Sabtu, 25 Desember 2021

Burung Andro Urung Dipotong

BERULANG-ulang Safro meyakinkan isterinya. Tina tetap pada pendiriannya. “Burungnya sudah harus dipotong. Kapan lagi. Anak-anak tetangga sudah pada selesai. Tinggal Andro saja lagi yang belum.” Kata-kata bininya itu terus mengiang di telinganya. ‘Apalagi cara untuk meyakinkan Tina. Minimal dua tahun lagi. Tunggu Andro naik kelas empat.’ Hati Safro menggerutu mengucapkan kalimat-kalimat ini.

“Abang, apa lagi yang ditunggu? Hubungilah dokter atau siapa kek. Ini, kan pas liburan Andro. Pekan depan sudah sekolah kembali dia.” Safro kaget bininya mendobrak pintu kamar sambil memberondong dengan kalimat-kalimat yang sejak kemarin-kemarin sudah disampaikannya. Safro bergeming bertahan dengan alasan anak semata wayang itu masih terlalu kecil. Dia percaya tradisi kampungnya dulu, kalau mau sunat harus agak besar.

“Tunggulah, Tina. Tak usah maksa libur ini. Insyaallah ada waktunya nanti. Anak kita masih kecil,” dengan suara tertahan Safro berusaha meyakinkan isterinya. Sesungguhnya alasan yang benar adalah karena biaya yang belum ada. Sejak dia berhenti bekerja setahun yang lalu tersebab covid-19, Safro benar-benar kehabisan tabungan. Tiga bulan terakhir dia sudah minjam sana-sini untuk asap dapur. Uang sekolah Andro sudah nunggak setengah tahun. Terus untuk bayar dokternya pakai apa? Sunatan massal yang biasanya gratis sudah lama tidak ada di temaptnya. “Hah, jangan dulu, Tina. Motorku sudah kugadai.” Safro keluar kamar sambil menghempaskan pintu. Ternyata dia bisa juga emosi. Selama ini dia selalu manut pada isterinya.***

2 komentar:

Beri Komentar

Postingan Terbaru

Sudah 1123 Menuju 1124

CATATAN Kamis (28/11/2024) ini adalah tulisan ke-1124 --wow-- dalam daftar tulisan yang ada di blog saya, 'maribelajar' ini. Beberap...