PAGI ini, tepatnya dini hari Jumat (23/07/2021) sekitar pukul 03.00 HP saya berdering. Saya lihat dan saya angkat, khawatir informasi apa tengah malam menjelang pagi begitu. Seorang sahabat, Pak Zainudin menginformasikan bahwa salah seorang teman kita, Zulkifli telah 'pergi,' katanya. "Pak Zulkifli, kawan kita itu telah berpulng kerahmatullah sebentar tadi," katanya menambahkan. Kurang lebih lima menit kami telponan dini hari itu. Katanya meninggal di RSUD Muhammad Sani, Karimun. "Sesak nafas," kata Pak Zainuddin menambahkan di akhir telponan.
Selain mengabarkan kepergian sahabat kita, Pak Zul, itu dia sekaligus menanyakan nomor HP seorang teman lainnya yang juga sangat akrab dengan almarhum. Dia ingin segera mengabarkan berita kepergian Pak Zul ke teman-teman yang selama ini diketahui begitu akrab dengan almarhum. Saya sendiri tercenung setelah telponan usai. Saya termenung haru mengenang kepergiannya. Tidak semata memikirkan kematian sahabat baik saya itu tapi membaca beberapa berita kematian dalam waktu berdekatan tidaklah mudah menerimanya. Bahwa setiap yang bernyawa, termasuk kita, akan mati, itu sudah kita ketahui. Tapi berita yang beruntun silih berganti, itulah yang sedikit menyesakkan.
Silih berganti sahabat-sahabat kita pergi di bulan ini. Berulang-ulang saya ucapkan itu. Bahkan sejak bulan-bulan sebelumnya info-info begini sudah terus ada. Kalau dulu, informasi kepergian teman-teman terasa jarang sekali. Apakah saat ini memang begitu banyak hamaba Allah yang harus 'kembali' karena perjalannya sudah sampai? Atau keberadaan media yang memudahkan saling menyampaikan infomrasi? Entahlah.
Saat ini, berbarengan dengan pandemi covid-19 berita-berita kematian sangatlah mudah ditemukan. Entah karena virus itu atau tersebab penyakit lainnya, kematian saat ini memang menjadi perbincangan. FB, WA dan Medsos lainnya dipenuhi berita kepergian teman-teman kita. Di dalamnya ada sahabat sekolah kita, sahabat kantor kita, teman masa kecil kita, teman isteri atau suami kita, bahkan saudara kita sendiri. Jika dulu membaca dan mendapat kabar kepergian satu orang teman kita, begitu dalamnya rasa sedih kita. Dan dalam waktu cukup lama baru lagi ada berita begitu. Kini sudah menjadi berita harian.
Kini setiap hari kita membaca status sahabat-sahabat kita yang dibuka dengan kalimat 'innalillahi wainna ialihi rojiun....dst' di Medsos. Seperti malam tadi, masih senja ada berita seorang guru, Ibu Ririn yang bertugas di salah satu SMA Negeri di Pulau Kundur berpulang kerahmatullah. Meninggal di Batam sekitar pukul enam sore dan akan dikebumikan di Tanjungberlian, Kundur Utara. Diposting beritanya sekitar pukul 10 malam. Dan tengah malanya, inilah berita sahabat kita yang cukup dikenal masyarakat Kabupaten Karimun, Pak Zulkifli, pensiunan Bea dan Cukai Tanjungbalai Karimun.
Setiap sahabat kita pergi, kita akan berdoa untuk ketenangan perjalanan mereka menghadap Allah. Di balik itu, pasti juga itu menjadi pelajaran dan peringatan bagi kita yang gilirannya juga nanti akan sampai. Sudah mafhum bagi kita bahwa Allah tegaskan perihal kepastian kematian kita sebagai makhluk-Nya walaupun tidak diberi tahu kapan, dimana dan dalam posisi seperti apa kita akan 'pergi'. Kita akan selalu bersiap diri untuk juga akan pergi. Sahabat-sahabat yang sudah dahulu, kita doakan semoga mereka semua meninggal dengan husnul khotimah. Dan kita juga berdoa untuk kita yang ditinggal semoga nanti juga pergi dengan predikat husnul khotimah.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar