SETELAH dua malam (Sabtu- Ahad,
29-30/12/2012) bermalam di Langkawi, malam selanjutnya rombongan akan
meninggalkan Langkawi untuk bermalam tahun baru di KL (Kuala Lumpur), Ibukota
Negara, Malaysia. Pagi-pagi, Senin (31/12/2012) itu kami sudah check out
dari Hotel Istana, dan Hotel lainnya tempat kami menginap di Pulau Langkawi. Ada dua hotel kami pakai karena kekurangan kamar di satu hotel.
Pukul 05.10 WM kami harus sudah selesai mandi pagi dan berkemas untuk ke Pelabuhan Jetikuah, Langkawi
selepas solat subuh nanti, kata pimpinan rombongan. Sesuai jadwal, ticket kami untuk kembali ke Kuala
Perlis adalah kapal pertama pagi itu. Oleh ketua rombongan, kami diminta
pagi-pagi sekali bersiap diri. Jangan sampai ketinggalan kapal. Pukul 06.15
kami sudah harus turun dari –lantai tiga hingga lantai sembilan– hotel itu. Tentu saja setelah
sebelumnya solat subuh bagi yang muslim.
Tepat pukul 07.40 WM kapal very yang
kami tumpangi bergerak meninggalkan pelabuhan Jetikuah menuju Pelabuhan Kuala
Perlis. Kurang lebih satu jam kami sudah sampai di seberang, Pelabuhan Kuala
Perlis. Setelah sarapan di kedai-kedai sekitar pelabuhan, kami langsung masuk
bus yang sebelumnya sudah kami sewa katika kami berangkat dari Johor Baru ke
Pelabuhan Kuala Perlis, dua hari lalu. Pukul 09.45 bus wisata (kata orang
Malaysia Bas Persiaran) itu bergerak. Menyusuri jalan tol sepanjang kurang
lebih 800 km, dengan istirahat dua kali, sore menjelang malam kami sampai di
KL. Malam ini kami memang akan menghabiskan malam tahun baru kami di KL.
“Semalam bermalam tahun baru di KL,”
kata teman saya mengenang sebuah lagu. Saya teringat lagu “Semalam di Malaysia”
yang dipopulerkan Dloyid atau Bimbo itu. Kami pun hanya satu malam (Selasa,
31/12/12) ini saja di Ibukota Malaysia, Kualalumpur. Ini adalah malam terakhir
kami di luar negeri dalam perjalan LAT Karimun-Singapura-Malaysia tahun
2012 yang memakan waktu 5 hari 4 malam ini.
Malam tahun baru ini akan
kami nikmati bersama dengan ribuan orang yang memadati ibukota Negara Malaysia
itu. Dengan menggunakan bus, kami menyusuri beberapa tempat keramaian di malam tahun baru. sungguh menyenangkan dapat bermalam tahun baru di sini. Inilah salah satu tujuan perjalanan kami, menikmati tahun baru sambil menikmati perjalanan.
Dua tahun terakhir, sebagian kami
yang ikut dalam rombongan ini mengakhiri tahun, menyambut tahun baru selalu di
KL. Tapi pada tahun 2010, tiga tahun lalu kami berada di Langkawi untuk
menyambut datangnya tahun baru. Sungguh menakjubkan malam tahun baru, menyambut
tahun 2013 malam ini, di KL.
Selepas magrib –dijamak Isya—kami
sudah keluar dari Hotel Adamson Kuala Lumpur, tempat kami menginap. Semua
rombongan bergerak menuju lokasi wisata kota baru, Putrajaya kecuali ada
beberapa orang yang tidak ikut ke sana karena membuat agenda sendiri.
Direncanakan selepas menikmati suasana malam di Putrajaya, rombongan akan
berkeliling sambil menunggu datangnya pukul 24.00 WM, datangnya tahun baru.
Tentu saja di Indonesia masih satu jam lagi, saat itu menanti tahun baru.
Hingga pukul 23.00 WM kami menikmati
suasana malam di KL dengan berjalan-jalan dan berbelanja. Lautan manusia di
berbagai tempat membuat jalan macet di mana-mana. Menurut beberapa supir teksi
yang sempat kami tanya, ada banyak jalan dalam kota yang ditutup malam itu. Ini
dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada masyarakat menyambut tahun baru
dengan lebih leluasa.
Saya sendiri dengan tiga orang teman
lainnya, tidak ikut rombongan bus ke Putrajaya karena kebetulan kami memang
sudah beberapa kali ke lokasi pusat pemerintahan Malaysia itu. Rombongan kecil
kami hanya berjalan kaki dari satu tempat ke tempat lainnya di antara
keramaian manusia yang memadati jalan-jalan protokol dalam kota. Kami juga
menyempatkan diri untuk berbelanja beberapa keperluan.
Tepat pukul 24.00 tengah malam, kami
menyaksikan kilatan cahaya kembang api di sekitar KLCC yang terkenal dengan
menara kembar Petronasnya itu. Kata pemandu wisata kami, “Kalau menara kembar,
ini masih yang tertinggi di dunia,” jelasnya. Kilatan cahaya kembang api,
sambar-menyambar di angkasa KLCC itu. Menurut beberapa teman, di banyak tempat
juga ada permainan kembang api untuk menyemarakkan malam tahun baru. Saya dan
rekan-rekan yang ikut dalam kerumunan orang ramai, hanya sekedar menyaksikan
kilatan dan sambaran bunga api yang menjadi ciri perayaan tahun baru di Ibu
Kota Kuala Lumpur.***
KENANGAN selama perjalanan Karimun-Singapura-Malaysia dalam Libur Akhir
Tahun (LAT) 2012 menyongsong 2013 ini sesungguhnya sangatlah banyak. Bayangkan
jauhnya perjalanan kami: bergerak dari Karimun, Kepri menyeberang ke Batam
untuk menyeberang lagi ke Singapura. Setengah hari di negeri singa kami terus
ke Malaysia dengan route Johor Baru menyusuri jalan tol ke Negeri Perlis sana
untuk menyeberang lagi ke Langkawi di Kedah. Sungguh panjang perjalanan itu.
