Rabu, 13 Januari 2021

Ketika Nelayan Pergi, Masyarakat Sedih

INFORMASI seorang teman, Senin (11/01/2021) kemarin mengatakan ke saya, Sladi meninggal. Dia meninggal dunia karena terjatuh ke laut dari kapal pencari ikan, tempat dia bekerja pada hari sebelumnya. Bagi siapa saja informasi itu mungkin biasa saja. Di wilayah kepulauan yang lautnya kurang lebih 90-an persen laut dan daratan yang hanya keurang lebih 10 persen, berita kematian orang di laut sudah menjadi biasa. Apalagi yang diinformasikan ini memang nelayan yang kehidupan sehari-harinya lebih banyak di laut dari pada di darat. Dia orang yang menggantungkan hidupnya di laut. Dan biasanya akhir hidupnya juga di laut. Itu kepercayaan sebgian besar masyarakat.

Bagi saya yang selama 8 tahun 3 bulan menjadi warga masyarakat Kecamatan Moro, berita kematian orang Moro tentu saja menajdi respon tersendiri buat saya. Bahkan, meskipun orang yang meninggal, ini ternyata bukanlah orang asli Moro karena sebenarnya hanya bekerja dengan seseorang orang Moro, saya tetap menaruh perhatian. Tetap serasa orang kampung sendiri yang meninggal. 

Seperti banyak diberitakan oleh media online di Karimun, termasuk oleh radioazam.id yang setiap saat selalu saya baca karena saya adalah bagian di dalamnya, berita meninggalnya salah seorang nelayan Moro itu tetap membuat perasaan saya lebih dari sekadar sedih. Catatan ini saya buat sebagai rasa duka saya sesama orang Moro khususnya dan orang Kabupaten Karimun pada umumnya. Dan saya percaya, semua kita akan ikut bersedih atas berita kematian i ni.

Pria yang diketahui bernama Sladi (52) tahun dengan domisili Kecamatan Moro karena bekerja dengan seorang pengusaha ikan asal Moro, itu terjatuh saat tengah berada diatas kapal cumi KM Cahaya Baru 02, di perian Lingga sana. Sladi ditemukan sekitar pukul 06.00 sudah dalam keadaan tidak bernyawa. Saat itu Sladi bersama teman-temannya tengah berada di perairan Dabo Singkep Kabupaten Lingga karena tengah mencari ikan. Seperti biasa, kapal ini beroperasi menangkap ikan di perairan Kepri sesuai lokasi tangkapan yang dibenarkan.

Informasi dari beberapa media, saat jatuh dari kapal, konon rekan-rekan korban  dalam satu kapal yang sama sempat mendengar teriakan minta tolong, sehingga berupaya memberikan pertolongan, dengan melemparkan galon ke dekat Sladi. Tapi kaena cuaca sangat buruk sehingga ia lambat tertolong dan terombang ambing dihantam gelombang laut yang kebetulan lumayan besar saat itu. Nasib Sladi tidak dapat diubah sesuai ajalnya. Dia tertolong setelah nyawanya tidak ada lagi.

Dikatakan bahwa kapal tempatnya terjatuh pun tidak bisa bergerak menuju tempat korban hanyut, karena posisi kapal sedang lego jangkar. Bagaimanapun, kapal yang tengah tertambat di tengah laut tidak akan mudah langsung bergerak dan berubah posisi di luar areal lego janvgkarnya. Akibatnya kesulitan olah gerak saat cuaca buruk itu. Dan meskipun tali jangkar sempat diputuskan secara paksa untuk segera mencari keberadaan Sladi namun usaha itu hanya sampai batas menemukan tubuhnya yang sudah menjadi mayat. Innalillahi wainna ilaihi rojiun. Itu saja yang dapat diucapkan.

Masih menurut informasi dari teman saya dan juga seperti ditulis media, setelah menemukan jasad Sladi, rekan kerja kemudian membawa jasadnya menuju domisili 'induk semang' korban, tepatnya di Gelugur Kecamatan Moro pada Senin (11/1/2021) pagi itu. Dengan menggunakan kapal sebagai sarana mereka bekerja yakni KM Cahaya Baru 02 mayat Sladi langsung dievakuasi ke Moro. Bagi keluarga dan masyrakat, meskipun sangat sedih karena kehilangan tulang penopang kehidupan keluarga serta teman bergaul, orang-orang yang ditinggal tetap bersedih sekaligus bersyukur karena jasad Sladi dapat ditemukan.

Perihal mayat orang yang meninggal di laut, itu juga satu hal yang menjadi catatan sendiri. Tidak jarang jasad korban di laut tidak dapat ditemukan dalam waktu berhari-hari. Terkadang empat hingga sepekan ke depan barulah jasad seseorang dapat ditemukan baik masih utuh maupun sudah tidak utuh. Maka ketika jasad keluarga dapat segera ditemukan, itu adalah satu keberkahan tersendiri pula bagi keluarga. Meskipun berduka, itu lebih baik dan dapat sedikit meredakan rasa duka keluarga.

Tentang jasad Sladi, ini dikatakan, saat setelah tiba di Moro, langsung dibawa menggunakan ambulan Puskesmas Moro menuju ke rumah duka. Selanjutnya dibawa ke masjid untuk disholatkan bersama oleh masyarakat yang hadir. Tindakan ini juga sedikit-banyak mengobati rasa duka keluarga karena sikap gotong royong dan rasa kebersamaan masyarakat tetap terjaga.***

Foto dari: Kumparan/Kepripedia (diedit)

2 komentar:

  1. Turut beduka. Tulisannya bermakna
    Semangat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih, ucapan dukanya. Ya, semoga bermakna terutama bagi keluarga dan kita semua.

      Hapus

Beri Komentar

Postingan Terbaru

Di Jepang Tidak Ada Hari Guru

Aku menemukan tulisan ini ..... (Iman Arifandy) DI JEPANG, TIDAK ADA HARI GURU Sekali saya bertanya kepada kolega Jepang saya, Guru Yamamoto...