DI AWAL-awal dilancarkannya program 'bersih dan indah' SMA Negeri 3 Karimun beberapa waktu lalu, banyak sekali kendala dan tantangannya. Program sekolah sudah cukup banyak untuk membuat sekolah ini bersih, cantik dan menyenangkan. Dari program lomba kebersihan antar kelas, program penghargaan wali kelas sampai setengah pemaksaan, tapi warga sekolah tidak mudah menggerakkannya. Sekolah tetap saja kotor.
Kendala yang paling berat dalam usaha membuat sekolah bersih adalah mental dan sikap warga sekolah yang belum terbiasa untuk bersih. Terutama di kalangan siswa yang tentu saja jumlahnya adalah yang terbesar di sekolah budaya bersih dan indah belum juga tumbuh. Acuh tak acuh melihat sampah berserakan di sekitarnya masih tetap menjadi pemandangan biasa.
Petugas kebersihan kelas sudah ada. Tapi pelaksanaan kebersihan kelas selalu tidak lancar. Ini dapat dilihat ketika jam pertama masuk akan belajar, masih ditemukan oleh guru mata pelajaran kelas yang belum bersih. Bapak/ ibu guru tidak dapat langsung masuk kelas karena siswa masih sedang menyapu di dalam kelasnya. Tentu saja ini akan mengganggu dan merugikan proses pembelajaran.
Belakangan sekolah menambah petugas (hoonorer) bagian kebersihan. Jika sebelumnya hanya ada satu orang di luar petugas lama yang sudah berubah status dari honorer menjadi pegawai negeri, kini petugas kebersihan ditambah satu orang lagi. Di awal sekolah ada, hanya Agus --waktu itu sebagai honorer-- sebagai petugas kebersihan dan keindahan sekolah. Dia juga diberi tugas sebagai pesuruh sekolah yang berkewajiban membuka/ menutup sekolah.
Selanjutnya sekolah merekrut Eri sebagai pesuruh tambahan yang juga menjaga kebersihan dan keindahan sekolah. Ketika dua orang ini sekolah masih belum mampu berubah menjadi sekolah bersih dan indah meskipun sebenarnya sudah ada perubahan dalam batas tertentu. Barulah ketika sekolah menambah satu orang lagi, Danil (juga tenaga honorer) sebagai petugas kebersihan, barulah kelihatan perubahan itu.
Ketika tingkat kebersihan sekolah mulai bagus, sekolah melanjutkan program sekolah bersih dan indah dengan keterlibatan siswa yang lebih banyak. Usaha mengubah mental siswa untuk terus-menerus ikut memelihara dan meningkatkan kebersihan dan keindahan sekolah, terasa mulai muncul. Kebiasaan membiarkan sampah berserakan di teras, di kelas atau di mana saja di sekitar siswa, sudah mulai berubah.
Guru juga terus-menerus mengingatkan siswa agar terus-menerus juga menjaga dan memelihara keberishan dan keindahan sekolah. Hasil perubahan sikap siswa, guru dan warga sekolah secara umum inilah yang mulai menampakkan hasil. Jika sebelumnya SMA Negeri 3 Karimun hanya mampu menjadi juara sekolah bersih di Kecamatan Meral yang SLTA-nya hanya ada dua saja, kini sekolah ini sudah mampu menyabet predikat sekolah sehat --istilah lain sekolah bersih dan indah-- keenam se-Kabupaten Karimun. Tentu saja ini sebuah kebanggaan. Dari 30-an sekolah yang ada, sudah mampu menduduki rangking ke-6, tentulah sangat membanggakan.
Dan yang paling layak untuk dibanggakan itu adalah bahwa sikap warga sekolah, terutama siswanya sudah mau berubah dari sikap acuh-tak acuh pada kebersihan dan keindahan menjadi lahirnya perhatian. Perhatian dan partisipasi inilah yang dibutuhkan sekolah agar sekolah ini terus mampu mempertahankan kebersihan dan keindahannya. Semoga.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar