Tapi hari ini dia seperti tidak dapat menerima kepergian seorang temannya. Mendadak meninggalnya, lima hari lalu. Safro tidak tahu kalau Arun, sahabat bermain dominonya itu telah tiada. Bahkan ketika Arun masuk Rumah Sakit karena keluhan sesak bernafas lima hari sebelumnya, Safro juga tidak tahu. Empat hari di RSUD untuk menerima perawatan yang konon darahnya keracunan, Safro juga tidak tahu. Kebetulan sekali beberapa hari ini Safro berangkat ke seberang, Malaysia. Baru kembali pada hari kelima, Arun sudah dikebumikan ketika dia sampai di rumah. Safro hanya bisa melihat tanah merah gundukan di atas pusara Arun. Safro melolong di atas pusara Arun itu. Orang-orang terkejut.
"Sudahlah, Bang. Tidak baik menangis begitu. Ayolah
kita pulang." Isterinya mencoba membangunkannya. Safro masih menangis.
Isterinya malah heran, kenapa Bang Safro begitu histeri? Padahal beberapa kali
keluarga meninggal dunia, Bang Safro tidak sampai seperti ini? Bahkan
meneteskan air mata juga tidak. Jangan, jangan...Tini tidak meneruskan. Dia
hanya teringat kalau suaminya itu ada utang lumayan besar kepada Arun. Dia
pernah pinjam uang, apakah karena itu? Tina tidak mengucapkan kalimat itu.***
Tbk, 04032023
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar