Sabtu, 20 Januari 2024

Safro Kehilangan

BERITA dan kejadian hari Selasa lalu itu masih belum dapat diterima Safro sampai hari ini. Sudah hampir sepekan berlalu, Safro masih belum dapat menerima kenyataan itu, katanya kepada isterinya, Tina. “Sudahlah, Bang. Semua kita akan ke sana. Hanya waktu saja yang tak sama.” Dua kalimat ini justeru menambah risau dan duka hatinya. Isterinya itu kelihatan lebih siap menerima kepergian sahabat suaminya itu.

Hari kelima yasinan di rumah  almarhum Wak Din, Safro terus hadir. Tiap malam sejak malam pertama kematian Wak Din Safro hadir. Dia duluan hadir di rumah duka. Sebelum isya dia sudah datang. Salat isyanya juga di rumah duka. Dilayani oleh Aisyah, isteri Wak Din ketika Safro minta sajadah, misalnya. Janda tanpa anak itu ditemani adiknya sejak lima hari ini. Biasanya adiknya tinggal bersama kedua orang tuanya di kampung sebelah.

“Tina, Abang duluan ke sana, ya? Isya di sana aja. Nanti selepas isya kan yasinan lagi untuk almarhum, Wak Din.” Safro bergegas keluar rumah dan menghidupkan mesin motor mio tuanya. Di tengah perjalanan Safro menghayal kalau yasinan seharusnya tidak hanya tujuh hari. Harusnya lebih. Sepuluh hari, misalnya. Sementara Tina di rumah juga menghayal dan bertanya dalam hatinya, mengapa Bang Safro rajin betul pergi yasinan sejak kematian Wak Din? Tina malah curiga, jangan-jangan Bang Safro kecantol sama janda muda itu? Tina tidak mengucapkan itu di mulut.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beri Komentar

Postingan Terbaru

Ramadan, Puasakah Aku?

Sudah kutahan tidak makan seharian Sudah kutahan pula tidak minum seharian Lama, sangat lama Sedari imsak hingga ke tennggelam surya ...