Sepanjang itu pula kenangan yang kami rasakan.
Di setiap tempat peristirahatan bahkan dalam very (kapal laut) atau dalam
bus selama perjalanan selalu ada aneka kenangan indah, juga yang tak indah
tentunya. Di Singapura kami sempat disiram hujan ketika akan berjalan kaki
menuju Masjid Sultan. Tentu ini tidak menyenangkan walaupun tetap mengesankan.
Di dalam dan selama perjalanan menuju beberapa lokasi wisata juga tidak
selalu menyenangkan. Hotel tempat kami menginap di Langkawi juga tidaklah terlalu
memuaskan karena fasilitas seperti televisi tidak tersedia di kamar. Hanya ada
di luar kamar untuk beberapa kamar.
Namun secara keseluruhan, kenangan manislah yang lebih banyak kami rasakan.
Itu harus saya katakan dengan jujur. Besarnya pegeluaran untuk biaya perjalanan
rasanya sudah cukup seimbang dengan kenikmatan yang kami rasakan. Lima hari dan
empat malam masa perjalanan terasa sangat singkat untuk menikmati tempat-tempat
yang dilalui.
Untuk setiap tempat peristirahatan di sepanjang jalan tol selama dalam
perjalanan, misalnya kami selalu merasa nyaman. Bukan saja karena berkesempatan
buang hajat (besar/ kecil) setelah dua atau tiga jam dalam bus atau karena
berkesempatan beristirahat untuk solat dan mandi serta makan-minum, akan tetapi
rasa senang dan nyaman itu muncul adalah karena di tempat ‘rehat’ itu selalu
ada segala kebutuhan yang kami inginkan. Ingin ke toilet atau ke kamar mandi,
kamar mandinya banyak dan bersih. Tukang bersih (clining servis) yang
bertanggung jawab menjaga kebersihannya senantiasa ada di situ. Baru saja kita
menggunakan ‘refreshing room’ itu dia langsung membersihkannya. Dan
toilet atau kamar mandi itu kembali bersih. Tak ada tulisan’ “Setelah buang
air, tolong disiram!”
Ingin menikmati aneka makanan dan minuman, ada banyak jenis yang dapat jadi
pilihan. Bahkan buah-buahan juga ada di tempat-tempat peristirahatan yang kami
lalui di sepanjang jalan itu. Hebatnya pula, tak ada waktu khusus untuk semua
itu. Pagi, siang dan malam bahkan jam-jam larut malam pun kebetulan kami
berhenti, tempat-tempat peristirahatan tetap buka. Pelayannya seperti tidak
pernah tidur. Menurut salah seorang pelayan di sebuah kafe yang sempat saya
tanya, mereka memang bertugas mengikut jadwal shiff yang sudah
ditentukan. Jadi, kafe itu senantiasa buka sepanjang waktu (24 jam).
Di dalam bus (seperti sudah disinggung sedikit sebelumnya) hati kami juga
dibuat segembira mungkin oleh para pemandu wisata. Di setiap bus kami ada satu
orang pemandu wisata. Merekalah yang menjelaskan perihal tempat-tempat wisata
(di Malaysia atau Singapura) selama dalam perjalanan. Mereka menjelaskan dengan
gamblang bagaimana pemerintahnya membuat program pariwasata (pelancongan) di
negeri mereka. Destinasi (tujuan) wisata apa dan kemana saja sebaiknya kita
kunjungi mereka jelaskan. Para pemandu wisata –yang memandu rombongan bus saya–
bahkan juga bisa melawak dan bernyanyi. Itu tentu saja cukup membuat kami
senang dan puas.
Di Langkawi (dua hari dua malam) kami sempat menikmati keindahan alam pulang
‘elang’ itu sambil berbelanja murah. Di lokasi wisata Gunung Mat Cincang kami
berkesempatan melihat Langkawi dari udara pada saat kami berada di atas cable
car atau skycar yang terkenal sangat curam tanjakan kabelnya itu.
Isteri saya dan isteri teman saya yang kebetulan sama-sama dalam satu ‘kereta
kabel’ bersama saya bahkan sangat ketakutan ketika melintasi hutan gunung itu.
Puncaknya sangat tinggi. Tanjakan kabelnya juga sangat curam. Terasa lebih
curam dari pada yang ada di Genting High Land.
Jika ada kesempatan, rasanya ingin kembali ke sana. Beberapa tempat, belum
sempat kami kunjungi. Berbelanja di Mall Idaman Suri dengan produk
pecah-belahnya yang sangat murah juga terasa waktunya pendek. Luasnya mall itu
membuat waktu kami terasa pendek di situ. Padahal kami juga dibawa ke mall Grup
Haji Ismail yang terkenal itu. Di samping niat ingin kembali ke Langkawi, kami
juga punya keinginan untuk berkunjung ke beberapa lokasi wisata di negeri
sendiri. Semoga terkabul.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar