Malam ini, Selasa (11/04/2023) bertepatan dengan malam ke-21
Ramadan 1444 saya kebetulan mendapat jadwal Santapan Rohani Ramadan di Masjid
Baitut Taqwa, Paya Rengas, Parit Benut, Meral. Kenangan yang patut saya bagikan
kepada teman-teman di halaman ini adalah tentang enaknya suara imam tarwih itu. Saya tidak bertanya kepngurus, siapa anama imam tarwih itu.
Saya melihat dia masih muda, kelihatannya. Tapi entahlah umurnya. Saya tidak bertanya berapa umurnya. Saya hanya menduga-duga dengan melihat rona wajahnya. Itu, anak muda seumuran 20 tahun atau kurang. Masih remaja kelihatannya. Ketika bersalaman dengan jamaah sesudah salat tarwih, dia mencium hampir semua orang tua. Termasuk tangan saya juga diciumnya. Itu juga indikasi kalau dia masih muda.
Muda, iya. Tapi bacaannya itu yang
menggetarkan hati. Sudah bacaannya bagus, fasih ucapannya, iramanya menyenangkan hati,
plus suaranya yang begitu terdengar merdu. Jenis suaranya mungkin suara sofran atau apa. Tapi bukan suara bas. Itu pasti. Dengan suaranya yang rada tinggi itu serasa iramanya itu mendekati irama Imam Sudais itu.
Saya tidak bermaksud berlebih-lebihan memujinya. Tapi kenyataan itu membuat saya menghayal serasa berada di Masjid Haram seperti duliu pernah ke sana saat menunaikan haji. Saya merasa beruntung sekali waktu saat itu saya berkesempatan menjadi makmum Imam Sudais di Masjid Al-Haram tahun itu. Sungguh tenang kita menyimak suaranya saat memimpin salat.
Begitulah malam ini. Tentu saja tidak persis sama. Setidak-tidakna lagu
dan irama yang dibawakan oleh imam muda itu persis sama dengan gaya Imam Sudais
itu. Saya harus jujur menyebutnya. Saya juga ingin berterima kasih kepadanya meskipun melalui catatan singkat ini. Terima kasih, anak muda. Serasa saat ini ketika di Mekkah.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar