JUMAT (11/ 04) malam saya kembali menulis status di akun facebook seperti hari-hari sebelumnya. Hampir setiap malam, selain di pagi dan di siang hari, saya memang menyempatkan menulis satu atau dua kalimat untuk menyampaikan pikiran dan perasaan di jejaring sosial ini. Terkadang ada pesan di dalamnya tapi terkadang sekedar melepaskan rasa di hati saja.
Malam ini saya membuat status begini ini:
(rasa haru-bahagia: Jumat, 11/04/14)
Usia mendekati senja setelah lima-tujuh berlalu sudah
Membuat haru bertambah
Begitu banyak teman dan anak-anak memberi sapa
Mengucapkan selamat dan bahagia
Terima kasih, Tuhan masih memberi kita masa
Jika ada dosa atau noda
Maafkanlah semua untuk tenang yang selalu dipinta
Di sini atau di sana kita adalah sama
Kecuali Dia yang membedakan kita karena takwa
(selamat malam, sahabat FB)
Ternyata satatus itu mendapat kunjungan lumayan ramai. Yang memberi komentar juga ramai. Haru yang saya rasakan sejak paginya bertambah haru hingga malamnya dengan komentar-komentar itu. Mengapa haru dari pagi? Itu jualah sebabnya coretan malam itu saya tulis begitu. Catatan itu lebih kepada ungkapan perasaan saya yang begitu merasa haru sekaligus bahagia. Di usia yang kian senja, ternyata catatan hari lahir itu semakin menjadi perhatian para sahabat handai dan tolan. Tahun ini terasan istimewa.
Kurang lebih tujuah tahun saya di SMA Negeri 3 Karimun, tujuh kali pula ucapan Selamat Ulang Tahun saya terima dari keluarga besar sekolah ini. Sekali waktu dulu, saya diberi kejutan oleh para guru dengan membuat kue tart cukup besar dan disertai pemberian hadiah sebagai ungkapan dan ucapan ulang tahun usia saya. Sekali waktu lagi, beberapa kelas siswa sekolah ini juga membuat kejutan dengan merayakana ulang tahun saya.
Jujur saya katakan bahwa selama di sekolah ini, begitu antusiasnya siswa dan guru mengingatkan saya jika datang hari bersejarah dalam hidup saya, 11 April. Meskipun tanggal itu sesungguhnya belum saya yakini betul sebagai tanggal lahir saya karena memang tidak ada bukti outentik --seperti akta lahir atau catatan lainnya dari orang tua saya-- namun karena di ijazah saya tercantum tanggal itu maka saya menganggap itulah tanggal lahir saya.
Mungkin karena data yang tidak terlalu akurat dan karena tradisi hidup di desa, jujur saya katakan bahwa selama hidup saya hingga menjelang 40-an saya tidak terbiasa merayakan hari ulang tahun. Saya ingat, sembilan tahun menjadi guru di SMA Negeri Tanjungbatu (kini bernama SMA Negeri 1 Kundur) antara tahun 1984-1993 dan delapan tahun (1984- 2001) memimpin SMA Negeri 1 Moro saya tidak pernah berpikr mengenai ulang tahun. Bahkan tujuah tahun sebagai Kepala Sekolah di SMA Negeri 2 Karimun (2002-2007), saya juga tidak terlalu berpikir mengenai hari ulang tahun saya.
Hanya karena isteri dan anak-anak saya sering mengingatkan maka saya menjadi mulai mengingat perihal hari lahir itu. Tapi juga tidak pernah dirayakan. Dalam keluarga, saya, istseri dan anak-anak hanya akan berdoa ketika salah seorang di antara kami ada yang berulang tahun. Setiap tanggal 11 April atau 30 Agustus, 21 Oktober, 3 Februari, 29 November dan 20 Oktober sebagai catatan hari lahir saya, istseri dan tiga anak-anak saya, kami juga tidak merayakan Hari Ulang Tahun dengan istimewa.
Tradisi yang kami lakukan, dengan cukup membeli makanan lalu makan bersama di rumah. Atau sesekali, kami makan bersama di luar. Dan sebelum makan, kami berdoa bersama. Hanya itu tradisi ulang tahun dalam keluarga saya. Tidak ada kue tart sebagaimana biasa dilakukan orang-orang di luar sana. Sampai hari inipun, ketika hari lahir saya datang, kami sekeluarga hanya sekedar makan bersama dan berdoa sebelumnya.
Maka ketika anak-anak atau para guru merayakan hari lahir saya dengan memotong kue tart dengan lilin berangka 57 di hadapan seluruh siswa setelah acara tausiah pagi Jumat, sungguh saya terharu sekali. Mereka (para guru atau siswa pemrakarsa acara) tidak pernah memberi tahu saya kalau akan ada acara seperti itu. Saya diminta meniup lilin lambang angka bertua itu. Saya juga diminta memotong kue tart itu untuk diberikan kepada salah seorang guru. Harunya lagi, salah seorang guru menyuapi saya dengan kue yang sudah saya potong itu.
Itulah sebabnya saya begitu haru dan bahagia. Tapi saya juga menjadi sadar kalau usia saya sudah tidak muda lagi. Lahir pada 57 tahun lalu, berarti usia saya pada hari Jumat mulia, 11 April 2014 ini adalah 57 tahun juga. Persis sama angkanya. Angka yang sama antara tahun lahir dengan jumlah usia saya, adalah angka yang istimewa buat saya. Saya tidak pernah membayangkan tebaran ucapan HBD yang memenuhi akun facebook saya seharian bahkan keesokannya, akan menjadi HBD yang sangan mengharukan dan membahagian saya.
Sebenarnya ucapan Happy Birth Day yang sering disingkat HBD itu sudah selalu juga saya terima beberapa tahun ini. Terutama setelah memiliki akun facebook sebagai penghubung silaturrahim dengan para teman seantero dunia, ucapan HBD memang tidak lagi asing walaupun pada awalnya saya tidak memahami juga. Kini, tahun ini kiriman HBD dari para sahabat itu benar-benar membuat saya haru dan bahagia. Semoga tidak membuat saya lupa kalau usia saya memang sudah tua.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar