ALHAMDULILLAH, di akhir tahun 2014 ini kembali saya dapat
ikut bersama rekan-rekan lain untk berlibur. Sebagaimana tahun-tahun
sebelumnya, tiap tahun selalu ada waktu untuk mengakhiri tahun dan membukanya
kembali di negeri seberang. Tahun 2009 kemi berliburke Pulau Pinang, Malaysia,
sementara tahun 2010 ke Langkawi dan 2011 ke Hatyai, Songkhla, Thailand.
Pada tahun 2012 tidak bisa pergi karena ada kegiatan lain
sementara pada tahun 2013 lalu juga tidak bisa kemana-mana tersebab isteri saya
dalam keadaan sakit. Itulah sebabnya liburan tahun 2014 ini, ketika teman-teman
mengajak kembali ke negeri seberang, saya dan isteri langsung mendaftar. Dengan
biaya yang tidak terlalu besar, saya ikut bersama 80-an rekan-rekan lain.
Jadwal dan rencana perjalanan di akhir tahun 2014 ini adalah kembali bermalam
tahun baru di KL (Kuala Lumpur) setelah dua malam sebelumnya direncanakan di negeri gajah,
Thailand. Sesuai rencana rombongan kami akan berangkat pada hari Ahad, 28
Desember 2014 dan akan kembali ke Karimun pada 2 Januari 2015.
Pada hari Ahad sore itu kami sudah berkumpul di Pelabuhan
Internasional Karimun. Masing-masing kami sudah memegang pasport dan ticket KM
Tuah 2, trayek Karimun- Kukup, Johor Baru, Malaysia. Saya tahu, selain
rombongan kami masih ada beberapa rombongan lainnya dari Karimun yang akan
berlibur ke negeri seberang. Ada yang menyeberang dari Karimun menuju Singapura
baru melanjutkan ke Malaysia, khususnya ke KL dengan beberapa tujuan
liburannya. Dan ada yang ke destinasi
lain di Malaysia atau Thailand. Sementara kami merencanakan akan ke Hatyai,
Songkhla melalui Malaysia, Menjelang akhir tahun kembali ke Malaysia khususnya
ke KL untuk menghabiskan malam tahun baru.
Tepat pukul 16,30 kapal yang menetap di Terminal Feri
Antarabangsa Kukup, Pontian, Johor, Malaysia itu bergerak meninggalkan
pelabuhan Tanjungbalai Karimun. Bersama ratusan penumpang lain (termasuk warga
Malaysia yang pulang berlibur dari Karimun) kami berbaur dalam kapal yang
diageni oleh perusahaan Penaga Timur (M) SDN Berhad it. Tent saja begitu
menyenangkan memulai perjalanan liburan lima hari it.
Imgirasi Malaysia
Ternyata Diskrminasi
Setelah kurang lebih 55 menit mengharungi lautan Karimun dan
Kukup, kapal dengan dominasi warna putih dan kuning itu merapat di pelabuhan
Kukup, Johor, Malaysia. Sebentar lagi para penumpang kapal akan keluar untuk
menuju ke pintu masuk Malaysia yang tentu saja dijaga para petugas dari
imigrasi. Satu hal yang biasanya menjengkelkan di pelabuhan adalah ketika harus
antri berlama-lama menanti pasport dicap oleh pegawai imigrasi. Apalagi jika
penumpang Indonesia bergabung dengan penumpang Malaysia di kapal yang sama,
biasanya pengurusan cap pasport itu akan menimbulkan rasa cemburu dari
penumpang Indonesia.
Apa yang saya khawatirkan perihal kemungkinan berlaku
diskriminasinya pegawai imigrasi Malaysia di pelabuhan Internasional itu
benar-benar terjadi. Meskipun rombongan kami yang akan berlibur akhir tahun
sudah menggunakan pakaian seragam plus ada bad nama tergantung di dada, tetap
saja kami harus menunggu seluruh warga Malaysia diproses terlebih dahulu. Kami
yang dari Indonesia benar-benar dibuat jengkel oleh para pengatur antri di
pelabuhan itu. Walapun kami (orang Indonesia) lebih duluan keluar dari kapal
dan lebih duluan berdiri antri untuk cap pasport, ternyata oleh dua orang pria yang mengatur antri itu tetap saja
meminta kami bersabar sampai selesai pemilik paspor warna merah itu tuntas
dicap. Ini benar-benar diskriminasi, kata saya sambil menggerutu. Padahal saya
melihat di pelabuhan Karimun tidak ada perbedaan perlakuan oleh pegawai imgrasi
yang bertugas di pelabuhan terhadap semua penunmpang yang akan masuk/ keluar
dari pelabuhan Internasional itu.
Meskipun jengkel di hati, kami memang harus sabar. Boleh
jadi inilah cara pemerintah atau pengelola antrian di pelabuhan Malaysia itu
untuk memanjakan rakyatnya. Kalau saja pejabat Indonesia juga demikian, tentu
saja rakyat Indonesia akan bisa dan akan belajar pula bagaimana mengajarkan
rakyatnya menjadi tuan di negerinya sendiri. Sebagai tamu di negeri orang, kami
memang harus menerima dan bersabar saja atas perlakuan itu. Liburan ini akan
tetap kami lanjutkan. (bersambung)
Masalahnya sering banyak orang Indonesia (khususnya di Keperi/ Karimun) yang menganggap ke Malaysia lebih enak karena terasa lebih aman dan nyaman. Jika transportasi di negeri sendiri sama nyamannya, kota-kota besar juga sama amannya, pastilah pandangan di atas tidak akan ada. Terima kasih rekan Budi Setiawan, atas komentar dan masukannya.
BalasHapus