Jumat, 15 Januari 2021

Kesempatan Bertemu Syekh Ali Jaber, itu Hanya Sekali (Selamat Jalan,Syekh)

KAMIS (14/01/2021) lalu, itu adalah hari berduka umat, umumnya masyarakat Indonesia. Indonesia kembali berduka hari itu dan tentu hari-hari berikutnya setelah duka yang dalam atas kecelakaan pesawat Sriwijaya. Satu hari menjelang Jumat, itu adalah wafatnya ulama kharismatik yang dekat dengan umat dan masyarakat Indonesia, Syaikh Ali Shaleh Mohammad Jaber yang kita kenal dengan sapaan Syekh Ali Jaber. Syekh Ali Jaber wafat di Rumah Sakit Yarsi Jakarta.

Seperti sudah banyak diberitakan baik kronologis kepergiannya maupun profil syekh yang berceramah selalu dengan bahasa yang sejuk kita ketahui belyau lahir di Madinah pada 3 Shafar 1396 hijriyah atau bertepatan dengan 3 Februari 1976 masehi yang berarti dia meninggalkan kita dalam usia kurang lebih 44 tahun.

Belajar sejak sekolah dasar (ibtidaiyah) dan sekolah menengah pertama (tsanawiyah) hingga menengah atas (aliyah) di Negara kelahirannya, syekh yang terkenal dengan ‘infaq alquran’ merupakan anak tertua dari 12 (dua belas) orang bersaudara. Menurut berita yang kita baca, oleh ayahnya dia diharapkan menjadi tulang punggung visi ayahnya dalam berdakwa agama. Tidak heran sedari muda bahkan dalam usia yang belum remaja dia sudah menjadi imam di negaranya.

Ikatan persaudraan yang terhubung dengan Indonesia membuat dia memilih Indonesia sebagai tempat dia berjuang dalam agama. Harapan ayahnya yang konon sangat keras dalam mendidik (agama) anak-anaknya dibuktikan dengan menjadi pendakwah agama di Negara Indonesia dengan penduduk muslim terbesar di dunia ini.

Kisah tentang Syekh Ali Jaber tidak akan habis-habisnya jika kita tulis detail. Saya ingin menyatakan rasa bangga saya atas kesempatan saya dan masyarakat Kabupaten Karimun karena dapat berjumpa langsung dengan belyau. Seingat saya, itu awal Oktober lalu, tepatnya 2-3 Oktober 2020. Dengan catatan singkat ini saya ingin menyampaikan doa juga, kiranya belyau husnul khotimah dan dimasukkan Allah ke dalam syurga, amin.

Masyrakat Karimun layak bangga atas kehadirannya di Bumi Berazam. Dalam program Safari Dakwah yang direncanakan akan dilaksanakan untuk seluruh wilayah Indonesia tim Ali Jaber belumlah sempat mengunjungi setengah dari rencana itu. Wilayah Negara Indonesia yang begini luas tentu saja memerlukan waktu yang sangat lama untuk menempuh semuanya. Namun, alhamdulillah, ternyata syekh menjadwalkan lebih awal untuk Kepri, khususnya Karimun. 

Program sejuta hafizh dan wakaf alquran yang dikampanyekannya di setiap kunjungannya membuat dia semakin dikenal dan dicintai umat. Karimun sebagai salah satu kabupaten yang sempat dikunjunginya dia juga juga mengkampanyekan program wakf dan ainfaq alqurannya. Dia juga menjual buku karyanya sendiri dengan cara melelang buku itu dengan harga yang cukup tinggi dan hasil penjualnnya sepenuhnya untuk pembangunan pesantren alquran yang dia bangun. 

Seingat saya dia waktu di Kabupaten Karimun berdakwah di tiga tempat, Masjid Agung (Masjid Kabupaten) pada malam hari ketika baru tiba dan Masjid Baiturrahman (masjid kedua termegah di Kabupaten Karimun) pada subuh keesokannya. Lalu siangnya pada hari yang sama dia berdakwa di Islamic Center Kabupaten Karimun yang berlokasi di Tanjungbatu Kundur.

Dari Pulau Karimun ke Pulau Kundur, Syekh dan kami semua satu rombongan menggunakan kapal very yang disewa panitia kegiatan Safari Dakwah Syekh Ali Jaber. Saya yang berkesempatan ikut di very yang sama tentu saja merasa berbahagia dapat bertemu langsung dengannya. Namun, ternyata pertemuan pertama itu adalah sekaligus menjadi pertemuan terakhir. Dapat bertemu langsung namun hanya sekali itu saja.

Tetap merasa bangga. Dan sekali lagi, melalui catatan singkat ini saya dan masyarakat Kabupaten Karimun mengucapkan terima kasih atas kehadiran itu dan berdoa semoga kepergiannya ke alam baka dalam status husnul khotimah. Diampuni Allah semua dosanya dan dimasukkannya dia ke dalam syurga, amin.*** 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beri Komentar

Postingan Terbaru

Di Jepang Tidak Ada Hari Guru

Aku menemukan tulisan ini ..... (Iman Arifandy) DI JEPANG, TIDAK ADA HARI GURU Sekali saya bertanya kepada kolega Jepang saya, Guru Yamamoto...