Sabtu, 16 Mei 2020

Om Jay: Ketika Bukumu Ditolak Penerbit Mayor, Perbaiki dan Perbaikilah

Kuliah On Line "Belajar Menulis dan Menerbitkan Buku"
 #KelasMenulisBersama #OmJay
Waktu         : Jumat (15/05/2020) Pukul 13.00 - 15.00
Narasumber: Wijaya Kusumah (Om Jay)
Materi         : "KETIKA BUKUMU DITOLAK PENERBIT MAYOR"

HARI ini, hari berkah, Jumat (15/05/2020) Kuliah On Line #KelasMenulisBersama#OmJay yang diselenggarakan setiap hari kecuali hari Sabtu dan Ahad menampilkan narasumber Om Jay yang bernama
lengkap Wijaya Kusumah, SPd MPd. Dia akan berbagi pengalaman dengan kita dalam hal mengirimkan buku ke penerbit mayor. Apakah calon buku diterima atau ditolak penerbit? Lalu bagaimana? Berikut materi dari belyau.

"Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat siang guru guru hebat Indonesia. Senang rasanya bisa berbagi pengalaman dan pengertahuan kepada anda semuanya siang hari ini. Pada siang hari ini, omjay akan berbagi pengalaman tentang kisah nyata Om Jay yang buku Om Jay ditolak penerbit mayor.

Sedih rasanya bila buku yang kita tulis ditolak oleh penerbit. Saya sendiri pernah merasakannya. Makan tak enak, tidurpun tak nyenyak. Sakitnya tuh di sini! (sambil mengelus dada) hahaha. Lebih baik sakit gigi daripada sakit hati ini, hihihi.

Namun perlu Anda ketahui. Saya termasuk orang yang pantang menyerah. Ketika naskah buku saya ditolak para penerbit mayor, saya tidak putus asa. Saya akan menerimanya dengan lapang dada. Saya menerimanya dengan senyuman meskipun terasa pahit.

Berkali kita gagal lekas bangkit dan cari akal. Berkali kita jatuh lekas berdiri jangan mengeluh. Jadilah guru tangguh berhati cahaya. Kegagalan adalah awal dari sukses yang tertunda. Gembirakan dirimu dengan terus belajar kepada orang-orang yang telah sukses menerbitkan bukunya.

Saya perbaiki tulisan saya. Kemudian saya baca kembali. Beberapa teman yang saya percaya , saya minta untuk memberikan masukan. Hasilnya buku saya menjadi lebih baik dari sebelumnya dan lebih enak untuk dibaca. Sakit hati ini terasa terobati.

Ibarat seorang mahasiswa S1 yang skripsinya dipermak habis sama dosen pembimbingnya. Ibarat mahasiswa S2 yang tesisnya ditolak promotornya dan ibarat mahasiswa S3 yang ditolak proposal desertasinya.

Saya sangat berterima kasih kepada para penerbit yang sudah menolak buku yang saya susun.  Dengan begitu buku yang saya susun menjadi layak jual. Coba kalau seandainya naskah buku saya langsung diterima, pasti banyak yang tidak laku karena isinya kurang menarik hati pembaca. Buku saya terbit tapi tidak banyak pembelinya, karena bukunya tidak menarik hati pembaca. Aduh mohon maaf dia lagi, ke rumah sakit lagi, sakit jadi ga bisa mengikuti terimakasih

Saya jadi banyak belajar semenjak buku ditolak penerbit mayor. Saya perbaiki dan terus perbaiki sehingga naskah buku menjadi lebih enak dibaca. Butuh waktu lama mengerjakannya. Saya pantang menyerah. Saya belajar dari penolakan. Saya pergi ke toko buku dan membaca buku-buku best seller. Dari sanalah saya akhirnya tahu rahasia buku mereka laris dibaca pembaca.

Saat itu saya semakin menggebu-gebu semangatnya. Ibarat perahu yang sudah berlayar tentu pantang untuk kembali ke pelabuhan. Jalan terus sampai tujuan walaupun akan banyak ombak besar menghadang. Tidak ada nahkoda ulung yang tidak melalui lautan yang berombak ganas. Justru disitulah keahliannya teruji.

Ketika bukumu ditolak penerbit, teruslah menulis dan jangan berhenti menulis. Ketika Engkau terus menulis, maka tulisanmu akan semakin tajam dan nendang. Pasti tulisanmu akan layak jual. Pasti tulisanmu akan banyak dibaca orang. Aha kuncinya satu mau belajar dan pantang menyerah.

Perbaiki dan terus perbaiki sehingga penerbit mayor mau menerbitkan bukumu tanpa kamu keluar uang satu senpun. Kamupun tersenyum ketika royalti bukumu mencapai angka yang fantastis. Puluhan bahkan ratusan juta rupiah kamu dapatkan bila bukumu laku keras. Seperti royalty buku yang kami terima saat ini."

Itulah pengalaman yang disampaikan Om Jay sebagai motivasi kita semua. Terima kasih, Om Jay. Selanjutnya sesi tanya-jawab.

Pertanyaan 1, Sebenarnya apa dasar alasan penerbit menolak tulisan yg kita ingin kita berikan
Selain itu bagaimana kita memiliki rasa percaya diri bahwa tulisan kita menarik, sudah sesuai enak dibaca. (Dari Donieks Smaradhana.  Palangka Raya.  Kalteng)

Jawaban Pertanyaan 1, Dasarnya karena tulisan kita kurang sesuai dengan standart penerbit, dan biasanya calon penulis baru begitu sangat menggebu gebu dan sangat yakin bukunya akan laku. Rasa percaya diri itu dibangun mlalui proses terus menerus, dan jatuh bangun. Seperti anda belajar sepeda, awalnya agak susah naik sepeda. tapi kalau sdh bisa mah enak enak saja, hehehe Silahkan kalau ada yang mau bertanya bisa dituliskan langsung di sini. Bagaimana rasa percaya diri kita akan muncul dan memotivasi kita agar tidak ragu2 atau takut salah? Saya dulu sering dikuncup saat saya masih kecil, ndak mengenal teori menulis atau paragraf. Setelah saya kuliah lalu memperoleh teori kok tambah ndak PD takut salah gimna cara mengatasinya, apa lagi menulis diawal paragraf? Bagaimana cara menjual tulisan kita ke penerbit.

Pertanyaan 2. Assalamu'alaikum
Om Jay, mau nanya. Bagaimana cara menerbitkan buku dari kumpulan resume yang telah kita buat? Sy ingin menerbitkannya, tp bgm caranya? Ditawarkam kpd siapa? Terima kasih. (Isminatun)

Jawaban pertanyaan 2, Segera kumpulkan dari pertemuan pertama sampai terkhir, gabung dalam satu file. kemudian lihat buku-buku yang sdh diterbitkan penerbit andi, kemudian tawarkan ke penerbit andi Yogya. Utk awalan menulis dan menawarkan kepada penerbit baiknya secara tim atau kita sendiri ?

Om jay, mau nanya
Pertanyaan pertama. Biasanya para editor itu apa saja yg menjadi dasar, diperhatikan dalam tulisan yg diterbitkan Kedua apa yg menjadi pertimbangan menulis buku umum dengan buku sekolah agar apa yg di tuliskan bisa diterbitkan (dari Donik)

Ini contoh buku yang ditolak penerbit mayor. Kami tidak putus asa dan terus bersemangat untuk memperbaiki isi bukunya. Alhamdulillah akhirnya diterima penerbit mayor. Berkat buku ini, kami keliling Indonesia untuk berbagi ilmu PTK.

Omjay, kalau menerbitkan buku di penerbit indie dg biaya sendiri apakah ada fasilitas layout buku layaknya buku yg diterbitkan di penerbit mayor. Soalnya kmrn sy menerbitkan buku pelajaran di penerbit indie dg biaya sendiri isi materi tdk di ubah sama sekali tata letaknya shg bukunya tdk menarik.

Jawaban: ada, tapi kita perlu keluar uang, kalau di penerbit mayor kita tinggal terima beres. Bahkan cover dan layoutnya sangat menarik sekali, sehingga banyak orang yang beli bukunya

Assalamualaikum, selamat siang Om Jay...
Maaf mengganggu waktunya, saya cuma mau menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Om Jay yang secara tidak langsung telah memberikan motivasi yang luar biasa kepada saya untuk mengungkapkan ide yang dimiliki melalui tulisan. Berkat motivasi yang senantiasa Om Jay berikan kepada saya dan teman-teman dalam Group menulis saya memberanikan diri untuk menuangkan ide yang bertahun terpendam menjadi sebuah tulisan yang Alhamdulillah sudah menjadi sebuah buku. Sungguh luar biasa rasanya melihat tulisan kita berwujud sebuah buku, dan lebih luar biasa lagi saat dikirimi foto buku saya yang masih belum ada apa-apanya berada tepat di samping buku seorang penulis terkenal seperti Om Jay. (Agak lebay saya mungkin y…)

Jawaban: Aamiin ya robbal alamiin, kesuksesan seorang guru adalah bila muridnya bisa lebih pandai dari gurunya (Suara Om Jay) Jika buku Anda ditolak oleh penerbit, maka perbaiki dan perbaiki. Pergilah ke Toko Buku dan baca buku-bu best seller. Anda akan tahu rahasia buku itu. Atau jika tidak sempat, belilah buku on line dan pelajari. Anda akan tahu rahasianya.

Pengalaman Om Jay ini memang sangat penting bagi kita yang belum pernah menerbitkan buku di Penerbit Mayor. Jika kita pun ada buku melalui Penerbit Indie, sudah jelas perlu biaya sendiri. Penjualannya juga sendiri dan karena tidak diedit penerbit yang hebat maka boleh jadi mutu buku belum standar. Tapi, bisa juga sebaliknya. Terganting buku itu akhirnya seperti apa terbitnya.

Kita berterima kasih kepada pemateri kita, Om Jay yang telah berbagi pengalaman untuk kita, peserta Kuliah Online ini.***

1 komentar:

Beri Komentar

Postingan Terbaru

Ramadan, Puasakah Aku?

Sudah kutahan tidak makan seharian Sudah kutahan pula tidak minum seharian Lama, sangat lama Sedari imsak hingga ke tennggelam surya ...