Rabu, 29 Mei 2013

Menjadi Guru: Kewajiban atau Pilihan

KETIKA menyaksikan ada guru yang benar-benar melaksanakan tugas dan kewajibannya secara baik dan benar tentunya hati akan senang. Tapi ketika menyaksikan masih ada guru yang melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan tidak bersungguh-sungguh, pastilah hati tidak akan senang.
Dalam keseharian di sekolah tidak dapat dinafikan bahwa dua model guru itu masih ada. Sesama guru akan merasakan bagaimana seorang guru yang sehari-hari dilihat itu sudah melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik dan benar atau belum. Seorang guru yang selalu mempunyai alasan untuk tidak datang (suka minta izin walaupun pakai surat atau tidak ada pesan sama sekali); atau seorang guru yang selalu saja datang ke sekolah dan atau masuk kelas dengan terlambat  adalah contoh sederhana guru itu belum menjalan fungsi dan tanggung jawabnya secara baik dan benar.

Seorang murid terlambat, cabut, suka minta izin, tidak membuat tugas-tugas sekolah dan lain-lainnya, pasti akan dicap sebagai murid yang suka melanggar peraturan dan tata tertib sekolah. Hal yang sama juga akan berlaku kepada guru. Di samping suka terlambat dan tidak hadir ada juga guru yang lalai atau tidak membuat perangkat pembelajarannya. Atau masih ada guru yang dalam memberi penilaian tidak sesuai peraturan. Belum lagi urusan pribadinya yang sering mengalahkan kewajiban dan tanggung jawabnya di sekolah.

Pertanyaannya, mengapa itu terjadi? Jawabannya bisa dengan menjawab pertanyaan yang lebih spesifik berikut," Apakah seorang guru itu menganggap dirinya menjadi guru itu sebagai kewajiban atau sebuah pilihan?" Kedua kemungkinan itu tidak ada yang salah. Guru bisa saja memandang statusnya sebagai guru itu adalah sebagai sebuah kewajiban. Artinya, dia dapat menunaikan semua tugas-tugas keguruannya karena itu memang sebuah kewajiban.

Tapi jika guru memandang status dirinya sebagai guru adalah sebagai sebuah pilihan itu malah lebih baik. Karena pilihan artinya atas keinginan sendiri, maka secara otomatis semua tugas dan tanggung jawab pun akan dilaksanakan dengan senang hati. Karena tugas dan tanggung jawab dilaksanakan dengan senang hati maka tentu saja akan timbul semangat dan gairah dalam melaksanakannya. Di sinilah tugas itu akan terlaksana dengan baik dan benar. Tidak akan ada guru yang mencari-cari alasan untuk tidak melaksanakan tugas. Jadi, apakah menjadi guru itu baru sebatas kewajiban atau sudah menjadi pilihan, itulah kunci kesuksesan kita sebagai guru.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beri Komentar

Postingan Terbaru

Catatan Kunjungan FKUB Batam di FKUB Karimun

BEBERAPA hari menjelang rencana kedatangannya ke Kabupaten Karimun salah seorang pengurus FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Kota Batam me...