LAZIMNYA ujian semester semata-mata hanya untuk mendapatkan nilai dalam
semester yang bersangkutan. Nilai-nilai itu akan dilihat di dalam lembaran buku
rapor yang dibagikan di akhir semester. Apapun caranya dan berapapun nilai itu,
harapannya adalah mendapatkan nilai terbaik. Itulah sikap umum para peserta
didik di sekolah-sekolah dalam mengikuti ujian semester. Tidak terkecuali para
peserta didik yang sejak hari Senin (10/12) mengikuti ujian semester ganjil
Tahun Pelajaran (TP) 2012/2013 di sekolah masing-masing.
Ujian semester ganjil memang tengah berlangsung dari tanggal 10 hingga 15
Desember ini, dari SD hingga SLTA, paling tidak di Kabupaten Karimun, Kepulauan
Riau. Hari Senin semalam adalah hari pertama ujian semester ganjil TP 2012/
2013 itu dilaksanakan sedangkan Sabtu nanti adalah hari terakhirnya. Selepas
itu mereka akan menerima laporan pendidikan, hasil pembelajaran selama enam
bulan ini.
Jika ujian semester oleh peserta didik hanya diartikan sebagai cara mendapatkan
nilai rapor yang akan menentukan keberhasilan peserta didik (naik/ lulus) saja,
ditambah cara mendapatkan nilai dengan tidak jujur, tentu saja ini merisaukan
kita. Betapa berbahayanya pandangan dan sikap seperti itu. Peserta didik hanya
terobsesi sekedar mengejar nilai. Apalagi jika nilai yang diperoleh ternyata
didapatkan dengan trik-trik tidak terpuji seumpama mencontek pekerjaan teman,
misalnya sungguh itu tidak boleh dibiarkan.
Sejatinya ujian semester diselenggarakan disamping untuk mengukur kemampuan
(daya serap) akademis juga untuk mengukur dan menguji kemampuan melakasnakan
pendidikan karakter. Dari belasan nilai-nilai karakter bangsa yang dikembangkan
Pemerintah untuk dilaksanakan sekolah, tentu saja nilai-nilai kejujuran dan
tanggung jawab paling diutamakan dalam pelaksanaan ujian. Sikap jujur dan
bertanggung jawab yang akan menjadi modal peserta didik dalam kelanjutan
kehidupannya, mestinya tercermin dalam mengikuti dan melaksanakan ujian
semester ini.
Tentu saja ide ini akan sangat tergantung kepada pengelola dan penanggung
jawab pendidikan di sekolah. Kepala Sekolah bersama jajarannya, adalah penentu
utama terlaksana atau tidak terlaksananya pendidikan karakter selama ujian.
Teknis sederhananya adalah bagaimana pelaksanaan ujian itu berlangsung dengan
baik dan benar. Di ruang ujian, adalah pengawas ruang yang akan menjadi garda
penentunya. Apakah pengawas mampu menerapkan nilai-nilai kejujuran dan tanggung
jawab kepada peserta ujian selama dalam kepengawasannya? Atau pengawas tidak
melaksanakan fungsi pengawasannya, sehingga terjadi berbagai kecurangan dalam
ruang ujian? Di sinilah peran pengawas ujian.
Satu hal yang tidak bisa diabaikan adalah sikap sekolah secara keseluruhan
dalam keseharian berkaitan dengan penerapan pendidikan karakter itu sendiri
terutama di lingkungan sekolah. Bagaimana warga sekolah selama ini menerapkan
nilai-nilai karakter dalam kehidupan keseharian sekolah? Jika warga sekolah
sudah terbiasa melaksanakan nilai-nilai karakter bangsa itu sehari-hari maka
dalam ujian yang dilaksanakan secara periodik ini tetap juga akan tercermin.
Peran guru (pengawas) adalah untuk memastikan bahwa nilai-nilai karakter memang
dilaksanakan dalam pelaksanaan ujian semester ini. Jangan lagi ujian hanya
sekedar mengejar nilai kognitif yang diukur dengan angka-angka belaka. Ujian
semester sejatinya sebagai ujian penerapan nilai-nilai karkater juga.***
Artikel yang sama di: http://edukasi.kompasiana.com/2012/12/11/ujian-semester-mestinya-untuk-ujian-karakter-509909.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar