Jumat, 07 Agustus 2020

Puisi: Lembayung di Atas Lautku Tak Lagi Berwarna Ungu

Setelah lautku dibuang jauh  
jauh dari mimpi-mimpiku
jauh dari nelayan bersampan yang menopangkan harapan
tak kulihat lagi titik-titik hitam menjelang malam nun jauh
diayun samudera di bawah lembayung ungu
ayahku, saudara-saudaraku terbenam di pusaran perebutan lautku
dihantam puaka samudera yang marah
entah dimanakah lagi nelayan kampungku memancangkan sauh
karena aku tak mampu memeluk laut tetap biru

Setelah lautku tak lagi biru 
tak membuat haru orang-orang sepantai landai di kampungku
tak membuat sedih anak-anak dan isteri yang ikhlas ditinggal pergi dua-tiga minggu
dulu anak-anakku merajut rindu dalam lamunan lamanya waktu
mereka akan rindu dengan lembayung ungu
yang kami dongengkan setelah berciuman sepulang dari laut
kini tak ada lagi rindu yang ditunggu

Setelah lautku kian tak tampak sekadar beriak
orang-orang kampungku kian tak kuat teriak hendak
kini lautku dikapling mereka yang menobatkan dirinya jadi raja
ikan-ikan dan kerang tak lagi berjuang dalam sampan-sampan nelayan terbiar pecah
kerang dan ikan ke mana karena lautku tak lagi biru berwarna
gonjeng dan cumi lemah juga tak berjumpa
semua sudah ditelan manusia naga yang menobatkan dirinya jadi raja

Daulat lautku tiada bertuan dari tuan-tuan
daulat samuderaku tiada bergelombang karena angin pun enggan melayang di dedaunan bakau
tiada berkuasa dari kuasa-kuasa durjana
tiada suara yang terkirim di angin senja
hai puaka tiupkanlah topan untuk mereka
mereka yang merampas lembayung hingga sirna
nyahlah dari samudera
dari lautku dan benciku
kini di atasnya tak lagi ada lembayung berwarna
jejaknya tak lagi berwarna ungu
Tbk, 16062020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beri Komentar

Postingan Terbaru

Catatan Kunjungan FKUB Batam di FKUB Karimun

BEBERAPA hari menjelang rencana kedatangannya ke Kabupaten Karimun salah seorang pengurus FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Kota Batam me...