Senin, 30 Januari 2023

Mengajar itu Adalah Belajar

JANGANLAH bangga dan leka setelah akhirnya menjadi guru di sekolah. Itu pesan yang disampaikan guru (dosen) kita di kampus. Mengingatkan kepada sebagian guru terkadang lupa diri. Lupa jalan yang seharusnya terus ditempuh. 

Sebutlah seorang guru yang tadinya begitu bergairah saat diterima menjadi guru honorer dalam posisi tenaga ujicoba. Penghasilannya juga hanya atas belas kasih Kepala Sekolah. Tidak ada penghasilan tambahan selain uang komite atau dari BOS yang dialokasikan Kepala Sekolah.. Namun hebatnya guru ini tetap bergairah.

Saat itu begitu hebat di kelas. Inspiratif di mata guru dan siswa. Menyatu dengan teman-teman guru dalam sosial. Di setiap tugas tambahan tetap bersama. Integritasnya tidak diragukan.. Tingkat sosial pun sangat tinggi. Kerajinan dan kehadiran dalam persentase sempurna. Setiap pekerjaan selalu tuntas pada waktu yang ditentukan atau sebelumnya. Begitulah pada awal-awalnya.

Satu bulan dua bulan berlalu. Mendekati satu tahu sudah waktu. Penilaian Kepala Sekolah dan guru-guru tetaplah sangat menyenangkan. Memuaskan. Semua guru dan pegawai di TU menyukai cara guru baru. Siswa-siswi pun senang dengan cara dan karakter sebagai guru.

Maka pada keadaan seperti itu hati-hati. Hati-hatilah. Selalu ada godaan perasaan bahwa  kita adalah guru yang terbaik. Perasaan bangga ini akan mulai melahirkan ego yang bisa jadi tidak disadari. Rasa hebat sendiri mulai terasa ada di hati. Celakanya mulai tidak mau lagi belajar sebagaimana dulu sebelum mengajar. Saat di sekolah giat belajar. Saat di kampus tambah bersemangat belajar karena sudah melihat profesi apa yang akan dikejar. Sebagai calon pengajar, maka belajar menjadi bagian hari-harinya.

Saat awal-awal menjalani profesi guru sesungguhnya sebagian kita masih tetap belajar. Kepada siswa juga sering menggunakan tema belajar dan belajar untuk motivasi siswa. Artinya, belajar tidak boleh diabaikan. Belajar adalah kewajiban. Kewajiban sepanjang kehidupan. Itu masih tersimpan. Cara berpikir masih sama. Bukan hanya di bangku sekolah atau di kampus saja harus belajar, tapi di luar itu  juga wajib belajar. Pesan ustaz bahwa kewajiban belajar itu dimulai sejak dari ayunan hingga sampailah ke liang kubur, masih diingat.

Sikap ingin tetap belajar sebenarnya masih ada sampai waktu ada kesempatan mengajar. Itu selalu ada pada setiap guru. Termasuk kita. Pada diri kita sebagai guru sikap itu tetap ada. Tapi godaan pandangan dan kemauan lain dapat mengubah sikap. Maka mulailah bergeser dari sikap ingin terus belajar kepada semata mengajar. Tidak lagi ingin menambah ilmu dan wawasan. Padahal, sesungguhnya setiap guru yang mengajar adalah sosok yang setiap waktu adalah belajar. Konsep hidupnya adalah bahwa mengajar itu adalah belajar. Jadi, guru pengajar adalah guru pembelajar.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beri Komentar

Postingan Terbaru

Ramadan, Puasakah Aku?

Sudah kutahan tidak makan seharian Sudah kutahan pula tidak minum seharian Lama, sangat lama Sedari imsak hingga ke tennggelam surya ...