SAYA masuk kelas menggantikan salah
seorang guru yang kebetulan beralangan hadir, pagi (Jumat, 01/06) lalu itu.
Guru tersebut ada urusan keluarga, menurut piket hari itu. Guru TIK (Teknologi
Informasi dan Komunikasi) ini memang sudah beberapa hari tidak datang ke
sekolah.
Sebagai yang diberi tanggung jawab,
saya masuk mengisi waktu kosong yang ditinggalkan. Biar pun saya bukan guru TIK
(pelajaran seharusnya pagi itu) tapi saya tetap membicarakan TIK. Saya memang
berusaha menyukai TIK selama ini. Sedikit banyak saya memahami juga betapa
pentingnya TIK tidak hanya di kalangan pelajar tapi juga di masyarakat secara
umum.
Dengan penguasaan TIK diharapkan
secara otomatis bisa menguasai informasi melalui teknologi ini. Perbincangan
saya bersama para siswa pagi itu sengaja berfokus pada TIK. Mereka, meskipun
tak seantusias yang saya harapkan, namun mereka cukup responsip perihal urgensi
TIK dalam kehidupan sehari-hari. Saya terus mencoba menggali pemahaman mereka.
Sayangnya memang tidak di ruang labor komputer kami berbincang.
Yang ingin saya ketahui dari mereka
di awal bicara tentu saja wawasan dan pengetahuan mereka mengenai TIK. Sebagai
guru tentu saya sangat berharap mereka menguasai dengan baik materi teori dan
praktik mata pelajaran ini. Saya berpikir mereka pasti lebih menguasai materi
TIK dari pada saya. Saat ini mereka sudah duduk di kelas XI semester kedua.
Artinya sudah empat semester mereka mempelajari Mata Pelajaran (MP) TIK selama
di SLTA. Dan jika dihitung masa mereka belajar MP TIK di SLTP, wah sudah sangat
lama maereka belajar. Rasa saya mereka lebih lama belajarnya dari pada saya.
Saya ingat, dari SD hingga SLTA bahkan hingga di bangku kuliah (1983), saya
belum merasakan belajar komputer.
Setelah menjadi guru dan dunia
komputer begitu berkembang, barulah saya sedikit melek teknologi ini. Sebagai
guru (guru MP TIK atau bukan) sejatinya memang mengerti kalau dewasa ini tidak
mungkin lagi manusia melepaskan diri dari teknologi informasi. Pentingnya
penguasaan teknologi informasi, sampai ada yang mengatakan bahwa jika ingin
menguasai dunia maka kuasailah informasi, itu memang demikianlah adanya.
Berarti tidak mungkin melepaskan diri dari teknologi ini.
Saya ingat tujuah tahun lalu, Prof.
Paulina Pannen, dalam suatu kesempatan mengingatkan pentingnya memahami
teknoligi komunikasi khususnya di kalangan pendidik dan pendidikan. Katanya,
“Kita jangan hanya melek teknologi tapi wajib mampu memanfaatkannya dari
berbagai aspek.” Pemanfaatan yang komprehensip itulah yang akan membuat orang
merasakan betapa teknologi ini membawa kemudahan dalam kehidupan.
Bahwa TIK sudah begitu pentingnya
dalam hidup dan kehidupan manusia memang tak dapat dibantah. Dari pagi ke pagi
lagi, dari rumah ke sekolah atau kemana saja, dari tepi pantai hingga ke tengah
laut dan dari pijakan tanah di bumi hingga mau terbang ke angkasa, semuanya
bersinggungan dengan teknologi ini.
Teknolo informasi telah begitu fital
perannya. Lihatlah bagaimana lancarnya urusan di perkantoran (mesin penjawab
telpon otomatis, dll), di perbankan (kemudahan transaksi dan komunikasi
otomatis antar bank dan nasabah), di penerbangan (pengaturan jadwal dan
perubahan jadwal penerbangan otomatis), di perdagangan (jaringan otomatis yang
menghubungkan antar orang yang terlibat) dan banyak lagi tentu.
Maka ketika saya tahu anak-anak
didik saya yang di depan saya pagi itu begitu rendahnya pengetahuan dan
pemahaman serta wawasan mereka tentang komputer dan TIK, betapa sedihnya hati
saya. Saya bertanya di hati, bagaimana sesungguhnya pembelajaran TIK yang
mereka lalui selama empat-lima tahun itu?
Dari pengalaman itu saya berpikir,
kewajiban meningkatkan apresiasi (kalau bisa pengetahuan: teori dan praktek
sekaligus) itu tidak hanya menjadi mkewajaiban guru MP TIK saja. Sudah
seharusnya semua guru memberikan pemahaman yang benar tentang pentingnya
teknologi informasi dewasa ini.
Konsekuensi sikap ini tentu saja
kewajiban pertama untuk memahami dan menguasai teknologi informasi adalah pada
guru itu sendiri. Artinya semua guru sudah seharusnya menguasai terlebih dahulu
teknologi informasi untuk selanjutnya mengajak dan berusaha pula meningkatkan
kemampuan dan wawasan peserta didik di bidang ini. Guru adalah teladan utama
bagi setiap peserta didik. ***
Dapat juga dibaca di http://edukasi.kompasiana.com/2012/06/04/agar-apresiasi-tik-peserta-didik-naik/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar