Kini Pak Sa'id telah pergi petang
kemarin. Setelah dirawat satu pekan di
RS Pemerintah itu, dia menghembuskan nafas terakhirnya bersama penyakit jantung
yang diidapnya. Justeru setelah mati keluarga besar mertuanya ngotot minta Pak
Sa'id disalatkan di masjid. Safro Sedih. Baru kini mau ke masjid? Semasa hidup
tak sekalipun? Safro meropek sendiri di perutnya. Kini keluarga malah minta
dibawa ke masjid. Sedih hatiku, jerit Safro dalam hati. Namun Safro tidak
mengungkapkan rasa sedihnya.
Akhirnya janazah itu dibawa juga
ke masjid. Imam masjid kebetulan sedang tidak di tempat. Lama sekali menanti
mayat akan disalatkan. Akhirnya Safro maju. Dia memimpin jamaah yang sudah
berdiri lama. Setelah salam, Safro melihat jamaah salat janazah itu hanya
beberapa orang saja. Safro memekik. Meraung. Orang mendiamkan Safro yang dikira
sedih karena kematian mertuanya. Sesungguhnya Safro sedih karena jamaah salat
janazah itu hanya sebanyak jari sebelah tangannya saja.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar