BARCELONA tambah merana. Ya, itu tidak berlebihan dan bukan karena perasaana
fans yang marah. Setelah tersingkir dari perebutan Piala Champions yang
mendekati final, Barca menderita di tangan Grenada yang berperingkat jauh di
bawah di La Liga. Dan Barca harus turun ke peringkat tiga di bawah Madrid dan
klub sekotanya, Atletico Madrid yang memuncaki klasmen sementara La Liga.
Angka 1-2 untuk kemenangan Real Madrid di Copa Del Ray yang dimainkan hari
Rabu (dini hari Kamis, 17/ 04/ 14 Indonesia) sebenarnya tidaklah angka mutlak.
Bukan kekalahan mutlak, melihat angka itu. Tapi kemenangan tetaplah kemenangan.
Bagi Barca elclasico pagi tadi itu tidak sekedar misi mengembalikan nama besar
Elbarca yang mengalami kekalahan dua kali berturut-turut dalam laga terakhir
mereka tapi ada piala yang diperebutkan.
Laga pagi Kamis ini adalah laga final yang tentu saja akan mencatatkan nama
klub ini sebagai juara edisi 2014 ini. Tapi apa daya. Pertandingan yang mereka
kuasai dan sangat mendominasi permainan dan penguasaan bola ternyata menambah
merananya merreka. Bagaimana menegakkan kepala di hadapan pendukung fanatiknya,
jika harus kalah. Mereka dan para fansnya harus melupakan piala itu.
Bagi yang menyaksikan laga itu mungkin tidak berpikir Barca akan kalah. Real
Madrid yang di menit ke-11 sudah menjebol gawang Pinto kelihatan sekali lebih
banyak menunggu bola. Di awal-awal laga memang kelihatan keduanya mencoba
saling serang. Ciri Barcelona yang menguasai bola dari kaki ke kaki tidak
dibiarkan begitu saja oleh anak-anak Madrid. Tapi pasca Di Maria menjebol
gawang Barca itu nyata anak-anak Madrid sedikit mengendorkan serangan. Gaya
bertahan dengan serangan balik yang tajam, itulah yang mereka peragakan.
Pasti penonton akan deg-degan dengan serangan bertubi-tubi dari Barca.
Sepertinya balasan satu gol itu hanya menunggu waktu saja melihat agresivitas
serangan Barca. Tapi ternyata gol tidak juga tercipta. Barca masih tetap merana
sampai fluit panjang di ujung babak pertama. Barulah di babak kedua, menit 69 gol
balasan tiba. Sundulan Marc Batra yang menerima bola lambung dari tendangan
sudut, berhasil mengecoh Ikar Casilas. Bola itu meluru ke sudut kiri penjaga
gawang sednior Madrid. Bola itu memang sulit untuk dijangkau.
Asa yang hidup oleh gol balasan itu ternyata tidak bertahan hingga penutup
laga. Alih-alih mendapat gol tambahan untuk meraih kemenangan, Barca justeru
kecolongan. Lima menit menjelang waktu normal habis, Bale yang mendapat bola
menusuk, dia tusukkan lagi bola itu ke depan. Larinya yang memang terkenal
kencang, tidak dapat dikejar oleh pemaian bertahan Barca yang mencoba
mengapitnya. Bale berlari terus menuju gawang dan menyodorkan bola itu dengan
tenang ke selangkang Pinto, 1-2 untuk Madrid. Pemain-pemain Madrid berpelukan
dan berhamburan ke salah satu sisi lapangan untuk merayakan gol itu.
Merana oh merana. Barca yang perakasa memang layak merana. Beberapa menit
sebelum gol kedua Madrid sebenarnya Neymar sudah memberi harapan besar kepada
klubnya. Dia suda berhasil melewati pemain belakang Madrid. Bola pun sudah
disonekkan ke gawang Casilas. Tapi nasib merana benar-benar membuat merana.
Bola itu mengenai tiang kanan gawang Ikar Casilas. Bola yang 99 persen masuk
itu, tidak jadi membuahkan gol. Akhirnya, ya merana saja yang didapatkan.
Semoga Barca tidak putus asa. Jika tahun ini puasa gelar, tahun-tahun nanti
masih ada. Ayo, Barca jangan mau merana.***
Seperti sudah diposting di http://olahraga.kompasiana.com/bola/2014/04/17/barcelona-tambah-merana-648470.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar