Sudah 30 menit babak pertama berjalan saat saya sampai di kedai kopi. Tendangan awal memang bermula pada pukul 19.30. Saya tahu itu. Tapi itu waktu isya di sini, di Wonosari, Meral khususnya dan di Kabupaten Karimun umumnya. Tentu saja yang wajib didahulukan. Ikhlaskanlah laga yang sudah berlalu saat waktu itu.
Saya duduk di sebelah seorang teman yang kebetulan kursi di sebelahnya masih kosong. Kursi lainnya sudah penuh semua saya lihat. Baik di bagian luar --dengan layar lebar-- maupun di dalam dengan dua televisi yang lebih kecil juga sudah penuh tamapknya. Nobar malam ini seperti nobar-nobar sebelumnya, kedai ini memang senantiasa dipenuhi penggemar sepakbola.
Saat duduk memulai nobar skor masih kacamata, 0-0. Hiruk-pikuk saat momen tertentu memenuhi ruangan dalam dan bagian luar kedai kopi Jhon 88. Saya serius saja menyaksikan layar. Jujur saja, menanti skor muncul membuat jantung terasa berdebar. Khawatir saja, kalau-kalau Malaysia akan mengoyak jala gawang Indonesia.
Perseteruan di lapangan olahraga, terutama lapangan hijau sepakbola antara Indonesia dengan Malaysia belakangan berkembang lagi setelah peringkat Indonesia di sepakbola dunia naik tajam berbanding sebelumnya. Kini, 'garuda' tidak lagi bisa dipandang sebelah mata oleh Negara-negara di Asean. Dan layaisa adalah salah satu yang belum yakin dan ikhlas kalau kesebelasan Indonesia memang lagi hebat-hebatnya saat ini.
Hampir-hampr di penghujung waktu gol belum juga muncul. Silih bergenati serangan dengan bola kelihatan lebih banyak di kaki pemain Malaysia membuat jantung semakin berdebar. Akhirnya gol yang ditunggu, itu datang. Pada menit ke 78, jika tak salah lihat layar, gol itu terjadi. Para pemain Indonesia berjingkrak dan ada yang sujud syukur di lapanga. Hebatnya, para pelatih Indonesia juga pada sujud semuanya. Idonesia mengalahkan Malaysia dengan angka tunggal, 1-0.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar