Selasa, 09 Juli 2019

Mengajak Membaca dan Menulis dari Mana?


NIAT guru ingin mengajak masyarakat untuk aktif membaca dan menulis pasti ada. Kita (guru) pasti ingin masyarakat di sekitar kita menjadi orang yang rajin membaca dan juga menulis. Ini dengan asumsi bahwa kita memang suka menulis dan membaca
Tentu saja di sekolah pun kita membuktikan niat dan usuaha agar peserta didik kita rajin membaca dan menulis. Asal-usul harapan itu tadinya memang dari kita. Sebagai guru yang suka menulis dan membaca, tentu saja kita berkeinginan peserta didik kita juga suka menulis dan membaca.

Untuk mewujudkan niat ini ada guru yang membangun perpustakaan pribadi yang dapat dimanfaatkan oleh orang di sekitar tempat tinggalnya. Dia membiayai sendiri dengan mengoleksi berbagai buku (bacaan) yang dapat dimanfaatkan masyarakat. Jika ada rezeki yang dapat disihkan dari keperluan pokok, kelebihan itu akan diarahkan untuk membeli dan menambah koleksi buku di perpusatakaan pribadi itu.

Namun ada pula kenyataan yang kontradiksi. Di satu sisi kita cukup sibuk melakukan berbagai kegiatan untuk memotivasi masyarakat di sekitar kita untuk membaca dan atau menulis tapi di sisi lain ternyata keluarga (serumah) sendiri malah tidak suka membaca atau menulis. Lalu, sebenarnya akan dimulai dari mana mewujudkan niat mengajak membaca dan menulis itu?
Tentu saja keadaan seperti itu dapat disebuat sebagai usaha yang gagal. Setelah diri sendiri mampu menjadi pembaca dan penulis, ternyata kita belum mampu mengajak keluarga sendiri yang nota bene paling dekat dengan kita.

Apakah ini karena kegagalan kita tidak mampu mengajak keluarga sendiri untuk membuktikan niat dan usaha kita? Atau itu memang karakter sebagian keluarga kita yang memang tidak suka membaca dan menulis? Lalu dari mana kita akan memulai mengajak orang menulis dan membaca?

Sebagai guru, guru yang suka membaca dan menulis, mengajak orang lain untuk juga menjadi suka membaca dan menulis adalah bagian dari kehidupan itu sendiri. Masalahnya akan dimulai dri mana?
Sederhananya, pertama tentu keluarga sendiri. Walaupun siswa kita adalah orang yang juga terdekat dengan kita, tetap saja keluarga sendiri lebih dulu diutamakan. Inilah kewajiban, bukan penghargaan.
Selanjutnya, ya di sekolah. Siswa kita adalah sasaran utama lainnya yang juga sama pentingnya dengan keluarga. Setelah itu barulah lainnya. Kalau di lingkungan tentu saja orang-orang di sekitar kita, sedangkan di sekolah ada guru dan pegawai lain yang juga wajib diajak untuk menjadi penulis dan pembaca. Bisakah?***.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beri Komentar

Postingan Terbaru

Ramadan, Puasakah Aku?

Sudah kutahan tidak makan seharian Sudah kutahan pula tidak minum seharian Lama, sangat lama Sedari imsak hingga ke tennggelam surya ...