Senin, 29 Maret 2021

Mengajar Dengan Hati (Ulasan Singkat)

SEBUAH artikel pendek, mungkin terlalu pendek untuk disebut sebuah artikel. Ditulis oleh seorang teman di akun FB-nya. Teman di Grup FB Media Guru. Data keanggotaannya di FB MGI (Media Guru Indonesia) tercatat sejak 11 Maret 2021. Izin, saya mengulas tulisan itu. Lebih tepat tulisan itu sebuah postingan status. Tapi saya suka isi status itu.

Bunyi lengkapnya begini,

Semalam berbincang dengan seorang bapak yang merasakan bahagia saat memilihkan anaknya belajar di sekolah Islam terpadu. Ia bercerita bahwa ketika pindah dulu hanya ingin menyekolahkan anak di sekolah negeri.

Maka pagi diantar, siang dijemput. Sore diantar lagi ke lembaga pendidikan nonformal untuk tambahan belajar agama Islam. Tapi anak sering ber ulah, sering dipanggil ke sekolah.

Suatu saat kami sepakat untuk memindahkannya ke sekolah Islam terpadu, setelah sekian lama berjalan sangat terasa perubahan dahsyat pada anak. Kehidupannya sudah teratur dan tidak berulah lagi. Syukur ada alternatif pilihan pendidikan.

Ada yang berbeda dari sekolah negeri, bukan pada fasilitas tapi lebih pada guru yang mengajar. Saya melihat ada tanggung jawab lebih dan mereka mengajar dengan 'hati'. Anak anak betah di sekolah. Guru pun betah. Bahkan sudah jam pulang mereka masih bersama anak anak. Bukan soal gaji karena salary mereka di bawah UMR, jauh beda dengan pegawai.

#mengajar dengan hati akan diterima oleh hati

#foto hanya ilustrasi😊

Pemilik akun FB itu a.n. Safrijon Azwar yang data di FB-nya menjelaskan kalau dia bekerja di Kementerian Agama. Tentu saja makna dan kandungan tulisan itu penting bagi kita. Saya, khususnya. Bagi kita, khususnya rekan-rekan guru pengelola dan pendidik/ tenaga kependidikan di sekolah IT (Islam Terpadu) iktibar ini sangatlah berguna. Langsung atau tersirat, ada pesan buat kita.

Kita tentu dapat melihatnya dari dua sisi. Satu, apakah kita selama ini sudah melakukannya yang menjadikan sekolah kita bertahan dan berkembang dalam status sekolah IT? Atau sisi kedua, kita berada di sebaliknya, penyebab sekolah goyang? Jika iya, tentu saja kita menjadi penghalang berkembangnya sekolah kita bahkan menjadi sebab akan robohnya status IT sekolah kita. Nauzubillah.

Marilah kita menjadi bagian dari guru-guru yang melaksanakan fungsi dan tanggung jawab keguruan kita dengan konsep ‘mengajar dengan hati’ yang insyaallah pembelajarannya juga akan diterima oleh hati. Kiranya kitalah sesungguhnya yang gigih mempertahankan keberadaan sekolah kita dengan segala usaha yang kita lakukan.

Jika seumpama sebaliknya, entah dalam kesadaran atau dalam ketidaksengajaan, segera saja kita memutuskan untuk kembali ke niat awal, mengajar dengan hati. Niat kita untuk mengajar dan mendidikan adalah bagian dari ibadah kita, marilah ini kita jaga. YDM dengan Budaya Kerja ADAB (Aku Datang, Aku bekerja, aku Beribadah) haruslah kita buktikan. Lebih jelasnya, singkatan ADAB itu terdiri dari AD (Aku Datang dengan integritas tinggi); AB (Aku Bekerja dengan professional dilandasi untuk Beribadah) adalah adab kita bekerja di sini. Semoga Allah melindungi niat, keikhlasan dan kerja keras kita, amin.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beri Komentar

Postingan Terbaru

Di Jepang Tidak Ada Hari Guru

Aku menemukan tulisan ini ..... (Iman Arifandy) DI JEPANG, TIDAK ADA HARI GURU Sekali saya bertanya kepada kolega Jepang saya, Guru Yamamoto...