

Tepat pukul 08.30 mobil bus bergerak meninggalkan hotel. Kompoi dengan didahului beberapa mobil pribadi pejabat Pemko Batam. Termasuk mobil pribadi Pak Sekdako, Pak Jefridin, Pak Hernowo dan beberapa pejabat lainnya. Jalan yang mulus membuat perjalanan kami terasa lancar. Dalam 15 menit tiga bus berhenti di Dataran Engku Putri, sasaran utama dari City Tour kami.

Di sinilah destinasi pertama City Tour kami. Dengan dipandu langsung oleh Pak Sekdako kami menyaksikan langsung beberapa obyek wisata Daerah Kota Batam yang berlokasi dI tempat ini. Kita tahu di Dataran Hamidah, ini ada Musium Raja Ali Haji (RAH), selain kantor-kantor Pemko seperti Kantor Wali Kota, DPRD, Asrama Haji dan banyak lagi. Pak Sekdako secara langsung memberikan penjelasan bagaikan seorang pemandu wisata.

Membuka langkah wisata, sasaran utama yang kami kunjungi adalah Musium RAH yang baru saja diresmikan pembukaannya untuk umum beberapa waktu lalu. Kata Sekda baru saja diresmikan pembukaan untuk umumnya. Gedung yang tadinya berasal dari Astaka MTQ Nasional 2014, itu memang terlihat masih baru sebagai musium. Berbagai fasilitas dan infografis yang disiapkan semuanya serba baru. Foto-foto serta tulisan-tulisan tentang RAH dan Batam secara detail kelihatan baru semuanya. Kita bisa mengetahui Batam sejak awal ditemukan dan bernama Batam. Begitu catatan tentang RAH yang terkenal sebagai penggubah Gurindam Dua Belas itu. Serta ada banyak informasi lain yang seharusnya masyarakat memang perlu mengetahui. Syukurlah, keberadaan musium ini nanti akan menjadi sumber informasi sejarah Batam dan Kepri khususnya, dan sejarah Melayu pada umumnya.

Di sini kami hingga pukul 10.00. Hampir dua jam. Tidak terasa berkeliling di seputar Dataran Engku Putri. Dan setelah berfoto-ria dengan latar WELLCOME TO BATAM yang berada di depan Asrama Haji kami melanjutkan perjalanan City Tour ke Barelang.

Sekitar 45 menit menyusuri jalan mulus arah ke jembatan ikon Batam, itu tiga bus sampai di jembatan satu. Tentu saja kami berhenti di sini. Inilah lokasi wisata yang sangat digemari masyarakat. Menikmati taman Dendang Melayu dengan berbagai fasilitas peserta tahan berlama-lama di sini. Selain berfoto dengan latar jembatan karya Habibi kami juga menikmati aneka kuliner yang ada di sekitar itu.

Sungguh nyaman dan menyenangkannya berada di sini. Tukang foto amatir juga menawarkan jasa membuat foto langsung jadi dengan latar belakang jembatan dan laut nan biru. Aneka makanan dan minuman juga menggoda selera yang di siang begitu pasti memerlukan asupan makanan dan minuman.

Setelah mendekati waktu zuhur, kami bergerak lagi untuk destinasi wisata berikutnya. Masjid Sultan Riayat Syah, itulah tujuan berikutnya. Masjid terbesar di Sumatera, itu sudah menjadi obyek wisata religi yang selalu dipenuhi pengunjung. Tidak hanya masyakarat muslim yang datang, saudara-saudara non muslim juga datang melihat langsung masjid bergaya Turkie itu.

Sambil menunggu zuhur para peserta City Tour berswafoto di berbagai titik di seputaran masjid. Sebagian berfoto dengan latar belakang nama masjid yang hurufnya berwarna-warni itu. Sebagian lagi mengambil posisi di berbagai tempat di seputar amsjid. Selanjutnya masing-masing mengambil wudhuk (bagi yang akan solat) dan sebagiannya lagi sudah berada di dalam masjid untuk bersiap solat zuhur. Dan setelah sholat zuhur berjamaah rombongan meninggalkan masjid.

Mengingat waktu yang sangat singkat, perjalanan wisata Kota Batam harus diakhiri karena masih ada satu tempat, berbelanja. Panitia mengarahkan bus kami ke lokasi toko-toko dan pusat perbelanjaan Kota Batam. Kami diturunkan di sekitar kedai Martabak HAR yang sangat terkenal di Kota Batam itu. Kami hanya diberi waktu satu jam untuk berbelanja dengan alasan, pukul 15.00 wajib sudah sampai di hotel kembali. Sebagian anggota harus gladi bersih untuk persiapan acara puncak, malamnya.**"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beri Komentar

Postingan Terbaru

Di Jepang Tidak Ada Hari Guru

Aku menemukan tulisan ini ..... (Iman Arifandy) DI JEPANG, TIDAK ADA HARI GURU Sekali saya bertanya kepada kolega Jepang saya, Guru Yamamoto...