SETELAH ada kabar pasti bahwa pemilihan Ketua RT akan dilaksanakan tiba-tiba saja ada banyak masyarakat yang memasang spanduk berisi wajahnya. Ada juga yang dilengkapi kalimat tertentu. Safro salah satunya. Kasak-kusuk itu membuat Safro memasang foto-fotonya di sudut-sudut kampung. Hampir di setiap persimpangan jalan kampung ada spanduknya. Safro sudah lama berminat dengan jabatan itu. "Inilah kesempatan itu, Tina," katanya kepada isterinya satu malam.
Setelah beberapa hari tiba-tiba spanduk-spanduk banyak yang diturunkan. Konon diturunkan oleh aparat kampung juga. "Gambar Abang diturunkan, itu, Bang. Kenapa?" Safro terkejut mendapat laporan dari bininya. "Saya tak melihatnya, tapi orang-orang kampungn memberi tahu saya, Bang. Foto Abang pada diturunkan. ASnehnya ada juga yang tidak diturunkan." Tina mengulangtegaskan. Safro benar-benar panas. Katanya, akan membuat perhitungan dengan orang yang menurunkan spanduiknya itu. Siapa yang berani menurunkannya? Saya bisa membuat perhitungan. Begitu kata Safro bicara sendiri.
Siang itu Safro memacu motor bututnya ke rumah Pak RT, orang yang dicurigainya. Safro menduga ini kerja Pak RT. Dia kan mau maju lagi. Jadi, takut bersaing itu. Safro terus mengumpat sambil terus memacu motornya ke rumah Pak Saidi, RT yang sudah akan habis masa jabatannya. Kebetulan Pak RT masih di rumah. Safro langsung marah-marah. Mengapa itu, spanduknya diturunkan? Tapi Pak RT dengan tenang menjelaskan, kalau yang diturunkan hanya yang berisi ajakan memilih. Kalau foto saja tidak diturunkan. "Usah dipasang dulu, Pak Safro, kan belum masa kampanye?" Safro malu, dia langsung pulang. (Tbk, 31102023)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar