Senin, 29 Mei 2017

Mendidik Diri di Bulan Suci

BERKAITAN peringatan hari pendidikan bangsa kita, Hardiknas (Hari Pendidikan Nasional) 2 Mei 2017 yang baru saja kita tinggalkan di awal bulan ini, satu tugas yang pasti menjadi tugas pribadi masing-masing kita adalah mendidik diri sendiri. Hah? Mendidik diri? Ya, setiap manusia harus berpikir untuk mendidik diri masing-masing selain dididik oleh orang lain. Dan jika dikaitkan dengan bulan suci ini, maka peran bulan Ramadhan sebagai bulan pendidikan pun menjadi lebih tepat untuk diulas di sini.

Ki Hajar Dewantara yang bernama asli RM Suwardi Suryaningrat (Raden Mas Soewardi Soerjoningrat: ejaan lama) yang sudah dikukuhkan oleh Pemerintah RI sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia melalui SK Presiden bernomor 305 Tahun 1959 bertanggal 28 November 1959 sudah kita ketahui kiprah dan sejarahnya berkaitan dengan mendidik dan pendidikan. Tentu tidak berlebihan, juga kaitannya dengan harapan dalam mendidik diri itu sendiri. Bagaimana Ki Hajar yang berketurunan keraton ini memulai sekolah, lalu setelah mengerti tentang pentingnya pendidikan, dia bahkan memikirkan pendidikan bangsanya.

Bapak Tut Wuri Handayani (ikon pendidikan bangsa) itu sudah melewati 126 tahun silam terhitung sejak kelahirannya 2 Mei 1989 tentu saja boleh bangga melihat perkembangan pendidikan bangsa Indonesia saat ini. Namun secara perorangan, tingkat pendidikan dan pemahaman pendidikan bangsa kita masuh jauh dari keinginan. Masyarakat yang maju, mandiri berkarakter kuat demi bangsa dan negara yang menjadi cita-cita Bapak Pendidikan bangsa itu, tentulah belum terwujud pada hari ini.
Sholat Berjamaah

Nah, bersempena kita (muslim) bersama bulan suci Ramadhan 1438 (2017) yang diawali di bulan pendidikan, tidaklah berlebihan bangsa ini merenungkan diri masing-masing, apakah bulan Mei sebagai bulan pendidikan dan Ramadhan sebagai bulan suci yang juga mempunyai hikmah sebagai bulan pendidikan ini dapat kita manfaatkan untuk pendidikan diri masing-masing? Sebagai bulan puasa yang kewajiban puasa itu bersifat sangat personal, sejatinya hikmah Ramadhan sebagai bulan yang mampu mendidik diri juga secara personal kita jadikan sebagai bulan pendidikan untuk diri masing-masing. Jelasnya, mari jadikan bulan ini sebagai bulan pendidikan diri.

Mendidik diri maksudnya bagaimana kita secara pribadi mengubah prilaku diri kita dari yang belum/ kurang memahami menjadi lebih paham. Kita mengubah diri kita dari belum berprilaku baik menjadi berprilaku lebih baik. Tidak harus karena disuruh atau dipaksa oleh pihak lain untuk perbaikan diri kita sendiri.

Kita sudah pasti memahmi bahwa setiap kita, selain memiliki kelebihan dan kehebatan pastilah juga memeiliki kelemahan dan kekurangan. Bahkan dalam agama, kita diyakinkan bahwa setiap kita ini adalah orang yang memiliki kesalahan dan dosa. Tapi sebaik-baik orang yang salah adalah orang yang mau berubah dari kesalahannya kepada yang lebih baik. Jika berbuat salah kepada Tuhan, kita tobat dan minta ampunan-Nya. Jika berbuat salah kepada sesama manusia, kita meminta maaf.

Atas segala kekurangan dan kelemahan itulah kita berusaha berubah. Dan itulah bukti bahwa kita mendidikan diri kita masing-masing. Mendidik diri sesungguhnya memanglah kewajiban kita masing-masing juga. Mari, selain memperingati Hardiknas kita juga menjadikan Ramadhan ini sebagai bulan untuk mendidik diri kita.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beri Komentar

Postingan Terbaru

Merasa tak Diawasi

Tersebab tak merasa diawasi Aku bisa melakukan apapun yang aku kehendaki Merasa tak ada yang melihat gerak-gerik Aku melakukan apa saj...