HARI Ahad (03/05/2020) ini genap sepuluh Ramadhan 1441 terjalankan. Alhamdulillah. Siang, saat catatan ini dirampungkan, tentu masih berharap kiranya puasa ini selamat hingga berbuka nanti. Tidak ada kata pasti di sini. Sepenuhnya hanya doa dan harapan yang semoga diijabah-Nya hingga puasa ke-10 ini bisa tuntas hingga berbuka.
Masih ingat, setelah Pemerintah melalui Kementerian Agama RI, Kamis (23/04/2020) sore lalu itu mengumumkan hasil Hisab-Rukyat melalui Sidang Isbat untuk memutuskan awal Ramadhan. Kita sebagai umat Islam sangat gembira beriring haru. Gembira, karena Ramadhan segera akan masuk persis magrib itu dan besok Jumat akan diawali puasa. Setiap muslim yang hatinya bergembira menyambut Ramadhan maka diharamkan kulitnya disintuh neraka. Subhanaalloh, hadis itu membuat setiap muslim segera ingin bersama puasa.
Tapi waktu itu juga ada rasa haru yang menerpa perasaan. Betapa tidak. Jauh-jauh hari sebelum Ramadhan benar-benar datang, masyarakat dunia termasuk Indonesia dibuat takut oleh virus corona alias covid-19 yang tiba-tiba muncul. Tercatat sejak awal Maret 2020 lalu itu, sejak kasus positif corona pertama ditemukan di Jakarta, sejak itu pula corona membuat porak-poranda kehidupan manusia. Corona telah menebar teror yang begitu dahsyat ke seluruh pelosok Tanah Air. Tidak ada satu provinsi pun yang tidak didatanginya. Maka kehadiran Ramadhan dalam keadaan seperti itu, pasti saja membuat semua orang haru.
Puasa pertama alhamdulillah dijalankan dengan aman dan lancar. Setelah malamnya tarwih di rumah saja sesuai anjuran Pemerintah hingga sahur juga tentu di rumah saja. Seharian di puasa pembuka itu saya dan keluarga di rumah saja. Bahkan solat Jumat pada hari itu juga tidak ikut karena masjid di sekitar memang tidak melaksanakan sesuai bunyi edaran bupati. Karimun sebagai daerah terjepit oleh Batam, Tanjungpinang dan Riau yang berzona merah oleh Bupati Karimun diputuskan mengikuti Edaran Menteri Agama yang menganjurkan tidak solat berjamaah dengan jumlah ramai di masjid.
Setiap malam sejak hari pertama puasa kami sekeluarga melaksanakan aktivitas Ramadhan di rumah saja. Setiap malam kami berjamaah isya dan tarwih di rumah. Hanya ada tambahan anak saya dan suaminya yang tinggal di rumah sendiri, tidak jauh dari rumah saya, selama Ramadhan mengungsi ke rumah 'induk' untuk tarwih bersama. Dia membawa anak-anaknya ke rumah orang taunya untuk ikut berjamaah.
Di malam ke-10, malam tadi itulah kami baru ada perubahan tempat berbuka. Jika sembilan kali berbuka saya dan isteri tambah dua anak laki-laki berbuka di rumah 'induk' alias tempat saya tinggal dan anak perempuan saya dan suaminya berbuka di rumahnya, maka malam tadi kami berkumpul di rumah mertua saya di Kampung Bukit. Saya dan seluruh anak-menantu saya boyongan ke rumah Pak Amir (mertua laki-laki saya) yang bertempat tinggal di Kampung Bukit, Meral. Malam ini kami melaksanakan acara Buka Bersama.
Sungguh terasa menyenangkan bergabung begitu ramai keluarga isteri saya. Ada 'ayah-emak' mertua dengan lima orang anak-anaknya yang kesemuanya sudah berumah tangga dan masing-masing sudah punya anak. Bayangkan jumlah kami berkumpul di rumah mertua saya malam tadi. Penuh satu rumah, serasa masih tidak akan muat. Tapi itulah yang membuat suasana begitu membahagiakan. Keluarga isteri saya memang keluarga besar dengan cucu-cucunya yang juga ramai.
Ada banyak yang ingin saya catatkan pada lembaran ini untuk merangkum catatan Ramadhan dalam sepuluh hari pertama ini. Bagaimana saya dan anak-anak saya solat tarwih bersama di Kampung Wonosari yang setiap malam dihadiri dua cucu saya yang masih kecil. Belum bisa berjalan. Keduanya membuat solat kami sedikit-banyak terganggu. Tapi itulah nikmatnya solat bersama anak-menantu dan cucu. Itu menjadi catatan tertsediri. Begitu pula bagaimana saya dan isteri sahur bersama cucu yang pertama yang sudah di TK. Dia sedang belajar berpuasa. Juga ada kesan tersendiri, tentunya. Insyaallah akan dibuatkan catatannya sendiri.
