"SETIAP manusia bersalah dan sebaik-baik
kesalahan adalah yang mau berubah (tobat) dari kesalahannya." Kalimat itu merupakan
pernyataan dalam agama (Islam) yang meyakinkan umat (manusia) bahwa memang
tidak ada orang di dunia ini yang tidak bersalah. Semua orang pasti bersalah atau
berpotensi untuk melakukan kesalahan. Kecil atau besar kadar kesalahannya,
tergantung orang yang melakukanya.
Pernyataan yang dikutip dari makna hadits itu
memang untuk meyakinkan kita bahwa kita memang tidaklah manusia suci. Kesalahan
dan kekeliruan tidak mungkin nol dalam kehidupan kita. Namun nabi sekaligus
menjelaskan bahwa kesalahan itu dapat menjadi baik bagi kita jika kesalahan itu
dijadikan patokan untuk berubah kea rah yang baik. Berubah dari kesalahan
menjadi tidak lagi berbuat salah.
Di dalam agama pula diajarkan bahwa mau
berubah dari pernah berbuat salah kepada tidak lagi akan berbuat salah, itu dikatakan
dengan tobat. Tobat menjadi cara manusia untuk berputar haluan dari kesalahan
menuju kebenaran. Dari pernah berbuat tidak baik menjadi lebih baik.
Tobat adalah sikap menyadari dan menyesali
kesalahan atau kekeliruan dengan diikuti tindakan dan perbuatan untuk
menghindari kesalahan dan kekeliruan itu. Sikap dan tindakan inipun haruslah
dilakukan dengan bersungguh-sungguh. Bukan dengan setengah hati. Sikap mau
berubah dengan sepenuh hati itu dikenal dengan istilah taubat nasuha alias
tobat dengan sesungguhnya.
Karena setiap orang dapat berubah dari kesalahan
dan kekeliruannya ke jalan yang baik dan benar maka itu berarti kita harus
yakin bahwa kita dapat berubah menjadi baik setelah terlanjur berbuat tidak
baik. Keyakinan ini akan menimbulkan rasa optimis kita bahwa tidak ada
kesalahan yang tidak akan diampuni Tuhan. Tidak ada juga kesalahan yang tidak
bisa berubah menjadi kebaikan selama kita mau melaksanakan perubahan untuk
kebaikan itu.
Sikap optimis untuk berubah sangat diperlukan
dalam kehidupan. Keinginan untuk menjadi lebih baik, lebih sukses atau lebih
hebat dalam menjalankan hidup dan kehidupan adalah sesuatu yang wajar. Tapi
keinginan itu tidak akan mudah mewujudkan jika kita tidak yakin bahwa kita bisa
menjadi lebih baik. Maka diperlukan sikap optimistis tersebut.
Ada banyak juga catatan kenyataan manusia
yang merasa putus asa atau tidak percaya akan mampu berubah dari sebuah
kesalahan. Kesalahan yang berulang-ulang, yang sebenanarnya dilakukan dengan
kesadaran, memang akan sulit untuk mengubahnya. Apalagi ingin berubah dalam
waktu yang singkat. Jelas hal ini tidaklah mudah.
Kesalahan-kesalahan yang sudah melekat dalam
jiwa, perasaan dan pikiran adalah kesalahan yang jauh lebih berat untuk
mengubahnya. Seseorang yang sudah terlanjur meminum minuman memabukkan secara
terus-menerus karena sudah ketergantungan, tentu saja tidak akan mudah untuk
berubah menjadi tidak meminumnya lagi. Begitu pula kesalahan penyalahgunaan
narkoba yang juga sudah dilakukan dengan berulang-ulang dan sudah pada fase
ketergantungan, maka itu tidak juga akan mudah untuk meninggalkannya lagi.
Namun, hadits di atas sebenarnya dapat
menjadi dasar bagi manusia bahwa sebenarnya setiap kesalahan dapat diubah
selama yang bersangkutan mau bertekad untuk mengubahnya. Harus diyakinkan diri
bahwa kesalahan-kesalahan itu sangat merugikan, mencelakakan atau akan merusak
kehidupan itu sendiri. Maka tekad untuk berubah adalah kunci dan jalan
keluarnya.
Jadi, yakinlah bahwa setiap kita bisa berubah
menjadi baik jika kita benar-benar mau mengubahnya. Jangan ragu apalagi malu
untuk berubah. Apapun yang kita mau, sesungguhnya tergantung kepada kita juga.
Kata peribahasa kita, "Dimana ada kemauan, di situ ada jalan."
Artinya tetap akan bisa selama kita ada usaha. Semoga!***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar