Di pihak lainnya pula, sekuat dan sesemangat apapun orang tua mendampingi anak-anaknya di rumah juga akan mendatangkan hal baru bagi orang tua. Boleh jadi malah itu adalah masalah bagi ayah-bunda. Bagi ayah-bunda yang berprofesi guru sekalipun tetaplah tidak akan mudah sambilan melaksanakan pekerjaan dengan membimbing anak-anak sendiri untuk melaksanakan pembelajaran yang disiapkan dan diarahkan guru dari sekolah. Apalagi bagi ayah-bunda yang bukan profesi guru. Sungguh tidak mudah.
Bagi orang tua, tambahan pekerjaan membimbing anak sendiri di rumah selama corona tetap saja sekali waktu menimbulkan rasa 'marah' karena tidak akan bisa melayani anak-anaknya sebagaimana guru melayani anak-didinya di sekolah. Inilah beberapa fakta yang sudah ada. Tentu saja ini membuat kita, khususnya guru gundah.
Sungguh tidak mudah menyesuaikan diri dengan keadaan saat ini. Berbagai kendala adalah fakta yang ada kita temukan. Maka semangat dan tanggung jawab, itulah tonggak paling kuat menahan 'badai rasa' ini. Saya menyebut badai rasa selama kita berasda di tengah corona dalam menjalankan tugas-tugas dan tanggung jawab kita.
Meskipun kita tahu bahwa guru adalah garda terdepan dengan tanggung jawab yang paling menentukan dalam usaha memajukan bangsa, tetap saja tidak mudah mewujudkan harapan itu dengan sekadar menghapal dan memahami jargon itu. Maka menjaga, memelihara dan memupuk semangat dan tanggung jawab dalam mengemban tugas adalah usaha yang perlu kita lakukan. Jangan biarkan semangat dan tanggung jawab melemah karena badai rasa yang dibawa corona.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar