KU
IKRAR ULANG, MENGAPA DUDUK DI SIMPANG
Kuikrar ulang
sahabat kerabat tererat yang kita pegang
engkau gunung menjulang ke awan tegar menantang
malam dan siang
menyatu tulang di balik daging tanpa ruang
bagai tetesan embun saat pagi basahi bumi
Kuikrar ulang
sahabat kerabat tererat yang kita sumpah
engkau yang menyuburkan rindu di dada
menyiram taman dan tanaman di hati kita
menghidupkan bintang gemintang terang benderang di
angkasa
menemani sepi bulan tak berkawan di kerumuni jutaan
bintang menemani gulita
tapi mengapa kini engkau duduk di simpang
tak hendak memandang kerumunan nestapa merasakan
dahaga rindu kita
Kuikrar ulang
sahabat kerabat tererat yang kita punya
duniakah yang berbeda atau kita berubah membuat
tawa tak serupa
adakah karena simpati tak lagi ada di hati dan suci
janji terkikis waktu sepi
adakah karena korupsi tak jua mati karena kapeka
adalah pengganti boneka
mengapa engkau duduk di simpang
Kuikrar ulang
sahabat kerabat tererat yang kita sulam
dulu, engkaulah bintang benderang malam agar tak
kelam
temani sepi rembulan berduka di angkasa suram
terangi gulita semesta relung jiwa
mengapa kini tidak lagi menjadi pohon rindang
berjuta dahan payungi terik mentari
Kuikrar ulang
sahabat kerabat tererat yang kita rindu
oh angin pengembara kupinta sampaikan duka begitu
lama nelangsa
kabarkanlah kepadanya, dia adalah sahabat kita
mengapa kini duduk di simpang membuat segalanya tak
terang
Kuikrar ulang
sahabat kerabat tererat yang kita mamah di lidah
engkau yang menancapkan janji di relung jiwa
engkau yang menyuburkan rindu di dada
menyiram taman dan tanaman di hati kita
menghidupkan bintang gemintang terang benderang di
angkasa
menemani sepi bulan tak berkawan di kerumuni jutaan
bintang
menemani gulita selamanya
tapi mengapa kini engkau berubah
mengapa kini engkau duduk di simpang
tak hendak memandang kerumunan nestapa
tak hendak merasakan dahaga rindu kita
setiap detik datang
Kuikrar ulang
sahabat kerabat tererat yang kita punya
duniakah yang berbeda atau kita berubah membuat tawa tak serupa
adakah karena simpati tak lagi ada di hati
karena suci janji terkikis waktu sepi
karena hukum hanya pemanis gigi
adakah karena munafiq menjadi pakaian sehari-hari dan korupsi tak jua mati
karena antikorupsi hanya di gigi tuk jadi mainan kita bersama, kini.
Tbk, 15072020
Tbk, 15072020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar