Selasa, 30 Oktober 2012

Guru Ditakuti, Guru (Tak) Dihormati


KETIKA peserta didik (siswa) tampak lebih takut dari pada hormat kepada gurunya, itu sesungguhnya sudah terjadi penyalahgunaan kompetensi dan wewenang oleh guru kepada peserta didiknya. Cara seperti itu bukanlah pendidikan yang baik buat mereka. Rasa takut pada hakikatnya adalah perasaan keterpaksaan diakibatkan penempatan pelaksanaan peraturan yang keliru oleh guru.
Setiap guru pasti akan berharap proses pembelajaran yang dilaksanakannya di depan kelas berjalan dengan baik dan lancar. Sayangnya pemahaman baik dan lancar diartikan sebagai suasana tenang tanpa gangguan apapun terutama dari peserta didik. Di sinilah persoalan akan muncul. Suasana tenang tanpa gangguan jika diartikan sebagai suasana tanpa suara ribut sedikitpun dari peserta didik tentulah suasana seperti itu akan menyerupai suasana semedi yang memang tanpa bunyi. Dan suasana pembelajaran tanpa keterlibatan peserta didik sesungguhnya itulah problem yang mesti diatasi guru.

Problem pengelolaan kelas seharusnya tidak lagi diartikan sebagai mengatasi keributan di dalam kelas. Bahwa keributan yang akan mengganggu proses pembelajaran tidak dibenarkan, itu sudah pasti. Tapi suasana gaduh karena keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran, itulah suasana yang baik yang mesti diciptakan guru.

Beberapa orang guru sepertinya masih mempertahankan pola pikir pertama di atas. Guru seperti ini beranggapan lebih baik suasana tenang dari pada suasana riuh-rendah dan ribut oleh suara-suara peserta didik. Suasana tenang akan memudahkan guru menyampaikan materi pelajaran dari pada dibumbui dengan suasana ribut. Dengan ketenangan yang tercipta dalam proses pembelajaran, guru akan lebih banyak waktu untuk menyampaikan materi pelajaran. Inilah pandangan mereka.

Tidak ada yang salah dengan penciptaan suasana tenang selama proses pembelajaran berlangsung. Justeru suasana ribut akan mengganggu proses pembelajaran itu sendiri. Hanya saja jika ketenangan yang dimaksud itu  adalah ketenangan yang membuat peserta didik ketakutan itu sudah jelas sangat bertentangan dengan perinsip pembelajaran yang menyenangkan. Perinsip proses pembelajaran menyenangkan adalah perinsip yang mementingkan partisipasi peserta didik lebih tinggi dalam proses pembelajaran tersebut. Waktu-waktu yang tersedia di ruang kelas lebih banyak dipakai oleh peserta didik dari pada oleh guru. Guru tidak lagi menjadi dominan dalam usaha penyampaian materi ajar kepada peserta didik.

Jika guru masih berharap peserta didiknya untuk tenang, duduk dan diam saja di kurisi masing-masing dengan melipatkan tangan di atas meja, lalu gurunya mendominasi waktu (berceramah, dll) maka itu sama sekali tidak akan mampu menciptakan proses pembelajaran partisipatif yang dituntut kurikulum. Suasana seperti itu lebih banyak melahirkan peserta didik yang penakut dari pada peserta didik yang berani dan jujur. Kejujuran mutlak diutamakan dalam pendidikan. Dan itu tentu dimulai dari ruang kelas. Rasa takut sudah jelas akan menjauhkan peserta didik dari kejujuran karena terbinanya keberanian yang baik pada peserta didik.

Untuk itu, guru sudah sejatinya berpikir bagaimana membuat pesrta didik yang menghormati gurunya tapi bukan menakuti gurunya. Peserta didik yang merasa takut kepada guru akan cenderung berperilaku tidak jujur kepada gurunya. Sebaliknya, peserta didik yang sudah dilatih untuk berani mengemukakan pendapatnya di depan kelas akan cenderung jujur dan apa adanya kepada gurunya. Inilah sebenarnya yang diharapkan muncul dari setiap peserta didik. Kelak mereka akan memerlukan sikap jujur dan berani itu ketika sudah berhadapan dan mendapat tanggung jawab di tengah-tengah masyarakat. Semoga1***

2 komentar:

  1. iy pak, jika guru di takuti siswa, pergi sekolah di ibaratkan keterpaksaan bagi mereka. kadang para siswa memberikan sebutan killer kepada guru yg galak atau keras akan peraturan. bagi saya suasana kelas hendaknya ceria, itu yg membuatkan saya nyaman waktu sekolah dahulu. jika suasana kelas hening rasanya seperti mencengkam hehe. ribut sedikit di kelas ya tidak apa asalkn jgn keterlaluan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar tuh Alyn, ruang kelas seharusnya tidak perlu mencekam. Bagaimana siswa bisa kreatif jika mereka dalam keadaan ketakutan, ya kan? Makanya sebaiknya guru tidak membuat siswanya merasa takut saat belajar. yang penting tertib dan teratur. Mereka (siswa) itu harus enjoy waktu belajar.

      Hapus

Beri Komentar

Postingan Terbaru

Ramadan, Puasakah Aku?

Sudah kutahan tidak makan seharian Sudah kutahan pula tidak minum seharian Lama, sangat lama Sedari imsak hingga ke tennggelam surya ...