Kamis, 30 November 2023

Demi Cucu, Burger itu Harganya Menjadi Mahal

INI akhir bulan, tanggal tiga puluh, bulan sebelas tahun 2023. Tapi cucu kami pasti tidak tahu itu. Meskipun Akif adalah cucu tertua dari tiga bersaudara, tapi dia baru duduk di kelas IV Sekolah Dasar. Artinya masih anak-anak. Permintaannya malam ini pasti tidak terpengaruh oleh catatan keuangan di akhir bulan.

Ketika nenek bertanya mau makan apa, dia langsung menjawab burger. Buat kami, Atok-Nenek kata-kata burger sudah tidak asing di mulut Akiif. Cucu kami ini memang suka makanan orang 'sono' itu. Saya tidak tahu, mengapa dia menyukainya. kenyataannya begitulah. Entah dari mana dia belajar. Padahal Atonya lebih familiar dengan singkong atau keledek.

Tersebab hujan di sini, saya pergi dengan cucu menggunakan mobil. Sejatinya menggunakan scutter tua atau motor roda dua saja, sudah bisa. Jarak penjual burger dari rumah kami di Wonosari, Meral, Karimun tidaklah jauh. Hanya perlu waktu lima menit, sudah sampai. Itu normalnya.

Gara-gara burger, saya harus menghidupkan mobil jadul itu malam begini, kata saya dalam hati sedikit bernuansa ngedumel. Tapi karena cucu, ya berangkat saja. Mobil kijang kapsul keluaran tahun 2000 itu syukurnya tidak rewel. Saya dan Akif berangkat meninggalkan nenek sendiri di rumah.

Sampai di titik gerobak yang biasa kami membeli burger, itu ternyata tidak ada penjualnya. Hanya ada gerobaknya saja. Apakah karena hujan, dia tidak berjualan? Entahlah. Saya meneruskan ke depan sana. Saya tahu, dalam jarak 100 atau 200 meter biasanya ada satu lagi gerobak orang menjual burger. Ternyata oh ternyata, juga kosong penjualnya. Gerobaknya masih di situ tapi gelap saja.

Saya terpikir ingin mengganti dengan makanan lain. Sepertinya sate Padang atau martabak ada di situ. Namun Atok tidak sampai hati untuk memaksa mengganti dengan yang lain. Kami berdua meneruskan saja mobil ini ke arah Kolong, Tanjungbalai Karimun. Saya tahu, di depan Hawai itu biasanya ada juga penjual burger. Namun, sayang sejuta sayang, gerobaknya tertutup terval saya lihat. Tidak jualan juga. Aduh, apakah karena hujan, atau karena PLN mati di situ atau karena Malam Jumat? Entahlah.

Saya meneruskan. Satu titik lagi, kata saya dalam hati. Kami menuju ke seputar Kantor Kejaksaan Negeri Karimun. Alhamdulillah, ternyata gerobaknya berlampu. Menyala dan terang. Dan yang penting ada penjualnya. Saya pesan dua buah. Untuk cucu dan untuk nenek. Saya sendiri membeli ketoprak yang gerobaknya tidak jauh dari gerobak burger.

Menjelang ke rumah setelah dua burger selesai, saya berpikir dan berbicara di dalam hati, ini burger begitu mahal jadinya. Saya tahu, jarak Wonosari ke Tanjungbalai lumayan jauh. Jika harus membayar mobil angkutan seperti yang kami pakai, saya tahu harga sewanya tidak kurang 100 ribu rupiah. Tidakkah burger ini begitu menjadi begitu mahal? Ah, demi cucu.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beri Komentar

Postingan Terbaru

Ramadan, Puasakah Aku?

Sudah kutahan tidak makan seharian Sudah kutahan pula tidak minum seharian Lama, sangat lama Sedari imsak hingga ke tennggelam surya ...