SAYA harus menyatakan rasa bangga kepada mereka, anak-anak muda
itu. Mereka adalah siswa/wi SMA tempat saya mengabdi sebagai guru. Mereka
sanggup berkreativitas positif: menggelar praktikum sastra. Saya ingat, itu
biasanya kerja mahasiswa di kampus-kampus, khususnya mahasiswa Jurusan Bahasa
dan Sastra di FKIP. Sedangkan mereka yang berkegiatan ini masih berstatus
siswa.
Rasa bangga saya adalah karena
mereka ternyata tidak memakai dana OSIS untuk menyukseskan kegiatan yang tidak
hanya perlu pikiran dan tenaga tapi juga memakai biaya. Sebagai siswa yang nota
bene adalah anggota OSIS mereka sebenarnya berhak menggunakan uang OSIS yang
mereka bayar setiap bulan bersamaan uang komite. Tapi kata Guru Pembina
Praktikum Sastra mereka sama sekali tidak memakai uang iyuran itu untuk
kegiatan praktikum sastra ini.
Untuk adminsitrasi kegiatan,
misalnya sesungguhnya mereka menggunakan kertas, tinta (pena) dan alat-alat
tulis lainnya. Artinya untuk kegiatan itu mereka butuh biaya pembeli ATK. Untuk
mendekorasi tempat lomba mereka perlu kertas hias, lem kertas, cat dan banyak
lagi. Itu artinya mereka juga perlu biaya. Apalagi untuk hadiah, mereka jelas
butuh biaya untuk pembeli hadiah-hadiah atau penghargaan itu. Tapi rupanya
mereka memang tidak mendapat suntikan dari OSIS.
Informasi yang saya terima, mereka
semula ingin kegiatan 'praktikum sastra' ini dimasukkan ke dalam kegiatan class meeting yang memang sudah diprogramkan oleh
OSIS dalam rangka mengisi waktu pasca Ujian Semester Gasal. Ada beberapa
pertandingan yang dijadwalkan oleh Pengurus OSIS seperti pertandingan futsal
(putra/ putri) dan beberapa pertandingan/ lomba lainnya. Sayangnya, kegiatan
praktikum sastra yang merupakan pertama kali diadakan di sekolah ini, tidak
direstui Pembina OSIS. Alasannya adalah karena tidak termasuk program yang
sudah ditetapkan OSIS dalam program tahunan.
Karena mereka sudah melakukan
beberapa persiapan, maka para siswa yang duduk di kelas XII itu nekad untuk
melaksanakan juga. Oleh guru pembina yang juga Guru Bahasa Indonesia mereka
didorong untuk terus melakukan persiapan. Biaya yang tidak keluar dari OSIS
sepertinya tidak menjadi kendala buat mereka.
Akhirnya untuk keperluan biaya-biaya
itu mereka coba menghubungi beberapa pihak sebagai donator. Kepala Sekolah
tidak keberatan ada donator selama tidak ada ikatan tertentu dalam
penyelenggaraan kegiatannya. Donator suka rela ini bisa mereka galang dari para
guru di sekolahnya, bisa pula mencarinya di luar sekolah.
Hari Rabu (19/12) kemarin kegiatan
praktikum sastra itu akhirnya dilaksanakan dengan baik dan lancar. Beberapa
kegiatan yang dilaksanakan adalah, lomba pidato, musikalisasi puisi, pembacaan
puisi dan mendongeng. Para peserta begitu bersemangat mengikuti lomba-lomba
itu. Para pendukung masing-masing juga begitu sangat antusias menyaksikan
jagonya berlomba. Sungguh menakjubkan.
Saya pikir perlu diapresiasi dengan
baik semangat para siswa yang berani melaksanakan kegiatan yang mendukung
pembelajaran Bahasa Indeonesia itu tanpa biaya sekolah pula. Karena mereka
mengerti bahwa biaya untuk aktivitas ini memang belum dianggarkan OSIS dalam
programnya, mereka melaksanakannya dengan mencari pendukung dana lain yang
mempunyai perhatian terhadap aktivitas para siswa itu. Kegigihan inilah yang
mesti dihargai. Mereka mampu mengadakan berbagai lomba dalam acara praktikum
sastra.
Artikel dapat juga dibaca di: http://edukasi.kompasiana.com/2012/12/20/mereka-mengadakan-praktikum-sastra-512394.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar