Rabu, 06 Januari 2021

Mengukur Harapan Orang Tua Terhadap Anaknya

INI kalimat indah, peribahasa dalam Bahasa Indonesia, “Orangtuamu tidak pernah ingin kamu menjadi seperti mereka, tetapi mereka ingin kamu menjadi lebih baik dari pada mereka.” Saya baca kalimat itu di media online, merdeka.com bersama 9 (Sembilan) kalimat peribahasa lainnya. Jadi ada 10 (sepuluh) kalimat mutiara dengan kode penulis tan. Saya tidak tahu sejak kapan kalimat mutiara ini ada dan siapa yang pertama mengucapkannya.

Tiba-tiba saya teringat orang tua saya, ayah yang sudah berpulang ke rahmatullah pada tahun 1990 lalu. Ada satu kalimat dari ayah saya yang diucapkannya pada tahun 1970 silam. Sudah sangat lama. Saya masih mengingatnya karena saat itu menjelang saya akan tamat SD (Sekolah Dasar). Kami di kampung, waktu itu masih menyebut SR (Sekolah Rakyat) untuk Sekolah Dasar itu.

Ucapannya itu –dalam bahasa Indonesia--, “Syid, engkau jangan seperti ayah. Ayah tidak bisa menulis dan membaca. Nanti tamat, lanjutkan sekolahnya,” katanya. Saya tahu, orang tua (laki-laki) saya memang tidak pernah sekolah, katanya. Katanya dia lahir pada tahun 1901, berarti seumur Sukarno. Pada itu umur ayah saya sudah 70-an tahun. Katanya dia hanya bisa menulis huruf Jawi alias Arab Melayu. Itupun sedikit-sedikit.

Setelah tamat SD pada tahun 1971, kalimat itulah yang saya ingat dan saya, meskipun ketika tamat itu tidak akan mudah untuk melanjutkan, namun saya benar-benar bertekad untuk melanjutkan Sekolah Dasar saya itu ke jenjang  berikutnya. Itulah yang mengantarkan saya masuk ke PGA Rumbio, Kecamatan Kampar. Di Desa Rumbio (waktu itu masih berstatus desa) ada sekolah setingkat SLTP, namanya sekolah PGA (Pendidikan Guru Agama) yang nanti jika tamat kelas  6 (enam) bisa langsung diangkat menjadi guru negeri, sebagai Guru Pendidikan Agama.

Benar sekali, jika peribahasa yang menyatakan bahwa setiap orang tua tidak ingin anaknya seperti mereka karena mereka ingin anaknya lebih baik dari pada mereka. Saya mendengar dan saya merasakan itu. Jika saja ayah saya, dan ibu saya tidak mendorong saya untuk meneruskan sekolah saya, maka pada tahun itu tentu saja akan bekerja membantu orang tua di kampong. Mungkin ke sawah, ke kebun atau membantu bekerja apa saja untuk mencari makan.

Dengan sikap orang tua yang ingin anaknya bersekolah (lanjut) maka sayapun melneruskan sekolah saya. Empat tahun di PGA P, itu saya melanjutkan ke PGA A di Pekanbaru. Dan saya ingat, seperti apa semangat orang tua saya untuk anaknya tetap bersekolah. Mengingat di Kecamatan Kampar belum ada sambungan PGAP maka saya harus ke Pekanbaru, Ibu Kota Provinsi Riau. Jarak kampung saya, Kampung Kabun Desa Akirtiris, Kecamatan Kampar (waktu itu) ke Pekanbaru kurang lebih 60 km. Tapi saya harus ke Pekanbaru untuk melanjutkan sekolah.

Akhirnya saya diantarkan oleh ayah saya ke Pekanbaru dengan mendayung sepeda. Ayah saya bersepeda sendiri sedangkan saya juga mendayung sepeda sendiri. Kami beriringan menyusuri jalan dari Kabun Airtiris ke Pekanbaru. Hanya satu kali kami berhenti di sepanjang jalan yang sangat jauh itu. Ingat saya, kami berhenti di rerimbun pokok getah (parah) yang memenuhi kiri-kanan jalan dari Tambang hingga ke batas Pekanbaru sana.

Saya ingin mengatakan bahwa semangat dan harapan orang tua agar anaknya lebih baik dari pada dirinya, itu benar-benar ada dan benar adanya. Saya merasakan itu. Dan saya percaya, kita semua pasti tahu dan pasti juga merasakan itu. Jika pun ada orang tua yang tidak mengucapkannya seperti yang diucapkan orang tua saya, tapi pasti orang membuktikannya dalam bentuk lainnya. Sebutlah, ketika orang tua bersusah-susah menyekolah kita. Atau tindakan lain yang mungkin lebih berat dilakukan orang tua demi anak-anaknya.

Jadi, jika kita ingin mengukur seberapa besar atau seberapa luas harapan orang tua kepada anaknya untuk lebih baik, pasti kita tidak akan mampu mengukurnya. Baik diucapkan mau tidak, sesungguhnya begitu besar harapan kedua orang tua kita agar kita bisa lebih baik dari pada mereka.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beri Komentar

Postingan Terbaru

Pesan Gubernur Saat Menutup Resmi STQH ke-11 Provinsi Kepri

GUBERNUR Kepri, H. Ansar Ahmad, menutup secara resmi perhelatan STQH (Seleksi Tilawatil Quran dan Hadits) XI Tingkat Provinsi Kepri tahun 20...