"Atok, pingin roti goreng. Pasti enak," terdengar suara nenek. "Iya, kan Bang? Roti bakar pasti enak," nenek meneruskan bicaranya dengan cucu. Saya sendiri, tengah asyik membaca dan menulis melalui laptop yang ada di depan saya, pura-pura saja tidak mendengar suara nenek itu. Senyatanya suara itu terdengar jelas.
Masalahnya, kalau harus membeli roti bakar, pasti Atok yang akan bergerak. Nenek tidak bisa naik motor. Tidak mau juga membawa mobil. Apalagi cucu yang baru kelas empat SD, pasti tidak bisa. Makanya, Atok pura-pura tidak mendengar saja rengekan nenek itu. Atok kebetulan lagi sibuk saja dengan laptop.
Karena nenek plus cucu serentak
minta belikan roti bakar, saya pun berhenti tuk-tak-tik, tuk-tak-tik dengan
laptop jadul ini. Saya pun pura-pura bertanya, "Ini cucu atau nenek yang
merengek?" Keduanya menjawab. Tapi saya pun berdiri. Mengambil duit dan
mengganti pakaian untuk keluar rumah, sayapun memacu scutter merah. Dalam 15
menit sayapun sudah kembali ke rumah membawa roti bakar yang diharapkan. Kami
bersama juga menyantapnya.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar