Senin, 19 Januari 2015

Mau Tapi Tak Maju

Foto dari Google.com
SALAH satu agenda yang diusulkan anggota MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) IPS Kelompok B (Ekonomi/ Geografi) SMA/ MA Kabupaten Karimun pada pertemuan MGMP hari Sabtu (17/ 01) adalah menyusun PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Agenda ini direncanakan pada salah satu pertemuan dalam agenda kegiatan tahun 2015 bulan-bulan yang akan datang.

Saya mengerti maksud dimasukkannya agenda penyusunan PTK adalah karena setiap guru memang wajib mengerti dan mampu membuat PTK dalam tugas dan fungsinya sebagai guru. Kewajiban itu bukan sekadar untuk keperluan kenaikan pangkat semata, tetapi yang lebih utama adalah untuk refleksi diri setiap guru dalam proses pembelajaran yang dilakukan.

Seorang guru (pendidik) harus terus-menerus menilai dirinya sendiri dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai guru, terutama berkaitan dengan proses pembelajaran yang dikelola. Tidak jarang ditemukan di kelas, betapa banyaknya kelemahan dan kekurangan baik dari guru sendiri maupun dari peserta didik atau siswanya. Kelemahan dan kekurangan itu biasanya berujung pada rendahnya daya serap peserta didik dalam menerima materi pelajaran.

PTK adalah penelitian yang bersifat praktis yang dilakukan guru (pendidik) di kelasnya dalam usaha memperbaiki mutu pembelajaran yang dikelolanya. Jadi, tujuan PTK dilakukan adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran serta membantu memberdayakan guru dalam memecahkan masalah pembelajaran di kelasnya. Begitulah para pakar menjelaskan. Seperti dikatakan Muslich atau Suyanto, misalnya, bahwa tujuan PTK itu adalah untuk meningkatkan dan atau memperbaiki praktik pembelajaran di kelas. Selain itu juga dapat meningkatkan relevansi pendidikan, meningkatkan mutu pendidikan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan itu sendiri.

Begitu pentingnya membuat PTK maka tidak ada alasan bagi seorang guru untuk tidak mengerti atau tidak bisa melakukannya. Sekali lagi, melaksanakan PTK tidak semata untuk keperluan kenaikan pangkat saja. Tapi jauh lebih penting adalah untuk membuat penilaian sendiri terhadap proses pembelajaran yang dilakukan untuk mampu memperbaikinya jika masih dinilai belum tercapai sesuai harapan.

Maka, ketika rekan-rekan dalam MGMP memasukkan pelatihan penyusunan PTK dalam salah satu agenda kegiatan pertemuannya di tahun 2015 ini, tentu saja itu merupakan sesuatu yang bagus dan cerdas. Ada kesadaran bahwa materi ini penting. Masalahnya, dan ini yang membuat saya ragu dan ragu: mau tapi seperti tidak mau. Saya menyebutnya, 'mau tapi tak maju' juga. Itu yang selama ini terjadi.

Yang saya maksud tidak maju adalah karena selama ini (paling tidak sampai pertemuan MGMP terakhir itu) saya belum melihat rekan-rekan guru itu benar-benar serius untuk mau belajar menyusun PTK. Hal ini karena sebagian besar rekan-rekan guru itu tidak membuktikan kemauannya yang tinggi untuk belajar menulis. Belum kelihatan budaya menulis itu dalam aktivitas sehari-hari sebagai guru.

Kita tahu, untuk niat dan minat menulis tidak cukup niat dan minat saja jika benar-benar ingin menjadi penulis. Sekurang-kurangnya untuk menulis laporan PTK itu, misalnya tetap saja diperlukan kemauan yang keras dan tegas untuk menulis. Salah satu bukti kemauan yang keras dana tegas itu adalah dengan memaksakan diri untuk terus-menerus membuat tulisan meskipun hanya tulisan pendek. Budaya literasi itu wajib dimiliki. Inilah kunci.

Seorang guru yang benar-benar ingin membuat PTK atau karya tulis lainnya, hanya akan tercapai jika secara rutin menulis dalam usaha untuk berlatih. Bisa dimulai dengan menulis di media sosial seperti facebook atau twiter, misalnya. Lalu mengelola blog pribadi atau menulis di blog bersama.

Dengan setiap waktu-waktu tertentu menulis dengan kosnsisten, maka giliran nanti membuat laporan PTK tentu saja akan mudah melakukannya. Sebaliknya, jika hanya kemauan (di mulut) saja ingin membuat PTK tapi tidak mencoba menulis secara rutin, maka itu artinya 'hanya mau tapi tidak juga maju' alias tidak benar-benar mau belajar menulis. Sudah pasti tidak akan tercapai keinginan untuk membuat PTK itu.

Haruskah berubah? Ya, maksudnya dari tidak mau wajib mau dan buktikan kemauannya dengan senantiasa melahirkan tulisan setiap saat, setiap hari, meskipun hanya tulisan pendek saja. Tekad ini akan berguna dan akan membantu rencana 'membicarakan PTK' dalam pertemuan MGMP itu nanti. Semoga!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beri Komentar

Postingan Terbaru

Ramadan, Puasakah Aku?

Sudah kutahan tidak makan seharian Sudah kutahan pula tidak minum seharian Lama, sangat lama Sedari imsak hingga ke tennggelam surya ...