Rabu, 24 November 2010

Tikus-tikus Rakus di Balik Luluh-lantaknya Pulau Sebatik


KERUSAKAN pulau-pulau di perairan Kepulauan Riau khususnya Pulau Sebatik di Kecamatan Moro telah menimbulkan kekhawatiran mendalam di tengah-tengah masyarakat. Kekhawatiran itu tidak saja karena akan menimbulkan kerusakan ekosistem kehidupan dan biota laut di sekitarnya untuk jangka panjang, akan tetapi juga  secara langsung pada saat ini telah menimbulkan gangguan kehidupan sehari-hari masyarakat di sekitar pulau tersebut.
Memperhatikan Pulau Sebatik dari dekat yang tampak hanyalah hamparan tanah merah bekas galian alat berat pencari pasir darat. Hamparan tanah tanpa sebatang pun lagi sisa pepohonan memperkuat kesimpulan bahwa wajah pulau Sebaik memang telah berubah dari pulau hijau menjadi pulau gundul. Yang ditunggu tinggal tenggelamnya kelak di suatu hari nanti.
Luluh-lantaknya Pulau Sebatik, sesungguhnya tidak saja akan menenggelamkan pulau yang dapat berfungsi penyangga gelombang ke pulau-pulau terdekat seperti Pulau Buluh Patah dan pulau lainnya, tapi pada hakikatnya kehancuran Pulau Sebatik secara berantai akan mendatangkan kerusakan lain yang akan menimpa alam lingkungan dan masyarakat di pulau-pulau sekitarnya. Lambat laun, bencana punahnya pulau itu sekaligus akan mendatangkan bencana juga buat lingkungan dan masyarakat di sekitarnya.
Nelayan yang hidup di pulau-pulau lain di sekitar Pulau Sebaik pasti sudah merasakan betapa lalu-lalang kapal-kapal pengangkut pasir dari dan ke Pulau Sebatik saat ini menjadi gangguan dan perusak kenyamanan nelayan dalam menangkap ikan. Ketenangan yang mereka nikmati jauh sebelum Pulau Sebaik diluluhlantakkan seperti sekarang, tidak lagi dapat mereka nikmati. Ikan-ikan yang dulu begitu terasa mudah menangkap dan mendapatkannya, kini sudah semakin terasa liar. Jumlah tangkapan mereka tidak lagi sebanyak yang mereka peroleh dulu.
Inilah perusakan pulau-pulau di salah satu bagian wilayah negeri tercinta, NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) pulau-pulau di Kepulauan Riau. Provinsi Segantang Lada dengan belasan ribu pulau di atas laut lepas nan menghijau, kini satu per satu pulaunya tergadai di tangan-tangan rakus yang tak sudi melihat pulau-pulau it terus menghijau. Pemodal kuat yang terus memperkuat modalnya dengan berbagai cara, tidak ubahnya tikus-tikus rakus yang menggerogoti apa saja yang dapat dirusaknya.
Pemodal-pemodal itu,dengan mengiming-imingi rakyat kecil di sekitar pulau dengan recehan uang CD (Comodity Depelovmen) yang tak lebih dari sekedar untuk pembeli nasi, mereka tega menghancurkan pulau-pulau penyangga laut di seantero Kepulauan Riau. Rakyat yang tidak terlalu memahami dan tidak juga mau ambil peduli dengan bakal hancurnya pulau-pulau yang diwarisi dari nenek-moyang itu, mereka kelabui untuk memperoleh izin menyedot pasir-pasir darat dari pulau-pulau tersebut. Sedihnya, pasir-pasir dari pulau yang dirambah pengumpul pulus si perut rakus, mereka jual ke negeri seberang, Singapura.
Sungguh ini adalah kejahatan yang tidak dapat dibiarkan walaupun resminya tikus-tikus rakus itu mungkin mendapat izin resmi dari Pemerintah Daerah. Mereka pasti tidak mau disebut melakukan penambangan illegal. Mereka pasti merasa melakukan perbuatan perusakan pulau itu sdebagai perbuatan yang dilindungi peraturan. Meeka juga pasti sudah merasa melakukan kewajiban dan untuk itu merasa berhak pula menikmati keuntungan.
Sayangnya, keuntungan yang mereka kumpulkan adalah keuntungan sesaat yang sebenarnya kerugian yang akan timbul jauh lebih mahal harganya dari pada keuntungan yang pada saat ini mereka dapatkan.
Sudah saatnya pemerintah berpikir ulang terhadap kekeliruan memberi izin penambangan pasir darat di pulau-pulau dalam wilayah Kepulauan Riau. Pulau Sebaik yang tidak berapa lama lagi akan tenggelam ke dasar laut akibat tergadai ke tikus-tikus rakus, hanyalah contoh kecil betapa ancaman kehancuran pulau-pulau di wilayah ini menganga di depan mata. Mari kita semua berpikir ulang dengan lebih jernih. Pulus-pulus yang diterima dari luluh-lantaknya pulau kita igtu tidak lebih dari strategi koruptif yang bakal menghancurkan anak-cucu dan bangsa ini kelak suatu hari nanti.
Kewajiban kita yang hari ini ikut menumpang hidup di pulau-pulau yang didiami saat ini, sejatinya adalah orang-orang yang wajib terus berusaha meningkatkan taraf hidup, baik diri sendiri, keluarga maupun masyarakat pada umumnya. Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai syarat menuju berkehidupan bangsa yang maju, sejahtera dan bermartabat dalam bingkai NKRI sangat ditentukan oleh bagaimana kita berpikir dan bertindak terhadap pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) Tanah Air ini. Selamat berjuang, rekan-rekan guru.

Catatan: Artikel ini adalah tugas latihan membuat artikel Ilmiah Populer pada workshop Pengembangan Profesi Guru Kab. Karimun 2010. Data-datanya mungkin belum akurat karena belum melalui riset yang jelimet.

Tanjunglai Karimun, Nov 2010

M. Rasyid Nur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beri Komentar

Postingan Terbaru

Ramadan, Puasakah Aku?

Sudah kutahan tidak makan seharian Sudah kutahan pula tidak minum seharian Lama, sangat lama Sedari imsak hingga ke tennggelam surya ...