Sabtu, 09 Desember 2023

Pagar Rumah Safro Berhiasan

BAGI Safro tidak masalah. Tapi isterinya mengatakan risih melihat begitu banyak spanduk dan banner di pagar rumahnya. Rumah warisan orang tuanya, itu belum pernah dipasang gambar-gambar orang begitu banyak sebelumnya. Kenapa sekarang jadi begini banyak? Tina ngotot mempermasalahkan baner-baner itu. Inilah, kalau rumah berada di perempatan persimpangan. Kendaraan berlalu lalang jadi alasan orang memasang. Tahun ini pagar rumah mereka dipenuhi spanduk. Ah, biar ajalah, kata Safro dalam hati.

"Jadi Abang biarkan aja spanduk-spanduk itu menutupi pagar rumah kita, Bang? Memang mereka bayar berapa? Minta permisi aja juga tidak," Tina emosi juga melihat dari hari ke sehari jumlah banner caleg dan capres-cawapres bergelantungan di sepanjang pagar rumahnya. Memang ini tempat umum? Kan rumah pribadi. Mereka juga bukan keluarga. Memang kita mengenal mereka, tapi itu tidak bisa begitu saja mereka memasang di pagar kita. Safro terkejut mendengar ocehan isterinya. Tak disangkanya, isterinya bisa juga emosi begitu. Safro tetap diam saja mendengar umpatan isterinya. Sempat isterinya menyuruh anaknya membuka spanduk-spanduk itu, tapi siswa SD kelas IV itu tidak mau.

"Udahlah, Tina. Mulai hari ini kita berdamai saja berdua dan berdamai juga dengan mereka. Anggap saja ini hiasan pagar rumah kita." Safro meyakinkan isterinya sekali lagi. Sekali lima tahun rumah kita berhias pagarnya. Lumayan juga indahnya. Begitu Safro membujuk isterinya agar tidak emosi lagi menyaksikan spanduk-spanduk itu.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beri Komentar

Postingan Terbaru

Ramadan, Puasakah Aku?

Sudah kutahan tidak makan seharian Sudah kutahan pula tidak minum seharian Lama, sangat lama Sedari imsak hingga ke tennggelam surya ...