“Abang, apa lagi yang ditunggu? Hubungilah dokter atau siapa kek. Ini, kan pas liburan Andro. Pekan depan sudah sekolah kembali dia.” Safro kaget bininya mendobrak pintu kamar sambil memberondong dengan kalimat-kalimat yang sejak kemarin-kemarin sudah disampaikannya. Safro bergeming bertahan dengan alasan anak semata wayang itu masih terlalu kecil. Dia percaya tradisi kampungnya dulu, kalau mau sunat harus agak besar.
“Tunggulah, Tina. Tak usah maksa libur ini. Insyaallah ada waktunya nanti. Anak kita masih kecil,” dengan suara tertahan Safro berusaha meyakinkan isterinya. Sesungguhnya alasan yang benar adalah karena biaya yang belum ada. Sejak dia berhenti bekerja setahun yang lalu tersebab covid-19, Safro benar-benar kehabisan tabungan. Tiga bulan terakhir dia sudah minjam sana-sini untuk asap dapur. Uang sekolah Andro sudah nunggak setengah tahun. Terus untuk bayar dokternya pakai apa? Sunatan massal yang biasanya gratis sudah lama tidak ada di temaptnya. “Hah, jangan dulu, Tina. Motorku sudah kugadai.” Safro keluar kamar sambil menghempaskan pintu. Ternyata dia bisa juga emosi. Selama ini dia selalu manut pada isterinya.***
kasihan ya suaminya
BalasHapusHehe, iya Om Jay. Sedih.
Hapus