Selasa, 24 Oktober 2017

Bangga

HANYA karena selalu berharap agar ada yang mau dan mampu menulis, maka setiap teman atau siapa saja yang sukses melahirkan sebuah karya tulis otomatis membuat saya bangga. Ya, bangga saja. Padahal belum tentu juga orang yang membuat saya bangga, tahu kalau saya bangga dan membanggakannya.

Sudah sejak menjadi guru, saya selalu mempunyai kebanggaan tersendiri kalau berbicara atau berdiskusi tentang dunia kepenulisan. Kreativitas menulis memang menjadi salah satu kegiatan favorit saya dalam keseharian. Sebagai guru bahasa (Indonesia) dan sebagai siswa yang pernah satu-dua kali menang lomba mengarang, dunia tulis-menulis memang semakin terasa menyenangkan dan membanggakan.

Ketika awal menjadi guru --sebagai PNS-- di Tanjungbatu saya selalu mengajak para siswa untuk mencintai kegiatan menulis (dulu disebut mengarang) itu. Tapi saya sadar, semangat menulis saya tidak sampai membuat saya cukup produktif menghasilkan karya tulis. Hingga 20-an tahun saya menjadi guru, saya malah sama sekali tidak atau belum bisa membuat buku. Tapi saya tetap saja bangga dan membanggakan kreativitas menulis. Tetap pula terus-menerus mengajak siapa saja untuk belajar dan praktik menulis. Sampailah hari ini, ketika saya sudah melepas status saya sebagai PNS karena masa pensiun tiba.

Ketika beberapa tulisan saya saya jadikan buku dengan membiayai sendiri dan menjualnya sendiri, saya tetap bangga karena berhasil membuat buku. Dengan beberapa buku itu pula saya akhirnya bisa merasakan bergolongan IV/B pada kepangakatan sebagai guru. Harus saya katakan bahwa status golongan IV/A yang sudah belasan tahun saya sandang membuat saya sudah tak memikirkan lagi untuk naik pangkat. Tapi tulisan-tulisan (baik menjadi buku atau sekadar dimuat di koran) itu pula yang mengantarkan saya naik juga menjelang pensiun.

Kini, ketika ada teman-teman yang sukses mencetak buku maka rasa bangga saya begitu memuncak. Yang saya tahu ada beberapa guru yang berhasil membuat bukunya. Alhamdulillah, walaupun mereka membuat buku sama sekali tidak karena saya, tidak juga ada pengaruhnya dari saya, tapi saya tetap saja bangga. Apalagi sebagian mereka adalah orang yang dulu pernah menjadi siswa saya juga.

Di tahun 2017 ini --setelah berproses kurang lebih tiga tahun-- seorang teman yang saya anggap bahkan sebagai anak saya, berhasil membuat buku. Yang lebih hebat, inilah pertama orang kabupaten ini sukses menerbitkan bukunya lewat penerbit sebesar Gramedia. Betapa bangganya dia, dan itu juga membuat saya bangga pula. Padahal saya saja tidak bisa. Jika pun saya menerbitkan beberapa buku, saya justeru memodali sendiri dan menjualnya juga sendiri.

Dialah Ica (bernama lengkap Rica Irma Dhiyanti) yang sehari-hari dia memberi motivasi kepada siapa saja, terkhusus kepada pasangan-pasangan Rumah Tangga yang mulai goyah. Dia salah seorang yang membantu di BP4 Kabupaten Karimun. Saya mengenal dia karena ikut bersama saya di salah satu organisasi Islam di sini. Tentu saja sangat membuat bangga.

Kita berharap ini tidak sampai di sini. Selain berharap Ica terus berkarya, Ica juga bisa menjadi motivasi dalam membuat karya tulis. Tidak hanya memotivasi Rumah Tangga untuk tidak retak membawa pecah. Tapi motivasi untuk literasi itu juga sangat perlu. Dan itu pula yang saya harapkan sebagai seorang guru selama ini.

Selamat Ica, selamat dan sukses atas terbitnya bukumu. Saya bangga, kami bangga. Dan tentu saja yang paling dan amat bangga adalah kedua orang tua dan suaminya. Kelak, anak-anaknya juga akan merasakan dan menikmati kebanggaan itu. BANGGA ITU AKAN MEMBAWA KE GERBANG BAHAGIA.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beri Komentar

Postingan Terbaru

Merasa tak Diawasi

Tersebab tak merasa diawasi Aku bisa melakukan apapun yang aku kehendaki Merasa tak ada yang melihat gerak-gerik Aku melakukan apa saj...