Rabu, 12 Agustus 2020

Beban adalah Jalan Keselamatan

MEMANG pantas bahkan wajib kisah ini menjadi hikmah dan renungan kita. Bahkan jika sebelumnya sudah pernah dibaca, tetap masih layak untuk dibaca ulang sebagai penguat ingatan. Saya tulis ulang kisah yang dimuat di banyak media (sosial), ini semata sebagai inspirasi bersama. Sekali lagi, sebagai renungan dan iktibar buat kita.

Dikisahkan, sebuah (foto) truck besar mengalami insiden di jalan. Menurut penulisnya ini kejadian di China beberapa tahun lalu. Bagi kita, yang utama adalah untuk memetik hikmahnya karena meskipun kejadian lama namun masih cukup baik untuk dipetik kembali hikmahnya saat ini. Insiden truck ini terjasdi di atas jalan layang. Risiko buruknya adalah jatuh ke bawah.

Kita perhatikan kepala truk tersebut sudah di udara. Konon kisahnya truck itu menerobos pembatas jalan, dan tentu saja dengan keadaan seperti itu bisa menyebabkan kendaraan berat itu terjun bebas ke bawah. Namun karena muatan yang dibawanya cukup banyak, membuat di  berat dan justru truk itu selamat. Dia tertahan oleh bebannya yang berat. Beban berat yang dipikulnya ternyata menahan kepala truck itu untuk terjatuh.

Petugas keamanan lantas datang melakukan operasi penyelamatan, dan orang-orang kemudian ramai mengomentari insiden tersebut. Inti perbincangannya bahwa terkadang beban yang berat itu menyelamatkan hidup kita. Saya setuju, itulah hikmah pertamanya. Memang itulah yang menjadi perbincangan orang-orang yang menyaksikannya. 

Kisah truck itu disejalankan ceritanya dengan kisah seorang laki-laki dari India dan temannya yang sedang mendaki gunung Himalaya. Mereka berdua dalam perjalanan turun dari gunung dan berjuang melawan suhu dingin yang ekstrem di atas gunung yang amat sangat tinggi itu. Di tengah perjalanan mereka menjumpai seorang pendaki lain yang kakinya terjepit di antara bebatuan. Sang lelaki ini memutuskan untuk menolong orang itu. Satu sikap yang begitu mulia. Di tengah leihnya badan, kedinginan dan banyak hal lainnya, di memutuskan harus menolong orang yang terjepit itu.

Dikisahkan, temannya yang satu lagi melanjutkan perjalanan. Lelaki yang satu ini justru memilih untuk terus berjalan menyelamatkan diri sendiri. Tentu saja dengan pertimbangannya sendiri juga. Yang tahu pertimbangan itu adalah dirinya sendiri. Yang pasti, mereka tadi berdua kini terpisah. Dia berjalan sendiri dan lelaki yang berhati mulia ini nekad menolong orang yang ditemukannya di perjalannya.

Tubuh orang yang tidak berdaya itu dipikulnya. Digendong di punggungnya. Si lelaki penolong dan  lelaki yang ditolong, mereka berdua melanjutkan perjalanan dengan tertatih-tatih. Sesekali sang lelaki penolong merasa kelelahan, ia beristirahat sejenak hingga tenaganya pulih kembali. Lalu melanjutkan lagj. Begitulah setersunya dalam keletihannya.

Meski penuh perjuangan, mereka berdua tiba juga di kaki gunung dengan selamat. Letih dan lega tentu saja bercampur di dalamnya. Namun anehnya justru temannya yang tadi sudah duluan berjalan jauh di depannya ternyata belum sampai juga pada saat mereka berdua sudah sampai. Seharusnya ia sudah tiba lebih dulu di situ. Begti pertanyaan di hatinya.

Hingga beberapa jam kemudian tim SAR mendapat kabar bahwa temannya itu mati membeku di tengah perjalanan. Tubuhnya tak sanggup melawan cuaca dingin yang menusuk tulang itu. Tersadarlah si lelaki yang tadi memaksa membawa orang yang dijumpainya di jalan. Justru karena beban berat yang ia pikul tersebutlah yang menyebabkan tubuhnya berkeringat dan menjaganya tidak membeku. Ditambah lagi punggungnya yang bersentuhan badan dengan orang yang ia tolong, menjaga panas tubuhnya selama bertarung dengan cuaca dingin itu.

Sungguh iktibar yang sangat baik buat kita. Tidak salah jika kita berkesimpulan, terkadang beban yang berat itu menyelamatkan hidup kita. Kita ingat juga peringatan Allah yang penergtainnya berbunyi, "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu." (Qs 2:216) Peristiwa yang dikisahkan dalam dua kejadian itu membuktikan firman Tuhan itu.

Jika orang tua-tua atau agama berpesan, jangan pernah mengeluh karena keluhan menambah masalah menajdi masalah baru dan yakinkan diri bahwa di balik kesulitan selalu ada kemudahan, tentu saja itu sangatlah benar. Sebagai orang yang berjuang, setiap perjuangan memang akan selalu ada tantangan dan kesulitan. Kita jalankan saja ikhtiar kita hingga Tuhan memberikan jalan terbaik.***
Inspirasi dari postingan Bu Fama di WAG Leader YDM.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beri Komentar

Postingan Terbaru

Catatan Kunjungan FKUB Batam di FKUB Karimun

BEBERAPA hari menjelang rencana kedatangannya ke Kabupaten Karimun salah seorang pengurus FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Kota Batam me...