Kamis, 29 Oktober 2020

Ketika Kasek Harus Menarik, Bukan Hanya Mendorong (Strategi Pembinaan Literasi Sekolah)

MEMBINA dan mengembangkan literasi di sekolah dengan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) hanya akan berhasil jika semua komponen sekolah bersinergi. Tapi kunci keberhasilan, itu akan sangat ditentukan oleh Kepala Sekolah (Kasek) dengan dukungan Dewan Guru. Sebaiknya juga ada dukungan orang tua atau wali siswa. Bahwa regulasi itu perlu, iya. Tapi tidak akan menajdi penentu. Tindakan dan perbuatanlah yang akan menentukan keberhasilan. Artinya manusianya, bukan peraturannya.

Sebagai komponen tertinggi diantara komponen yang ada di sekolah Kasek dengan tugas pokok dan fungsinya yang strategis akan menjadi lokomotif bagi gerbong-gerbong seperti Dewan Guru, Pegawai TU, siswa bahkan orang tua dan masyarakat untuk segala hal berkaitan dengan sekolah. Termasuk ranah atau program literasi.

Secara otonom otoritas Kasek yang diberikan regulasi akan menjadi efektif jika tindakan dan perbuatan Kasek menjadi corong arahan bagi komponen lainnya. Tugas EMAS (Edukator, Manajer, Administrator dan Supervisor) dan tugas-tugas lain yang melekat pada Kasek menunjukkan peran yang akan dimainkan Kasek. Itu akan menjadi penentu kehebatan dan atau kehancuran sekolah.


Visi-misi sekolah yang dirumuskan bersama-sama sejak awal atau oleh Kasek semata untuk disepakati bersama, itu akan berjalan dengan baik jika pimpinan sekolah yang direpresentasikan oleh Kasek dapat menjalankan Tupoksi (Tugas Pokok dan Fungsi), itu dengan baik. Kriteria baik dalam posisi tugas-tugas yang harus dibuat adalah jika tujuan yang sudah ditentukan benar-benar tercapai.

Untuk keberhasilan program literasi dengan GLS, itu, misalnya dapat dipastikan keberhasilannya akan ditentukan oleh seberapa efektif peran-peran literasi itu terlebih dahulu dilaksanakan oleh Kasek. Ada keteladanan. Jika literasi itu untuk target menjadikan warga sekolah menjadi warga pembaca, maka Kasek harus menunjukkan sebagai orang yang suka membaca. Di mata guru atau siswa Kasek wajib dikesankan sebagai pembaca yang aktif. Di situlah gerbongnya akan secara otomatis terikut.

Begitu juga, jika target program literasi itu adalah untuk menjadikan warga sekolah sebagai warga penulis, maka Kasek haruslah dikesankan oleh komponen lainnya sebagai Kasek yang menulis. Kasek, sebagai jabatan tertinggi di satuan pendidikan akan menjadi panutan untuk segala hal. Ketika Kasek akan menyuruh Dewan Guru untuk aktif menulis dengan alasan para guru memerlukan itu untuk berbagai hal, terutama untuk naik pangkat, perintah Kasek ini akan sulit terlaksana jika guru-guru tidak meyakini Kasek sudah melakukan.

Oleh karena itu, jika Kasek menggunakan pendekatan perintah atau dengan menyuruh para guru menulis, maka perintah seperti ini akan sulit berkesan di hati para guru. Guru-guru akan cenderung tiak mengikuti karena yang memerintahnya tidak dikesankan telah melakukan. Berharap orang melakukan saja apa yang diperintahkan tidaklah mudah.

Jika hanya menyuruh, itu berarti bagaikan mendorong. Yang menyuruh ada di belakang. Sedangkan yang disuruh tentu harus berada di depan. Tapi kalau mencontohkan berarti itu bagaikan meanrik. Yang menarik pasti berada di depan. Dia lebih dulu membuktikan dalam perjalanannya.

Seumpama untuk memandikan kambing atau hewan lainnya yang tidak menyukai mandi, misalnya tidak bisa menggunakan pendekatan dorong atau perintah. Harus menggunakan pendekatan tarik atau menunjukkan. Artinya jika ingin perbuatan itu dilakukan oleh orang lain dengan perinsip menyuruh saja, maka kemungkinan berhasilnya lebih rendah atau bahkan gagal total. Tapi jika dicontohkan, dibuktikan terlebih dahulu oleh yang menyuruh maka kemungkina keberhasilannya akan lebih tinggi.

Begitulah dalam hal membina dan mengembangkan literasi di sekolah, pendekatan menyuruh atau mengajak akan menentukan tingkat keberhasilannya. Siapa yang bisa menyuruh dan atau yang akan mengajak? Dialah leader tertinggi di sekolah, Pak Kasek atau Kepala Sekolah. Kepala Sekolahlah yang menjadi penentu keberhasilan literasi. Seperti juga semua program lainnya, akan sangat ditentukan oleh peranan Kasek.***
Tema yang sama juga di www.mrasyidnur.gurusiana.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beri Komentar

Postingan Terbaru

Catatan Kunjungan FKUB Batam di FKUB Karimun

BEBERAPA hari menjelang rencana kedatangannya ke Kabupaten Karimun salah seorang pengurus FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Kota Batam me...