SUDAH lama juga tidak merasakan khawatir ketika berada dalam kapal. Tapi kali ini, Rabu (01/03/2023) awal bulan, ini saat saya dan Pak Sugiono meninggalkan pelabuhan Sekupang, Batam menuju Karimun perasaan khawatir bahkan rada takut itu saya rasakan kembali. Saya tahu, Pak Sugino juga tidak terlalu nyaman dengan keadaan yang terjadi. Kapal yang kami tumpangi bagai dilenggang ke kiri dan ke kanan oleh gelombang yang menari-nari di permukaan laut.
Sebenarnya kami bertiga, dengan Pak Jefriddin dalam satu rombongan. Kami sama-sama berangkat, satu tujuan dari satu kepergian juga. Sama-sama baru saja dari Jakarta mengikuti Rakornas FKUB sebagai perwakilan Kabupaten Karimun. Tapi saya dan Pak Sugino kebetulan duduk berdekatan, di kursi bagian tengah sebelah kiri kapal Dumai Line itu. Pak Jefriddin duduk di bagian belakang. Saya tidak tahu perasaannya saat goyang kapal oleh gelombang sedang berlangsung. Ketika saya sempat ke belakang untuk buang air kecil, saya melihat Pak Jefriddin sedang tertidur saja. Jangan-jangan dia bermimpi diayun bidadari dalam tidurnya.
Kami berangkat dari Pelabuhan Sekupang, Batam sekitar pukul 14.35. Semula saya melihat dan merasa tenang saja airnya. Tidak kelihatan tanda-tanda angin akan bergelora. Tak ada gelombang. Tak ada juga buih putih menghiasi permukaan laut sebagaimana layaknya air laut di saat angin kencang. Pandangan mata saya ke laut tidak membuat saya khawatir.
Setelah 40-an menit berlayar saya merasakan kapal ini seperti digoyang ke kiri dan ke kanan. Tapi ketika saya melihat ke laut melalui kaca jendela, itu lagi-lagi saya tidak melihat buih putih itu. Saya sebenarnya tidak khawatir kalau ada gelombang disebabkan angin. Hanya, kapal yang sangat besar ini tetap bergoyang ke atas dan ke bawa serta ke kiri dan ke kanan. Berarti gelombang di permukaan laut pastilah lumayan kuat. Saya berusaha tenang saja dalam kekhawatiran itu.
Kapal terus berenang meneruskan perjalanan menuju Pulau Karimun yang kami tuju. Gelombang sepertinya tidak berkurang karena saya merasakan kapal ini tetap bagai diayunkan ke atas dan ke bawah. Jujur, saya merasakan khawatir itu. Sesungguhnya saya sudah biasa merasakan gelombang laut. Sebagai orang yang hidup di pulau dengan kebiasaan keseharian di dalam kapal atau pompong, sejatinya saya tidak perlu takut naik kapal. Tapi kapal Dumai Line ini seperti diombang-ambing ke kiri dan ke kanan, ke atas dan ke bawah membuat perasaan saya tetap tidak nyaman.
Penumpang mulai kelihatan risau. Emak-emak dan anak-anak kelihatan juga mulai takut. Selama kurang lebih 35 menit kapal diayun gelombang. Saya melihat pintu ruang di bagian tengah kapal itu terlihat terbuka dan tertutup mengikuti goyangan badan kapal. Saat di kamar kecil juga tidak nyaman karena begitu terasa goyangnya kapalnya. Saya hanya berdoa. Kapal ini sangat besar untuk ukuran penumpang yang tidak penuh dan laut Batam-Karimun yang tidak dahsyat gelombang laut Cina Selatan menuju natuna sana. Saya berusaha tenang. Dan akhirnya kami sudah berada dekat dengan pulau Karimun yang gelombang lautnya sudah tidak terasa lagi. Alhamdulillah, kata saya dalam hati.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar