ATAS kesalahan dan kekeliruannya manusia diperintahkan Tuhan untuk bertobat. Ketika manusia melakukan kesalahan atau dosa hendaklah melakukan tobat seperti difirmankan-Nya, “Hai orang-orang beriman, tobatlah kamu dengan sebenar-benarnya tobat.” (At-Tahrim: 8) atau firman lainnya, “Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang beriman supaya kamu beruntung.” (An-Nur: 31). Jadi, tobat itu atas titah Allah. Allah menyukai orang-orang yang bertobat.
Ada satu kisah yang diulangkisahkan oleh Imam Nawawi dalam Nashaih al-Ibad, dengan menyitir sebuah hadis riwayat Abu Abbas yang bermakna begini, “Allah lebih senang pada tobatnya seorang hamba yang bertobat melebihi senangnya orang haus yang menemukan air, atau orang mandul yang memiliki anak, atau senangnya orang yang kehilangan barang lalu menemukannya.” Tentu saja dengan tobat yang murni atau disebut dengan tobat nashuha.
Jelas di situ, siapapun yang bertobat kepada Allah dengan tobat nasuha, Allah akan membuat seolah lupa para malaikat yang menjaganya, anggota tubuhnya, serta bumi yang dipijaknya atas dosa dan kesalahan yang telah dia lakukan. Artinya dosa-dosa itu sudah hilang di mata Allah.
Jika kita bertanya, apakah tobat kita akan diterima Tuhan? Mari ditepuk dada, ditanya selera masing-masing karena sesungguhnya kitalah yang paling tahu tentang diri kita sendiri. Tidak ada yang bisa memastikan bahwa dosa-dosa kita sudah diampuni atas diterimanya tobat kita, kecuali Allah saja. Kita sendiri hanya bisa menduga-duga atas tindak-tanduk yang kita lakukan dalam keseharian kita. Diterima atau tidak tobat kita, sepenuhnya sangat ditentukan oleh perbuatan kita sendiri.
Menurut pada ulama dan hukamak, dengan mengutip pernyataan seorang ahli hikmah, Syekh Syihabuddin Ahmad ibnu Hajar Al-‘Asqalani dalam kitabnya Al-Munabbihat ‘Ala Al-Isti‘dad li Yaumil Mi‘ad, sebagaimana dishare hajinews.id, (dari suara NU) disebutkan tidak ada yang bisa memastikan apakah tobat seorang hamba diterima atau tidak.
Namun demikian beberapa indikator berikut dapat dijadikan semacam tanda-tanda bahwa tobat seseorang itu diterima Allah. Sekurang-kurangnya ada enam hal yang bisa dipakai sebagai pertanda,
1) Timbulnya Kesadaran; Dalam hati seorang yang bertobat akan timbul kesadaran bahwa dirinya tidak terpelihara dari dosa dan kapan pun bisa terjerumus lagi ke dalam perbuatan dosa. Kesadaran ini menggiringnya untuk selalu berhati-hati menghadapi hal-hal yang sekiranya bisa mengantarkan dirinya jatuh pada dosa itu kembali.
2) Hatinya Sedikit Bergembira dan Banyak Bersiap-sedia untuk Hari Akhirat; Maksudnya hati orang tobat, itu tidak bisa bergembira berlebihan karena senantiasa mempersiapkan dan memikirkan masa depan akhiratnya yang belum mendapat jaminan apa-apa. Apakah hidupnya berakhir dengan membawa iman atau sebaliknya, itulah yang selalu terpikirkan. Renungannya adalah tentang tobatnya yang entah diterima entah tidak oleh Allah.
3) Dekat dengan Orang Saleh; Pemahaman orang bertobat akan cenderung berusaha mendekati orang-orang saleh. Dia menyadari bahwa dekat dengan orang-orang baik dapat mempertahankan kebaikan dirinya dan bisa mengingatkannya manakala berbuat kesalahan. Sebaliknya, bergaul dengan orang-orang jahat akan membuka kesempatan bagi dirinya tergerus oleh keburukan mereka, walaupun dia berusaha tidak melakukannya.
4) Memandang Dunia dan Akhirat dalam Kebalikannya; Maksudnya, orang-orang yang bertobat akan melihat urusan dunianya terlalu banyak meskpin sebenarnya hanya sedikit. Sebaliknya dia memandang urusan akhirat yang sudah begitu banyak dibuatnya sebagai sesuatu yang masih sedikit. Perinsipnya, orang yang bertobat itu harus mengingat bahwa sesedikit apapun urusan dunia seumpama kekayaan dunia, misalnya yang halal-haramnya akan dihisab dan dipertanggungjawabkan, bahwa itu adalah perkara yang sudah besar.
5) Sibuk dengan Masalah yang Menjadi Kewajiban Tuhan; Maksudnya melihat diri dan hatinya hanya sibuk dengan perkara-perkara yang dibebankan Allah kepada dirinya, sedangkan terhadap perkara-perkara yang telah dijamin oleh Allah, tak sedikit pun meresahkannya dan tidak menjadi kesibukannya. Kesibukannya lebih fokus kepada bagaimana mematuhi periuntah Allah.
6) Menjaga Lisan adalah Kewajiban; Hal ini lahir dari kesadaran bahwa banyak membicarakan perkara yang tidak berguna, sama dengan mengantarkan dirinya kepada pintu kemaksiatan, sebagaimana yang diingatkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sabdanya yang bermakna, “Sesungguhnya, manusia yang paling banyak dosanya pada hari kiamat adalah manusia yang paling banyak bicaranya dalam kemaksiatan kepada Allah.” Jadi, orang bertobat itu adalah orang yang senantiasa menjaga lisannya dari hal-hal yang menimbulkan dosa. Dia benar-benar amalkan perinsip Nabi, hanya berbicara yang baik saja atau jika tidak ya diam saja.
Doa kita, tentu saja kiranya kita adalah orang-orang yang senantiasa mampu memelihara lidah kita dalam berbicara. Sesungguhnya kita adalah orang yang akan selalu bertobat atas kesalahan kita. Dan untuk diterimanya tobat kita, memelihara adalah kuncinya.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar