Sabtu, 23 Juni 2018

Kesadaran Politik (Bukan) Sekadar Taktik


SETELAH malamnya mengikuti acara silaturrahim antara para pengurus DPD (Dewan Pimpinan Daerah) Partai Golkar Kabupaten Karimun dengan Ketua DPD, H. Aunur Rafiq, paginya (Jumat, 22/06/18) saya menulis status di Facebook begini, #Setuju ada perubahan pemikiran sebagian orang Indonesia (termasuk di Karimun) bahwa semua orang seharusnya melek politik. Dulu, konon, orang-orang yang mengurus agama (ulama, ustaz, cerdik-cendekia muslim) tidak perlu mengerti (ber) politik. Ternyata itu
merugikan umat sendiri. Maka sekarang dan ke depan semua harus mengerti dan atau mau berpolitik, itu sangatlah bagus. Yang penting, peganglah perinsip bahwa dalam mengurus kelompok sendiri janganlah melupakan/ mengurus kelompok lain kaena Negara ini terdiri dari banyak kelompok yang berhak sama berjuang dan menikmati hasilnya bersama pula. Selamat pagi, sahabat FB# 

Tentang kebiasaan saya membuat satu status di malam hari dan satu status lagi di pagi hari, itu memang sudah saya amalkan sejak lama. Sebagai guru --selalu mengajak murid dan siapa saja untuk menulis-- saya harus membuktikan bahwa saya tetap menulis meskipun satu kalimat saja setiap hari. Moto teman saya, Om Jay (Wijaya Kesumah ; Blogger Nasional), "Menulislah Setiap Hari, Buktikan Apa Yang Terjadi," sangat bagus menurut saya. Makanya saya juga berusaha menulis setiap hari.

Lalu tentang mengapa saya menulis masalah politik, karena malam itu kami bersilaturrahim sesama pengurus partai politik. Sejak saya ikut di kepengurusan partai 'kuning' pasca pensiun PNS (2017) maka saya merasa tidak ada salahnya menulis masalah politik. Saya sudah berketetapan hati bahwa di arena politik juga dapat menjadi tempat berkiprah dan beribadah. Walaupun harus belajar, saya akan berusaha.

Dan tentang malamnya ada pertemuan silaturrahim antar sesama pengurus DPD Partai Golkar di rumah Ketua DPD Partai Golkar, itu tentu saja karena bersempena Idul Fitri 1439 (2018) ini. Cukup ramai para pengurus (terutama yang bertempat tinggal di Pulau Karimun) yang hadir malam itu. Dan tentu saja, selain silaturrahim dan makan-minum ala Hari Raya, pembicaraan malam itu berkaitan dengan strategi partai 'kuning' ini menghadapi Pilkada dan Pemilu nanti. Saya yang hadir, merasa ikut bersemangat menyaksikan begitu cukup tingginya kesadaran para hadirin dalam politik yang sebagian besarnya memang sudah malang-melintang di dunia politik. Selain Ketua yang adalah Bupati Karimun juga ada anggota DPRD Kabupaten Karimun dan DPRD Provinsi Kepri Fraksi Golkar Dapil Kabupaten Karimun.

Tentang kesadaran berpolitik itu, dulu, tentu belum begitu. Belum seantusiasme saat ini. Nah, maka saya meneruskan catatan (status FB) ini menajdi sebuah tulisan yang sedikit lebih panjang dari pada status di FB itu sendiri. Judulnya juga perihal kesadaran berpolitik itu.

Jujur, saya setuju agar semua orang, khususnya para ahli agama (Islam) sadar politik. Kekeliruan selama ini bahwa seolah-olah urusan politik hanya diurus oleh orang-orang non agama, tidak boleh diteruskan. Dulu, katanya para ahli agama cukup mengurus agama saja. Urusan politik biarlah diurus oleh ahli politik. Seolah-olah agama dan politik itu harus dipisah. Dan, akibatnya orang-orang agama justeru dipolitisasi oleh para politisi yang justeru tidak suka agama. 

Setelah sekian lama dininabobokan oleh bahasa-bahasa indah, orang agama mengurus agama saja, orang-orang mengerti agama tidak usaha pusing-pusing mengurus politik, dan banyak lagi, maka kini mulai ada kesadaran akan pentingnya para ahli agama (ualama, ustaz, dll) ikut berkecimpung di ranah politik. Tentu saja tidak sampai melupakan agama dan ibadah-ibadah sebagai praktik beragama.

Bahwa sesungguhnya Muhammad diutus ke bumi untuk mengurus umat dengan aneka problematiknya, justeru keberhasilannya menjayakan agama adalah karena masuknya taktik politik dalam dakwahnya. Urusan mengubah dan menyempurnakan akhlak manusia yang 'bonrok' itu tidak bisa semata dengan dakwah tanpa taktik. Artinya strategi politik Rasulullah itu membuktikan keberhasilannya menyampaikan risalah.

Saat ini orang (Indonesia) kita tengah sibuk dengan urusan politik. Istilah tahun politik untuk menyambut dan melaksanakan beberapa momen politik (Pilkada, Pilpres, Pemilu untuk Dewan Perwakilan) tiap saat kita dengar dan kita baca. Mengajak dan menyadarkan umat (rakyat) untuk ikut berpolitik tentu saja sebuah keniscayaan bagi semua kita. Dan kesadaran politik ini seharusnya bukan sekadar taktik untuk memenangkan sebuah kontestasi belaka. Ikut berpolitik dalam arti untuk menimbulkan kesadaran dalam melaksanakan semua aturan, itulah tujuan utamanya. Jika ada aturan kenegaraan yang belum mampu dilaksanakan, dengan kesadaran politik semoga itu dapat dilaksanakan. Jika ada aturan agama (bagi penganutnya) belum bisa dilaksanakan, dengan kesadaran politik ini semoga dapat dan mampu melaksanakannya. Itulah perlunya kesadaran berpolitik.

Jadi, jangan lagi ada pandangan (siapapun, termasuk pemegang kekuasaan) yang menganggap politik hanya urusan politisi saja. Ahli agama, cerdik-cendekia dan rakyat jelata hendaklah sadar politik. Politik bukanlah barang haram yang dilarang oleh agama untuk mepraktikkannya. Politik praktis, yes....agama tetap yess.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beri Komentar

Postingan Terbaru

Ramadan, Puasakah Aku?

Sudah kutahan tidak makan seharian Sudah kutahan pula tidak minum seharian Lama, sangat lama Sedari imsak hingga ke tennggelam surya ...