Catatan Sepuluh Hari Pertama yang oleh para ustaz disebut sebagai hari-hari penuh rahmat, ini saya cukupkan dulu sampai seperti itu. Ada kesan, ada catatan. Itulah yang penting dari setiap huruf dan setiap kata yang tertera di sini. Selamat melanjutkan puasa kita.***
Tapi waktu itu juga ada rasa haru yang menerpa perasaan. Betapa tidak. Jauh-jauh hari sebelum Ramadhan benar-benar datang, masyarakat dunia termasuk Indonesia dibuat takut oleh virus corona alias covid-19 yang tiba-tiba muncul. Tercatat sejak awal Maret 2020 lalu itu, sejak kasus positif corona pertama ditemukan di Jakarta, sejak itu pula corona membuat porak-poranda kehidupan manusia. Corona telah menebar teror yang begitu dahsyat ke seluruh pelosok Tanah Air. Tidak ada satu provinsi pun yang tidak didatanginya. Maka kehadiran Ramadhan dalam keadaan seperti itu, pasti saja membuat semua orang haru.
Puasa pertama alhamdulillah dijalankan dengan aman dan lancar. Setelah malamnya tarwih di rumah saja sesuai anjuran Pemerintah hingga sahur juga tentu di rumah saja. Seharian di puasa pembuka itu saya dan keluarga di rumah saja. Bahkan solat Jumat pada hari itu juga tidak ikut karena masjid di sekitar memang tidak melaksanakan sesuai bunyi edaran bupati. Karimun sebagai daerah terjepit oleh Batam, Tanjungpinang dan Riau yang berzona merah oleh Bupati Karimun diputuskan mengikuti Edaran Menteri Agama yang menganjurkan tidak solat berjamaah dengan jumlah ramai di masjid.
Setiap malam sejak hari pertama puasa kami sekeluarga melaksanakan aktivitas Ramadhan di rumah saja. Setiap malam kami berjamaah isya dan tarwih di rumah. Hanya ada tambahan anak saya dan suaminya yang tinggal di rumah sendiri, tidak jauh dari rumah saya, selama Ramadhan mengungsi ke rumah 'induk' untuk tarwih bersama. Dia membawa anak-anaknya ke rumah orang taunya untuk ikut berjamaah.
Di malam ke-10, malam tadi itulah kami baru ada perubahan tempat berbuka. Jika sembilan kali berbuka saya dan isteri tambah dua anak laki-laki berbuka di rumah 'induk' alias tempat saya tinggal dan anak perempuan saya dan suaminya berbuka di rumahnya, maka malam tadi kami berkumpul di rumah mertua saya di Kampung Bukit. Saya dan seluruh anak-menantu saya boyongan ke rumah Pak Amir (mertua laki-laki saya) yang bertempat tinggal di Kampung Bukit, Meral. Malam ini kami melaksanakan acara Buka Bersama.
Sungguh terasa menyenangkan bergabung begitu ramai keluarga isteri saya. Ada 'ayah-emak' mertua dengan lima orang anak-anaknya yang kesemuanya sudah berumah tangga dan masing-masing sudah punya anak. Bayangkan jumlah kami berkumpul di rumah mertua saya malam tadi. Penuh satu rumah, serasa masih tidak akan muat. Tapi itulah yang membuat suasana begitu membahagiakan. Keluarga isteri saya memang keluarga besar dengan cucu-cucunya yang juga ramai.
Ada banyak yang ingin saya catatkan pada lembaran ini untuk merangkum catatan Ramadhan dalam sepuluh hari pertama ini. Bagaimana saya dan anak-anak saya solat tarwih bersama di Kampung Wonosari yang setiap malam dihadiri dua cucu saya yang masih kecil. Belum bisa berjalan. Keduanya membuat solat kami sedikit-banyak terganggu. Tapi itulah nikmatnya solat bersama anak-menantu dan cucu. Itu menjadi catatan tertsediri. Begitu pula bagaimana saya dan isteri sahur bersama cucu yang pertama yang sudah di TK. Dia sedang belajar berpuasa. Juga ada kesan tersendiri, tentunya. Insyaallah akan dibuatkan catatannya sendiri.
Catatan Sepuluh Hari Pertama yang oleh para ustaz disebut sebagai hari-hari penuh rahmat, ini saya cukupkan dulu sampai seperti itu. Ada kesan, ada catatan. Itulah yang penting dari setiap huruf dan setiap kata yang tertera di sini. Selamat melanjutkan puasa kita.***
Alhamdulillah kita sdh melewati puasa 10 hari di bulan suci ramadhan
BalasHapusYa, Om Jay. Semoga sisanya tetap bisa kita bersamanya.
Hapus