Kita juga pernah membaca berita tentang Dahlan Iskan yang emosi melihat Bandara Sukarno-Hatta yang jorok dan kotor salah satu toiletnya, Agustus lalu. Karena WC yang kotor itu Dahlan Iskan marah dengan cara membersihkan alat fital itu sendiri. Dia berjongkok menggosok wc itu langsung yang kebetulan belakangan diketahui oleh pengelola bandara itu. Itu berita dan gambarnya yang kita baca di beberapa media cetak. (lihat misalnya di http://www.tempo.co/read/news/2012/08/29/090426141/Mau-Hadiahi-KAI-dan-ASDP-Dahlan-Takut-Kualat). Mungkin masih ada banyak berita perihal marahnya DI yang lain untuk kasus yang lain pula.
Sesungguhnya DI tidak terkenal
sebagai manusia suka emosi dan pemarah. Mantan wartawan ini justeru terkenal
sebagai manusia suka tersenyum dan bertipe guyonan. Kebanyakan pengamat
menyebut DI sebagai orang yang lebih banyak tertawanya dari pada marahnya.
Bahkan jika pun sedang marah, dia juga tampak tertawa saja.
Itu pula yang saya lihat lewat acara
talk show salah satu televisi swasta sore menjelang magrib (Rabu,
31/10/12) semalam. Acara itu mengupas ‘tuduhan’ anggota DPR terhadap kinerja DI
selama menjabat Dirut PLN. Dengan menyebut hasil audit BPK, anggota DPR
sepertinya ingin menghukum DI yang dikatakan tidak becus mengurus PLN. Potensi
kerugian 37-an T yang disebut BPK dalam laporan audit itu dipakai alasan
memanggil DI. Dua kali panggilan, DI memang belum berkesempatan menghadirinya.
Hari-hari belakangan ini adalah
hari-hari DI sibuk menjawab pertanyaan wartawan perihal ‘perang DI vs DPR’ yang
memenuhi waktu dan halaman media. Sore semalam itu DI yang berada di tempat
lain berhadapan dengan dua pewancara televisi dan satu orang pakar ekonomi
Ichsanuddin Nursi di studio televisi sementara di tempat yang berbeda, ada
seorang anggota dewan yang sangat-sangat getol mempersoalkan inefisensi ala BPK
itu, Efendi Simbolon. Elit PDIP inilah yang dalam talk show itu berusaha
memojokkan DI dengan berbagai gayanya.
Pancingan Efendi Simbolon yang lebih
banyak memojokkan DI, ditambah dua pewancara televisi yang juga berat sebelah
dalam memoderasi wawancara langsung itu, membuat DI sempat mengatakan bahwa
acara-acara itu (wawancara bersama anggota DPR itu) hanya menguras energi saja.
Bahkan dia sempat mengatakan jika anggota dewan itu menduga ada kesalahan
dirinya, lebih baik bawa saja ke ranah hukum. DI dengan suara agak tinggi
mencabar untuk melaporkan saja ke polisi atau ke KPK. Bayangkan, sportifnya DI.
Dia memang tidak bisa digertak begitu saja oleh Efendi Simbolon yang
mengatasnamakan isntitusi DPR-RI itu.
Yang menarik bagi saya, sebegitu
tidak simpatinya Efendi Simbolon kepada DI dalam setiap kalimat yang
dikeluarkannya, ternyata DI tetap senyum dan biasa-biasa saja mendengarnya.
Bahkan ketika menyebut dan menantang Efendi Simbolon dan dua penyiar televisi
itu untuk membawa tuduhan itu ke aparat hukum DI juga tampak tersenyum saja.
Saya percaya, secara normal setiap orang akan tersinggung dan jengkel mendengar
stateman-statemen Efendi Simbolon seperti sore itu. Efendi Simbolon dengan
pongahnya bahkan mengejek DI dengan menyebut Menteri BUMN itu sengaja mencari
popularitas lewat media. Sungguh tuduhan yang tidak pantas menurut saya. Tapi
DI tetap tenang. Emosi tapi tidak tampak wajah emosinya. Maju terus DI. Jika
Anda benar, sejarah akan mencatat kebenaran itu, insyaallah.***
Sudah dimuat di http://sosok.kompasiana.com/2012/11/01/emosi-di-yang-tak-berwajah-emosi-499817.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar