SETIAP pagi, jika saya, isteri dan anak-anak tidak sarapan pagi di luar, maka saya akan mencari dan membelinya untuk kami makan bersama di rumah. Terkhusus di hari libur, waktu untuk di rumah pada pagi hari biasanya juga lebih lama maka sarapan paginya juga di rumah. Seperti hari ini.
Pagi, Jumat (01/01/2021) ini, hari pertama di tahun baru saya mencari sarapan untuk kami makan bersama. Pesanan kegemaran isteri sudah jelas. Sayapun menuju ke tempat biasa membelinya. Tapi ada catatan penting saya pada saat mencari sarapan hari berkah ini. Saya benar-benar mendapat berkah itu. Saya anggap saja berkah hari Jumat sebagai hari mulia dan berkah hari baru di tahun baru, 2021.
"Inilah berkah pertama saya di hari pertama memasuki tahun baru 2021," kata saya dalam hati saat mendapatkannya. Orang lain boleh saja tidak menganggap terlalu penting perolehan ini karena hanya gorengan bakwan hangat. Ya, gorengan yang sudah biasa kita makan. Tapi saya mendapatkan gorengan bakwan ini justeru saya anggap ada catatan pentingnya. Lha, bakwan saja ditulis, hehe ada yang begitu, kan? Tidak masalah.
Saya menganggap tetap ada istimewanya perolehan ini karena saya merasa memang ada istimewanya. Begini, gorengan bakwan yang dijual di sudut Pasar Raja Sum atau masyarakat Karimun dan Meral lebih mengenal dengan nama Pasar Bukit Tembak, itu memang enak. Ha, enak juga relatif. Tapi yang pastinya, bakwan itu digoreng di tempat. Maksudnya, Ibu penjualnya tidak menggoreng bakwannya di rumah lalu dibawa ke pasar. Justeru digoreng di pasar dan peminarnya harus menunggu masak dulu. Goengannya pasti masih hangat, kan? Itu saja sudah istimewa.
Sebelum pukul tujuh pagi, biasanya penggemar bakwan ini sudah mulai hadir, menunggu goreng bakwan itu matang. Penjualnya juga tidak terlalu pagi memulainya. Saya ingat sekitar pukul tujuh kurang, begitu setiap pagi. Jadi, untuk dapat membelinya pastilah antri. Saya beberapa kali membeli di pagi (awal mulai memasaknya) hari pasti antri dulu.
Nah, pagi ini saya berhenti di situ. Saya melihat tidak ramai calon pembeli. Hanya ada satu orang. Seorang Ibu dengan anaknya berdiri di sebeluhnya. Saya parkir scuter saya, lalu saya bertanya. "Bu, itu sudah ada yang punya?" Maksud saya ada beberapa bakwan yang sudah masak, belum dibungkus. Yang lainnya masih dalam wajan (kuali) penggorengan. Saya ingin membeli langsung dan langsung juga pulang ke rumah.
Ibu penjual itu menunjuk Ibu yang berdiri di hadapannya, untuk menjawab pertanyaan saya. Saya melihat, dan kaget, ternyata dia guru. Guru yang sebelumnya kami pernah bersama di SMA tempat saya terakhir mengabdi. "Hehe," kata saya. Dia menjawab, "Eeh, Bapak." Kami pun tertawa lebar.
Nah, berkah itu datang ketika Ibu Guru ini menawarkan, saya duluan giliran emndapatkan bakwannya. Padahal, kan dia lebih dulu di situ. Dan Ibu penjual bakwan itu sudah beri tahu saya, siapa yang punya bakwan yang sudah masak itu. Artinya, dia sudah menunggu sejak sebelum saya sampai di situ.
Tapi, ya namanya berkah, saya dipelawe (dipersilakan) Ibu Guru itu untuk duluan. Alhamdulillah. Saya pun memberi tahu jumlah bakwan yang saya inginkan. Kebetulan tidak perlu banyak. Hanya untuk pelapis sarapan yang sudah saya beli sebelumnya.
Ternyata berkah mendapat giliran duluan, itu belu habis. Satu berkah lagi, saat saya akan membayar dan sudah mengeluarkan uang sisa pembeli sarapan, dia katakan, "Tak usah, Pak. Saya aja yang bayar." Nah, lho. Walaupun saya juga segan dan menyatakan akan membayarnya, tapi dia sekali lagi mengatakan akan membayarkan bakwan saya. Sekali lagi, alhamdulillah.
Ini memang rezeki dan berkah tahun baru, kata saya dalam hati lagi. Sayapun hidupkan scuter untuk pulang ke rumah. Berkah pertama di hari pertama. Alhamdulillah. (Maaf, untuk ibu itu, saya memang tidak menyebut namanya di sini, khawatir dia tidak suka disebut. Termasuk SMA berapanya. Tapi, mohon izin saya menulisnya sebagai tanda saya berterima kasih atas pemberiannya.) Terima kasih.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar