Selasa, 08 Januari 2013

Kenangan Indah Malaysia Singapura (5)

SETELAH dua malam (Sabtu- Ahad, 29-30/12/2012) bermalam di Langkawi, malam selanjutnya rombongan akan meninggalkan Langkawi untuk bermalam tahun baru di KL (Kuala Lumpur), Ibukota Negara, Malaysia. Pagi-pagi, Senin (31/12/2012) itu kami sudah check out dari Hotel Istana, dan Hotel lainnya tempat kami menginap di Pulau Langkawi. Ada dua hotel kami pakai karena kekurangan kamar di satu hotel. 

Pukul 05.10 WM kami harus sudah selesai mandi pagi dan berkemas untuk ke Pelabuhan Jetikuah, Langkawi selepas solat subuh nanti, kata pimpinan rombongan. Sesuai jadwal, ticket kami untuk kembali ke Kuala Perlis adalah kapal pertama pagi itu. Oleh ketua rombongan, kami diminta pagi-pagi sekali bersiap diri. Jangan sampai ketinggalan kapal. Pukul 06.15 kami sudah harus turun dari –lantai tiga hingga lantai sembilan– hotel itu. Tentu saja setelah sebelumnya solat subuh bagi yang muslim.

Tepat pukul 07.40 WM kapal very yang kami tumpangi bergerak meninggalkan pelabuhan Jetikuah menuju Pelabuhan Kuala Perlis. Kurang lebih satu jam kami sudah sampai di seberang, Pelabuhan Kuala Perlis. Setelah sarapan di kedai-kedai sekitar pelabuhan, kami langsung masuk bus yang sebelumnya sudah kami sewa katika kami berangkat dari Johor Baru ke Pelabuhan Kuala Perlis, dua hari lalu. Pukul 09.45 bus wisata (kata orang Malaysia Bas Persiaran) itu bergerak. Menyusuri jalan tol sepanjang kurang lebih 800 km, dengan istirahat dua kali, sore menjelang malam kami sampai di KL. Malam ini kami memang akan menghabiskan malam tahun baru kami di KL.

“Semalam bermalam tahun baru di KL,” kata teman saya mengenang sebuah lagu. Saya teringat lagu “Semalam di Malaysia” yang dipopulerkan Dloyid atau Bimbo itu. Kami pun hanya satu malam (Selasa, 31/12/12) ini saja di Ibukota Malaysia, Kualalumpur. Ini adalah malam terakhir kami di luar negeri dalam perjalan LAT Karimun-Singapura-Malaysia tahun 2012  yang memakan waktu 5 hari 4 malam ini. 

Malam tahun baru ini akan kami nikmati bersama dengan ribuan orang yang memadati ibukota Negara Malaysia itu. Dengan menggunakan bus, kami menyusuri beberapa tempat keramaian di malam tahun baru. sungguh menyenangkan dapat bermalam tahun baru di sini. Inilah salah satu tujuan perjalanan kami, menikmati tahun baru sambil menikmati perjalanan.

Dua tahun terakhir, sebagian kami yang ikut dalam rombongan ini mengakhiri tahun, menyambut tahun baru selalu di KL. Tapi pada tahun 2010, tiga tahun lalu  kami berada di Langkawi untuk menyambut datangnya tahun baru. Sungguh menakjubkan malam tahun baru, menyambut tahun 2013 malam ini, di KL.

Selepas magrib –dijamak Isya—kami sudah keluar dari Hotel Adamson Kuala Lumpur, tempat kami menginap. Semua rombongan bergerak menuju lokasi wisata kota baru, Putrajaya kecuali ada beberapa orang yang tidak ikut ke sana karena membuat agenda sendiri. Direncanakan selepas menikmati suasana malam di Putrajaya, rombongan akan berkeliling sambil menunggu datangnya pukul 24.00 WM, datangnya tahun baru. Tentu saja di Indonesia masih satu jam lagi, saat itu menanti tahun baru.

Hingga pukul 23.00 WM kami menikmati suasana malam di KL dengan berjalan-jalan dan berbelanja. Lautan manusia di berbagai tempat membuat jalan macet di mana-mana. Menurut beberapa supir teksi yang sempat kami tanya, ada banyak jalan dalam kota yang ditutup malam itu. Ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada masyarakat menyambut tahun baru dengan lebih leluasa.

Saya sendiri dengan tiga orang teman lainnya, tidak ikut rombongan bus ke Putrajaya karena kebetulan kami memang sudah beberapa kali ke lokasi pusat pemerintahan Malaysia itu. Rombongan kecil  kami hanya berjalan kaki dari satu tempat ke tempat lainnya di antara keramaian manusia yang memadati jalan-jalan protokol dalam kota. Kami juga menyempatkan diri untuk berbelanja beberapa keperluan.

Tepat pukul 24.00 tengah malam, kami menyaksikan kilatan cahaya kembang api di sekitar KLCC yang terkenal dengan menara kembar Petronasnya itu. Kata pemandu wisata kami, “Kalau menara kembar, ini masih yang tertinggi di dunia,” jelasnya. Kilatan cahaya kembang api, sambar-menyambar di angkasa KLCC itu. Menurut beberapa teman, di banyak tempat juga ada permainan kembang api untuk menyemarakkan malam tahun baru. Saya dan rekan-rekan yang ikut dalam kerumunan orang ramai, hanya sekedar menyaksikan kilatan dan sambaran bunga api yang menjadi ciri perayaan tahun baru di Ibu Kota Kuala Lumpur.***

KENANGAN selama perjalanan Karimun-Singapura-Malaysia dalam Libur Akhir Tahun (LAT) 2012 menyongsong 2013 ini sesungguhnya sangatlah banyak. Bayangkan jauhnya perjalanan kami: bergerak dari Karimun, Kepri menyeberang ke Batam untuk menyeberang lagi ke Singapura. Setengah hari di negeri singa kami terus ke Malaysia dengan route Johor Baru menyusuri jalan tol ke Negeri Perlis sana untuk menyeberang lagi ke Langkawi di Kedah. Sungguh panjang perjalanan itu. Sepanjang itu pula kenangan yang kami rasakan.

Di setiap tempat peristirahatan bahkan dalam very (kapal laut) atau dalam bus selama perjalanan selalu ada aneka kenangan indah, juga yang tak indah tentunya. Di Singapura kami sempat disiram hujan ketika akan berjalan kaki menuju Masjid Sultan. Tentu ini tidak menyenangkan walaupun tetap mengesankan. Di dalam  dan selama perjalanan menuju beberapa lokasi wisata juga tidak selalu menyenangkan. Hotel tempat kami menginap di Langkawi juga tidaklah terlalu memuaskan karena fasilitas seperti televisi tidak tersedia di kamar. Hanya ada di luar kamar untuk beberapa kamar.

Namun secara keseluruhan, kenangan manislah yang lebih banyak kami rasakan. Itu harus saya katakan dengan jujur. Besarnya pegeluaran untuk biaya perjalanan rasanya sudah cukup seimbang dengan kenikmatan yang kami rasakan. Lima hari dan empat malam masa perjalanan terasa sangat singkat untuk menikmati tempat-tempat yang dilalui.

Untuk setiap tempat peristirahatan di sepanjang jalan tol selama dalam perjalanan, misalnya kami selalu merasa nyaman. Bukan saja karena berkesempatan buang hajat (besar/ kecil) setelah dua atau tiga jam dalam bus atau karena berkesempatan beristirahat untuk solat dan mandi serta makan-minum, akan tetapi rasa senang dan nyaman itu muncul adalah karena di tempat ‘rehat’ itu selalu ada segala kebutuhan yang kami inginkan. Ingin ke toilet atau ke kamar mandi, kamar mandinya banyak dan bersih. Tukang bersih (clining servis) yang bertanggung jawab menjaga kebersihannya senantiasa ada di situ. Baru saja kita menggunakan ‘refreshing room’ itu dia langsung membersihkannya. Dan toilet atau kamar mandi itu kembali bersih. Tak ada tulisan’ “Setelah buang air, tolong disiram!”

Ingin menikmati aneka makanan dan minuman, ada banyak jenis yang dapat jadi pilihan. Bahkan buah-buahan juga ada di tempat-tempat peristirahatan yang kami lalui di sepanjang jalan itu. Hebatnya pula, tak ada waktu khusus untuk semua itu. Pagi, siang dan malam bahkan jam-jam larut malam pun kebetulan kami berhenti, tempat-tempat peristirahatan tetap buka. Pelayannya seperti tidak pernah tidur. Menurut salah seorang pelayan di sebuah kafe yang sempat saya tanya, mereka memang bertugas mengikut jadwal shiff yang sudah ditentukan. Jadi, kafe itu senantiasa buka sepanjang waktu (24 jam).

Di dalam bus (seperti sudah disinggung sedikit sebelumnya) hati kami juga dibuat segembira mungkin oleh para pemandu wisata. Di setiap bus kami ada satu orang pemandu wisata. Merekalah yang menjelaskan perihal tempat-tempat wisata (di Malaysia atau Singapura) selama dalam perjalanan. Mereka menjelaskan dengan gamblang bagaimana pemerintahnya membuat program pariwasata (pelancongan) di negeri mereka. Destinasi (tujuan) wisata apa dan kemana saja sebaiknya kita kunjungi mereka jelaskan. Para pemandu wisata –yang memandu rombongan bus saya– bahkan juga bisa melawak dan bernyanyi. Itu tentu saja cukup membuat kami senang dan puas.

Di Langkawi (dua hari dua malam) kami sempat menikmati keindahan alam pulang ‘elang’ itu sambil berbelanja murah. Di lokasi wisata Gunung Mat Cincang kami berkesempatan melihat Langkawi dari udara pada saat kami berada di atas cable car atau skycar yang terkenal sangat curam tanjakan kabelnya itu. Isteri saya dan isteri teman saya yang kebetulan sama-sama dalam satu ‘kereta kabel’ bersama saya bahkan sangat ketakutan ketika melintasi hutan gunung itu. Puncaknya sangat tinggi. Tanjakan kabelnya juga sangat curam. Terasa lebih curam dari pada yang ada di Genting High Land.

Jika ada kesempatan, rasanya ingin kembali ke sana. Beberapa tempat, belum sempat kami kunjungi. Berbelanja di Mall Idaman Suri dengan produk pecah-belahnya yang sangat murah juga terasa waktunya pendek. Luasnya mall itu membuat waktu kami terasa pendek di situ. Padahal kami juga dibawa ke mall Grup Haji Ismail yang terkenal itu. Di samping niat ingin kembali ke Langkawi, kami juga punya keinginan untuk berkunjung ke beberapa lokasi wisata di negeri sendiri. Semoga terkabul.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beri Komentar

Postingan Terbaru

Di Jepang Tidak Ada Hari Guru

Aku menemukan tulisan ini ..... (Iman Arifandy) DI JEPANG, TIDAK ADA HARI GURU Sekali saya bertanya kepada kolega Jepang saya, Guru Yamamoto...